Era New Normal, Tatanan dan Tantangan Baru Beradaptasi dengan Pandemi Covid-19

0

Wuhan Virus, sebutan yang pertama kali disematkan pada virus yang kini tengah menjadi perbincangan dunia. Makhluk tak kasat mata ini begitu cepat penyebarannya hingga membuat hampir semua negara keteteran. Sejak kemunculannya di Wuhan, China, pada akhir tahun 2019 lalu, virus ini juga mulai masuk ke negara-negara lain seperti Jepang, Thailand, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan masih banyak lagi. Kini vrus tersebut lebih dikenal dengan nama Corona Virus.

Corona Virus atau Covid-19 memiliki tingkat penyebaran yang begitu luas dan cepat. Hal ini mengakibatkan WHO (World Health Organization) menetapkan wabah Covid-19 menjadi pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020 oleh Direktur Jendral WHO Tedros Ghabreyesus di Jenawa, Swiss. Perlu diketahui bahwa pandemi merupakan epidemik penyakit yang menyebar di wilayah yang sangat luas secara geografis, bisa sampai antar benua atau global, penetapan pandemi tidak begitu saja diberikan. Pandemi ditentukan dengan beberapa kondisi yaitu timbulnya penyakit baru dan orang-orang tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut, menginfeksi manusia, dan menyebabkan penyakit berbahaya, serta penyakit dapat menyebar dengan mudah dan berkelanjutan.

Mempertimba ngkan betapa berbahayanya Covid-19 mengakibatkan beberapa negara yang rakyatnya terinfeksi Covid-19 bergegas mengambil kebijakan lockdown. Sementara, untuk negara Indonesia sendiri juga tengah menghadapi ancaman Covid-19 yang kini sudah menyebar luas di berbagai provinsi. Pemerintah RI tidak mengambil kebijakan lockdown, akan tetapi mengambil kebijakan yang dinamakan dengan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Hal ini sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan (KemenKes) nomor 9 tahun 2020 yang mengatur pedoman PSBB dalam rangka menangani Covid-19. PSBB dilakukan hanya pada beberapa wilayah yang masuk pada kriteria. Pemberlakuan PSBB ini memunculkan fenomena baru di mana anak-anak zaman sekarang atau para bucin (budak cinta) malah menjadikan PSBB sebagai bahan jokes seperti PSBB (Pernah Sayang Belom Berjodoh).

Kendati demikian, menurut penulis penerapan PSBB di beberapa wilayah Indonesia agak terlambat, mungkin banyak pertimbangan dari para petinggi negara. Meskipun Indonesia sudah menerima surat dari WHO untuk lockdown tetapi hal tersebut tidak diberlakukan. Mungkin dikarenakan keterlambatan ini daerah-daerah yang terinfeksi virus corona memutuskan untuk lockdown sendiri dengan memberi portal di jalan sehingga orang tidak bisa keluar masuk daerah tersebut secara sembarangan.

Kemudian mencuat juga istilah social distancing dan physical distancing, di mana semua intinya terletak pada pembatasan. Ada beragam dampak yang ditimbulkan dari pembatasan tersebut seperti pada sektor perekonomian, transportasi, wisata, sosial, pangan, dan pendidikan pun terkena dampaknya. Untuk sektor pendidikan, pemerintah memberlakukan sistem pembelajaran daring (online) mulai dari jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan perguruan tinggi.

Pada sektor transportasi, transportasi umum seperti bus dan kereta api sempat diberhentikan karena adanya pandemi Covid-19. Ada beragam cara yang dilakukan untuk memutus penyebaran Covid-19, seperti himbauan agar tidak berkumpul dengan banyak orang dan selalu mematuhi protokol kesehatan.

Pada awal pandemi, ada beragam sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang saat menanggapi Covid-19. Ada yang bersikap santai tapi waspada, ada juga yang defense sekali sehingga terlihat agak aneh.  Adanya pandemi Covid-19 telah membentuk kebiasaan baru di tengah masyarakat, diantaranya semua orang saling menjaga jarak dan tidak bersentuhan fisik dengan orang lain, yang tadinya keluar tidak memakai masker ataupun sarung tangan, sekarang memakai masker dan sarung tangan. Dan yang semula di tas tidak membawa handsanitazer sekarang kalau kemana-mana selalu membawa handsanitazer. Pola sosialisasi pun juga berbeda,  yang awalnya bisa bertemu langsung sekarang seperti ada sekat pemisah bak tembok yang tebal dan menjulang tinggi. Hingga akhirnya, media sosial lah yang menjadi salah satu pilihan untuk menembus tembok nan tebal dan tinggi tersebut untuk dapat tetap bersosialisasi, berkomunikasi, membeli barang, dan lain sebagainya.

Kebiasaan baru juga berlaku di dunia pendidikan, seperti yang telah disinggung di awal tadi bahwa sistem pembelajaran sekarang menjadi daring, di mana guru atau dosen memberi dan menjelaskan materi melalui suatu media komunikasi seperti WhatsApp, Zoom, Google Meet, dan lain-lain. Pembelajaran sistem daring juga masih belum efektif dan ditemukan banyak kendala. Perlu ditegaskan bahwa pendidikan bukan hanya Transfer of Knowledge saja tapi juga ada nilai-nilai yang diajarkan melalui perilaku untuk dapat membentuk karakter pelajar dan itu kurang bisa tercapai melalui sistem daring. Kendala lain dalam pembelajaran daring adalah akses internet belum bisa merata untuk kawan-kawan yang berada di pelosok, bahkan yang berada di pinggir kota pun juga masih mengeluhkan kecepatan internet. Dan semua itu telah dialami oleh para pencari ilmu selama berbulan-bulan.

Memasuki era normal baru atau new normal, seluruh masyarakat diminta untuk mengikuti tatanan baru dalam menghadapi pandemi Covid-19. Hal ini merupakan sebuah upaya menjaga masyarakat agar bisa tetap produktif dengan memperhatikan tatanan dan perilaku-perilaku yang telah dianjurkan. Perilaku-perilaku tersebut seperti duduk saja harus menjaga jarak kurang lebih satu meter, tidak lumrahnya duduk dengan jarak tersebut seolah-olah ada truk di depan kita yang mengharuskan jaga jarak.

Selain itu,  untuk yang suka ngopi, pergi ke cafe atau ke warkop sembari menenangkan diri dan bertujuan untuk bertemu dengan kawan-kawan, bersenda gurau dengan jokes-jokes yang membuat perut terasa terkocok. Sekarang menjadi hal yang sedikit membosankan karena tempatnya menjadi terbatas dengan pemberian jarak di setiap tempat duduk. Kapasitas orang pun menjadi berkurang tidak seperti biasanya. Ini membuat suasana menjadi berbeda. Ada hal yang terasa ganjal ketika bertemu kawan yang biasanya berjabat tangan atau berpelukan dan ada juga yang cipika-cipiki sekarang menjadi pemandangan yang sedikit langka dilakukan orang-orang. Apakah itu yang dinamakan new normal atau justru itu tidak normal?

Menurut penulis, terlepas dari beragam tanggapan mengenai pandemi Covid-19, kondisi saat ini pasti tidak datang begitu saja, tentu dengan sebuah hukum kausalitas, adanya sebab akibat. Dan semua itu pasti atas kehendak Allah Swt. Sesuai dengan firman Allah yang berbunyi, “Kami akan uji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan kepada Kami, kamu akan kembali,” (QS. Al-Anbiya’/21:35). Mungkin ada batasan-batasan yang terlewat sehingga Allah memberi teguran dengan diturunkannya wabah ini. Dengan begitu kita akan sadar dan kembali pada jalan yang lurus.

Ada beragam hikmah yang bisa kita ambil saat pandemi Covid-19, seperti yang semula kurang memiliki waktu dengan keluarga sekarang menjadi banyak waktu bersama keluarga. Hal ini karena sebagian besar pekerjaan banyak yang dilakukan di rumah. Selain itu, kita juga bisa banyak melakukan pekerjaan baru yang semula malas mencoba karena sibuk dengan pekerjaan lain. Salam … (EN)

Mohammad Rafi Isnawan*

Mohammad Rafi Isnawan*

*Mohammad Rafi Isnawan adalah Mahasiswa aktif Program Studi; Tasawuf dan Psikoterapi-IAIN Kediri.

About author

No comments