IRON DOME: SISTEM PERTAHANAN UDARA KEBANGGAAN ISRAEL

0

Mendengar kata Israel tentu sudah bukan nama baru dalam dunia internasional  apalagi di kawasan Timur Tengah. Memori masyarakat tak terlepas dari kejahatan kemanusiaan yang dilakukan atas bangsa Palestina.  Kekejaman yang dilakukan selama puluhan tahun mendapat kritikan dari mayoritas pemimpin dunia terutama pemimpin negara negara Islam. Israel tak henti-hentinya menghadirkan kontroversi. Salah satunya pemindahan ibukota dari Tel Aviv ke Jerussalem mendapat dukungan dari kawan setia Amerika Serikat.

Kedua negara sudah memiliki hubungan yang solid, hal ini ditunjukkan keduanya  dalam forum internasional terutama kebijakan yang berkenaan dengan isu yang menyangkut nama Israel. Tak jarang Amerika menggunakan hak istimewa untuk dapat menggagalkan resolusi tersebut dan merugikan pihak lain. Pembahasan mengenai isu Palestina-Israel seakan menjadi isu sensitif dan menjadi terusik. Di bidang pertahanan kedua negara tak perlu diragukan lagi kekuatannya, suplai terhadap kebutuhan militer Israel akan dipenuhi oleh negara adidaya Amerika dengan maksud memperkuat armada tempur Israel.

Kekuatan militer dan digdaya justru digunakan untuk menindas bangsa lainnya. Rasa kemanusiaan dan kepedulian seakan tidak berlaku bagi militer Israel dengan terus menghujami masyarakat Palestina dengan roket dan misil hingga menghalangi akses bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina, kekejian tersebut telah menewaskan ribuan orang hingga merusak bangunan yang menjadi sasaran tembak serdadu Israel dengan pesawat tempur canggih.

Israel menjadi media untuk menghentikan pengaruh Uni Soviet di kawasan Timur Tengah dan menguatkan pengaruhnya di kawasan negara Arab atensi masyarakat Amerika begitu dominan terhadap Israel dengan beragam persepsinya berpatokan pada data Gallup. Dari tahun 1988  prosentasenya lebih besar dukungannya dibanding kepada Palestina dalam konteks konflik dalam periode 2020 prosentasenya mencapai 30 persen saja dengan kenaikan 7 poin dan rasio 58 persen warga Amerika menaruh atensi kepada Israel.

Fanatisme masyarakat Amerika terhadap Israel juga dilandasi data bahwa 75 persen orang Amerika menyatakan bangsa Israel termasuk bangsa yang baik. Tentu hal itu amat kontradiktif dengan realita. Rakyat yang tidak bersalah diberondong peluru hingga tewas dan menyalahi nilai- nilai kemanusiaan sehingga bisa dikatakan Israel sebagai musuh kemanusiaan, pengembangan alutsista begitu masif dilakukan israel teknologinya tak perlu diragukan drone hingga sistem pertahanan udara canggih mampu dibuatnya sekaligus dipasarkan ke pasar internasional.

Mahakarya militer yang amat fenomenal berhasil diciptakan Israel yakni sistem Iron Dome atau kubah besi untuk menghalau rudal maupun roket memasuki wilayah pertahanannya dengan fitur  teknologi canggihnya dilengkapi pula dengan misil Tamir. Proyek ini merupakan hasil kerjasama antara Rafael Advanced Defense System bersama Israel Aerospace Industries. Kemampuan mendeteksi drone dan helikopter menjadi salah satu dari beberapa kelebihan sistem pertahanan garapan Israel ini sekaligus menangkis roket dengan teknologi deteksi radar setara dengan S-400 milik Rusia dan sistem patriot milik AS.

Dikutip dari CNN Indonesia, berdasarkan Eurasian Times Iron Dome menjadi salah satu sistem pertahanan dengan prosentase keberhasilan mencapai 90 persen. Dari sumber lain Missilethreat, menyebutkan bahwa daya jangkau deteksi Iron Dome berada dikisaran 4 hingga 70 kilometer. Sedangkan, S- 400 Rusia mencapai 500 Km. Hegemoni militer Israel tentu tak bisa dipandang sebelah mata akan tetapi kedigdayaan tersebut tak terlepas dari kucuran bantuan Amerika.

Mungkin negara Timur Tengah yang dapat mengimbangi kekuatan Israel di antaranya Turki dan Iran yang pro dengan Palestina. Instalasi nuklir serta pengayaan uranium sehingga menghasilkan rudal atau senjata nuklir  luar biasa bukan tidak mungkin mampu memukul mundur Israel di medan perang.  Bukan berarti kecanggihan Iron Dome tak membawa risiko besar dan hal yang amat riskan tersebut menyebabkan manusia rentan terkena kanker.

Palestina kian inferior dihadapan militer Israel dengan kalkulasi 170.000 tentara berbanding 30.000 – 50.000 tentara terafiliasi Hamas serta 7000 pasukan tergabung dalam brigade Al- Qassam berdasarkan riset International Crisis Group pada 2009, pasukan tergabung dalam PLO tak bisa berbuat banyak dan lebih berada di bawah intervensi Israel sehingga tidak bisa menjalankan misinya dalam  kemiliteran.

Superioritas Israel dibuktikan dengan kontrasnya kepemilikan pesawat tempur kedua negara. Menurut CNBC Indonesia, Israel diperkirakan diperkuat oleh 684 pesawat tempur berbanding nol di kubu Palestina. Meski demikian, Palestina bukannya tanpa kekuatan diperkuat basis roket dan misil yang disuplai melalui Hamas dan militan jihad Islam hingga mencapai 5.000 – 6.000 dengan daya jangkau 100- 160 Km roket bersumber dari Jerussalem Post. Palestina juga menyimpan amunisi yang sama melalui kelompok jihad Islam roket Buraq- 100  dengan jumlah 8.000 dengan daya jangkau 100 Km lebih mampu menembus dan mencapai Tel Aviv ibukota Israel.

Palestina jelas kalah jauh bila dikomparasikan dengan kekuatan alutsista yang tentu Israel amat kuat. Tapi, jangan lupa bahwa Palestina memiliki militan yang tak kenal takut dan jumlahnya tak sedikit mampu memberikan serangan berefek kejut menghujami ibukota dan perbatasan dengan misil dan roket setidaknya mampu menewaskan puluhan orang Israel sekaligus merobohkan bangunan padahal kita tahu bahwasannya tidak ada tentara dan kendaraan lapis baja, bahkan polisi di negeri yang disebut suci bagi tiga agama tersebut.

Pasca pertempuran 11 hari di perbatasan dan adanya gencatan senjata dengan cepat Israel melobi Presiden AS Joe Biden untuk dapat membantu mengisi ulang sistem pertahanan Iron Dome. Hal ini membuktikan bahwa tanpa adanya dana segar dari negeri Paman Sam, Israel tak mampu memperbarui sistem pertahanannya sendiri dan terus akan bergantung pada bantuan dana AS. Sekiranya bisa dimungkinkan industri pertahanan dalam negeri Israel akan mengalami kesulitan produksi hingga berpotensi tutup permanen dengan kekuatan militer akan melemah seiring berjalannya waktu . (DEW)

Biografi Penulis

*) Muhammad Iqbal Fuadhi

Salah satu mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Arab Semester 6 Institut Agama Islam Negeri Kediri. Untuk mengenal lebih jauh tentang penulis dapat mengikuti media sosialnya yakni akun instagram @Iqbalfuadhi dan Facebook iqbalfuadhi atau bisa menghubungi email pribadinya fuadhiiqbal@gmail.com

About author

No comments