LITERASI BACA PADA GENERASI MUDA, PENTINGKAH?

0

Indonesia merupakan negara besar yang terdiri atas beberapa gugusan pulau serta memiliki penduduk mencapai 270 juta jiwa menurut data Worldometers dengan rasio 3,49% dari populasi dunia. Dimana yang merupakan bagian dari penduduk yakni anak-anak muda yang menjadi penerus bangsa di masa depan. Akan tetapi, yang menjadi sebuah ironi adalah tidak sedikit generasi muda yang mengesampingkan akan pentingnya sebuah literasi baca.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh salah satu badan PBB UNESCO, tingkat literasi Indonesia hanya berada di kisaran rasio 0,001%. Ini berarti dapat terlihat bahwa dari 1000 orang hanya 1 yang gemar membaca dan jika dikomparasikan dengan jumlah penduduk di Indonesia 270 juta jiwa, hanya 270.000 yang gemar membaca. Sedangkan, menurut data World Most Literate Nations dari Connecticut State University, pada tahun 2016 peringkat literasi Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara, posisi Indonesia di atas Botswana. Kemudian, negara dengan tingkat literasi tertinggi ditempati oleh Finlandia. CSU kembali melakukan pemeringkatan dan kembali merilis hasilnya pada tahun 2020 lalu. Indonesia tidak beranjak dari posisi 60. Hal tersebut menjadi pukulan telak.

Lembaga internasional dari Boston College University merilis hasil kemampuan pelajar di setiap negara dalam sains dan matematika dalam survei TIMSS 2019. Hal ini telah rilis pada 2020 lalu, menempatkan Singapura di peringkat pertama dalam kemampuan matematika dengan skor 616. Untuk sains dengan kalkulasi nilai 608 mengalahkan negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, Finlandia dan Asia lainnya.

Masih banyak yang belum menyadari begitu besar peran literasi dalam kehidupan sehari-hari. Dimana literasi merupakan salah satu media edukasi bagi khalayak ramai. Melalui literasi, masyarakat dapat mengetahui sebuah informasi sehingga dapat menambah wawasan serta meningkatkan kapasitas dari segi intelegensi.

Di era modern (modern era), terutama media informasi sangat mudah untuk diakses dan masyarakat mendapatkan informasi yang diinginkan. Akan tetapi, media konvensional tidak bisa ditinggalkan atau justru menjadi sebuah rujukan utama dalam hal informasi. Di kalangan mahasiswa sendiri, ketertarikan untuk membaca masih sangat minim dikarenakan membaca dianggap suatu kebiasaan tradisional dan terkesan membosankan, padahal membaca merupakan suatu kebutuhan terutama bagi mahasiswa.

Sudah sangat jarang terdapat pojok diskusi guna membahas akan isu-isu kontemporer yang juga menjadi lahan pengembangan pemikiran dan memunculkan pemikiran yang kritis. Sebagian mahasiswa yang kelak menjadi harapan seakan tidak peduli terhadap literasi yang membuat literasi kian lama kurang diminati. Sebagian mahasiswa sekarang lebih meminati dunia game. Sebenarnya, bermain game bukanlah hal yang salah. Akan tetapi, hendaknya individu dapat mengatur waktunya dengan baik, tidak menghabiskan waktu seharian penuh untuk bermain game dan melupakan kegiatan lainnya, seperti membaca buku. Buku seakan menjadi musuh bagi generasi muda serta game menjadi sebuah hal yang menarik dan menjadi sebuah rutinitas yang tidak boleh terlewatkan. Sehingga, sebagian anak muda enggan untuk mengakses informasi melalui buku, hanya orang tertentu saja yang menggeluti sebuah kebiasaan yang mulai ditinggalkan ini.

Game online seakan menjadi primadona serta destinasi bagi kaum muda. Trend ini juga merambah ke anak-anak usia belia. Satu persatu anak memegang gadget. Memang, bagi segelintir orang game menjadi sebuah pekerjaan yang akan menghasilkan profit jika mampu mengoptimalkan game tersebut. Namun, bagi anak-anak usia belia yang masih duduk di bangku sekolah menganggap hal tersebut adalah kegiatan yang berguna untuk kepuasan mereka.

Akan tetapi, tanpa disadari hal tersebut justru membawa dampak negatif bagi pengguna game online yang tidak bisa mengatur waktu dengan baik, mulai penurunan intensitas belajar hingga berimbas pada penurunan prestasi belajar. Awalnya, game online hanya sebagai hiburan, akan tetapi sering disalahgunakan.

Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia pada tahun 2017, Indonesia menempati posisi ke enam dengan negara pengakses internet terbesar di dunia, rasio 112 juta pengguna internet. Sedangkan, berdasarkan hasil riset yang dikembangkan oleh Decision Lab and Mobile Marketing Association memaparkan sebanyak 60 juta merupakan pengguna game daring di Indonesia dan diperkirakan akan meningkat menjadi 100 juta pengguna pada tahun 2020 mendatang.

Orang-orang hebat justru banyak yang melakukan aktivitas yang berkenaan dengan literasi baik membaca maupun aktivitas lainnya. Bahkan, hal ini seakan menjadi kultur yang berkembang di masyarakat. Hal itu disadari akan perlunya membaca untuk membuka wawasan mereka dan sebagai langkah pengembangan terhadap apa yang dibaca dan dikaji. Orang barat tidak bisa terlepas dari sebuah kebiasaan yakni membaca dan tentu yang mereka bawa adalah buku sebagai salah satu sumber informasi. Negara barat terkenal dengan berbagai penemuan dan banyak melahirkan para ilmuwan, hal ini tidak bisa terlepas dari peran sebuah literasi.

Berbeda dengan kebiasaan orang–orang di negara berkembang, hanya segelintir orang yang memiliki kebiasaan membaca. Jadi, tidak heran jika negara berkembang sangat jauh tertinggal dari segi pendidikan dan pengembangan riset. Padahal, begitu besar keuntungan jika seseorang memiliki tingkat literasi yang tinggi serta akan lebih mudah dalam menghadapi perubahan zaman dan siap bersaing di era global.

Diperlukan upaya ekstra untuk meningkatkan minat baca dengan cara memaksimalkan peran perpustakaan sebagai wahana literasi bagi masyarakat. Bisa juga dengan memunculkan kesadaran membaca melalui gerakan membaca dan melakukan sosialisasi agar wawasan masyarakat terbuka serta memiliki pemikiran maju.

Membaca merupakan sebuah petualangan di dunia fantasi yang dapat menunjang kemampuan kita dari segi kreativitas dan mampu berpikir tanpa batas. Sehingga, menghasilkan sebuah pemikiran serta mengembangkan imajinasi bagi setiap individu. Membaca juga sebagai sarana mencari sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya yang mana dari membaca itu manusia mengetahui hal-hal yang menakjubkan dan sisi lain dunia.

Suatu peradaban cerah akan tercipta jika orang-orang di dalamnya mengetahui pentingnya literasi. Dikarenakan literasi merupakan pondasi bagi pembangunan kualitas manusia. Tanpa adanya literasi serta kebiasaan membaca, maka sulitlah mewujudkan suatu peradaban yang cerah yang kebanyakan diisi oleh orang-orang yang produktif dari segi pemikiran. Dengan membaca, akal akan senantiasa hidup dan terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Buku memang hanya lembaran putih dan tulisan hitam, tetapi sesuatu yang di dalamnya sarat akan pelajaran sehingga individu-individu akan mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan baik itu politik, ekonomi, sosial, budaya ataupun agama. Sehingga, manusia akan mengetahui peranan pengetahuan politik, ekonomi, sosial, budaya serta agama yang dengan itu berusaha untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata dan menjadi tambahan wawasan bagi individu itu sendiri.

Tanpa adanya literasi, manusia tidak akan mengetahui suatu hal baru. Dan dengan adanya literasi, manusia menjadi pribadi yang kritis serta dapat memperluas wawasan dalam rangka peningkatan kapasitas secara kognitif, dan cara untuk mengetahui suatu hal tersebut yakni dengan membaca. Secara tidak langsung, membaca telah melakukan pengulangan yang berkesinambungan sehingga timbul yang namanya pengetahuan, serta munculnya sebuah pengetahuan berawal dari proses membaca secara berkala.

Pendidikan menjadi suatu alat bagi individu untuk mendapatkan pengetahuan dan itu tidak terlepas dari literasi yang dengan itu pula dapat meningkatkan kemampuan individu dari segi intelegensi, serta dapat menghasilkan bibit-bibit muda yang kompetitif dan produktif. Diwujudkan dalam bentuk karya tulis maupun karya literasi lainnya sebagai tindak lanjut dari proses membaca. Serta dengan menulis, pengaplikasian atas apa yang telah dibaca dapat dibuktikan lewat karya tulis sehingga dengan adanya itu dapat mewujudkan generasi muda yang produktif dan sebagai pegiat literasi. Sehingga, dapat menepis anggapan bahwa membaca merupakan kebiasaan yang bersifat tradisional dan membosankan. Hingga pada akhirnya, dapat mengembalikan semangat yang telah lama menghilang di kalangan pemuda

Dengan adanya aktivitas berliterasi pada kalangan muda, yang merupakan penduduk usia produktif, akan berdampak pada peningkatan rasio pembangunan manusia Indonesia serta dapat memberikan inovasi di segala bidang. Terlebih lagi sekarang adalah era baru revolusi industri 4.0 dan digitalisasi. Sumber daya manusia di Indonesia harus siap menyambut era baru dunia. Hal itu perlu dibangun dari hal yang bersifat fundamental yakni membaca, program perpustakaan, rumah baca, dan lainnya harus senantiasa bersinergi dan berinovasi guna menciptakan ekosistem yang produktif dan progresif. (EN)

BIOGRAFI PENULIS

Muhammad Iqbal Fuadhi

Salah satu mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Arab semester 6 IAIN Kediri. Untuk mengenal lebih jauh tentang penulis dapat follow akun instagramnya @Iqbalfuadhi dan facebook iqbalfuadhi atau menghubungi e-mail pribadinya @fuadhiiqbal@gmail.com

About author

No comments