Maraknya Pembangunan Perumahan Sebagai Representasi Perubahan Sosial Masyarakat di Kelurahan Bence

1

Perubahan sosial merupakan fenomena kehidupan yang dialami oleh tiap masyarakat dimana pun dan kapan pun. Pada dasarnya, perubahan sosial tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Setiap masyarakat bahkan selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kehidupannya, yang terjadi di tengah-tengah pergaulan dan gaya hidup masyarakat di sekitarnya yang dilakukan antar sesama warga masyarakat. Demikian pula antara antara masyarakat dengan lingkungan hidupnya. Apabila ada pembandingan hidup seseorang di kehidupan sekarang dengan beberapa tahun lalu pastinya sangat terlihat jelas dan pastinya sangat merasakan perubahan-perubahan itu. Baik dalam tatacara pergaulan antara sesama anggota masyarakat sehari-hari, tatacara berpakaian, berbicara, kehidupan keluarga, kegiatan ekonomi atau pencarian mata pencaharian, perubahan tata kerja yang ditandai dengan pembagian kerja pada spesialisasi kegiatan yang makin tajam, dalam kehidupan beragama, cara berpikir, interaksi sesama masyarakat yang semakin rasional, perubahan dalam sikap dan orientasi sehari-hari dan lain seterusnya yang masih banyak lagi. Semua yang kita rasakan pastinya dirasakan oleh masyarakat lain yang hidup di lingkungan sekitar kita. Perbedaannya adalah kecepatan atau laju terjadinya perubahan itu, demikian pula cakupan aspek kehidupan masyarakat yang terjadinya perubahan tersebut.

Foto: Perumahan Betet Indah Dari Pemukiman Warga Kelurahan Betet (Portal Masuk Sebelah Barat)

Kompleks permasalahan dari awal pembangunan area Perumahan Betet Indah Kelurahan Bence hingga sekarang Muncul lagi Di sebelah baratnya Bence Residence. Tuntutan pembangunan perumahan Di Kelurahan Bence untuk menampung warga masyarakat baik sebagai dampak pertumbuhan penduduk desa, maupun dampak banyaknya masyarakat pendatang. Pembangunan perumahan perumahan Di Kelurahan Bence tersebut selain berdampak pada tingginya angka datang dan pergi penduduk desa juga berakibat pada keanekaragaman masyarakat. Masyarakat yang dulunya berasal dari satu suku yaitu suku jawa asli, kini telah ada masyarakat dari suku lain nya, begitu juga dengan aspek lainnya seperti mata pencaharian, tingkat pendidikan dan agama yang sangat beragam pada dini ini. Perkembangan desa dengan keanekaragaman masyarakatnya membawa implikasi kepada perubahan sosial di Kelurahan Betet, interkasi masyarakat desa dengan masyarakatpendatang (warga Perumahan) pada akhirnya membentuk tatanan kehidupan sosial baru yang di terima dan di terapkan oleh masyarakat sebagai nilai dan norma sosial bersama.

Awalnya di Kelurahan Betet ini mayoritas masyarakat tradisional dan setelah adanya pembangunan 2 Komplek Perumahan ini masyarakat bertransformasi menjadi layaknya masyarakat dengan gaya hidup perkotaan, tak hanya itu daerah yang dijadikan pembangunan perumahan saat ini juga mulai menjadi daerah yang layaknya perkotaan. Dilihat dari beberapa perwahan atau perkebunan yang telah diuruk dan akan dibangun perumahandan menjadi tujuan para pendatang untuk tinggal. Namun, dalam hal struktur sosial masyarakat, khususnya struktur masyarakat desa,daerah perumahan yang sudah lama tinggal dan menetap tidak banyak berubah, perubahan struktur sosial yang ada lebih banyak diakibatkan karena adanya interaksi masyarakat desa dan masyarakat pendatang yang menghuni kompleks perumahan dimana kedua masyarakat tersebut memiliki nilai-nilai dan kebudayaan yang berbeda. Pada akhirnya, pertemuan kedua nilai dan budaya tersebut menghasilkan nilai-nilai dan budaya yang baru yang membentuk perubahan sosial di Kelurahan Betet.

Foto: Perumahan Betet Indah Dari Pemukiman Warga Kelurahan Betet (Portal Masuk Sebelah Utara). Sebalah Kiri Pemukiman warga tradisional, sebelah kanan perumahan

Dilihat dari aspek sosial, masyarakat daerah perumahan Betet Indah & Bence Residence sebagaimana desa lainnya di Kediri memiliki karakter sosial yang menerapkan nilai-nilai budaya jawa, kepala desa yang dalam hal ini sering disebut Bapak “Lurah” memegang peran yang penting tidak hanya sebagai pemimpin formal dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, tetapi juga sebagai pemimpin sosial dalam tatanan kehidupan masyarakat desa daerah Kelurahan Betet dan Kedua Kompleks Perumahan itu. Hal ini berimplikasi kepada posisi kepala desa yang harus mampu mengayomi masyarakat sekitar daerah Perumahan dalam setiap aspek kehidupan, keberadaan “Lurah” tersebut diposisikan oleh masyarakat desa sebagai tokoh yang disegani dan dihormati.

Nilai-nilai Jawa seperti harus saling menghormati dan saling menghargai dan harus saling mendorong serta membantu dalam kebaikan kehidupan bersama menjadi nilai yang diadopsi dan dipraktekan dalam kehidupan masyarakat yang ada di daerah Perumahantersebut. Sehingga pola hubungan interaksi yang dijalin oleh masyarakat desa dengan masyarakat luar. Salah satunya, didasarkan kepada nilai-nilai.Struktur sosial masyarakat terbentuk karena adanya ikatan kekeluargaan yang terjalin sejak lama, struktur sosial yang berdasarkan kepada kekeluargaan tersebut tidak hanya membentuk pola komunikasi antar warga masyarakat desa, tetapi juga membentuk pola hunian masyarakat yang mana anggota keluarga dari garis keturunan yang sama bertempat tinggal di RW yang sama. Hal ini pada akhirnya membentuk relasi sosial antara sesama masyarakat secara baik dan intim. Dikarenakan struktur sosial yang terbentuk didasarkan kepada ikatan sosial, sehingga sifat solidaritas sosial, gotong royong dan musyawarah mufakat menjadi ciri dari masyarakat Kelurahan Betet.

Foto: Perumahan Betet Indah Dari Perumahan Bence Residence (Perumahan Betet indah nampak dari belakang)

Berbeda dengan masyarakat yang sudah lama tinggal di Kelurahan Betet, masyarakat pendatang yang menghuni perumahan pada dasarnya memiliki struktur sosial yang terbuka dan bersifat pragmatis, jalinan sosial didasarkan kepada kepentingan dengan pihak atau warga masyarakat lainnya, sehingga relasi sosial yang terjalin tidak bersifat intim atau erat. Akibat dari hal tersebut, masyarakat pendatang pada umumnya memiliki solidaritas sosial dan sifat gotong royong yang rendah. Hal ini dikarenakan struktur sosial yang dibangun secara praktis berdasarkan kepentingan dimana memiliki keterbatasan yaitu relasi tersebut akan terjalin sepanjang ada kepentingan dan akan hilang ketika kepentingan tersebut sudah tecapai. Aspek yang lain yang membedakan masyarakat yang sudah lama tinggal di Kelurahan Betet dengan masyarakat pendatang yang menghuni kompleks perumahan Permata Hiajau adalah bentuk penghormatan kepada pemimpin formal dan pemimpin nonformal. Masyarakat asli yang bertempat tinggal di Kelurahan Betetmenghormati dan menjalankan struktur sosial yang ada dimana struktur sosial terdiri dari dua poros utama yaitu “Lurah” dan “Tokoh Agama”. “Lurah” merupakan sebutan lain bagi kepala desa.

Posisi masyarakat pendatang dibagi kepada dua kelompok. Pertama, masyarakat pendatang yang memiliki sikap menghormati dan menghargai “Lurah” dan “Tokoh Agama” sebagai struktur sosial yang ada di Kelurahan Betet, masyarakat pendatang ini biasanya berasal dari masyarakat desa lainnya yang mana di desa sebelumnya memiliki struktur sosial yang sama. Kedua, masyarakat pendatang yang memiliki sikap “formal-legal” artinya masyarakat hanya menghormati dan menghargai didasarkan kepada kepemilikan kewenangan dalam hal ini “Lurah”, bukan “Tokoh Agama”, masyarakat pendatang ini berasal dari masyarakatperkotaan yang mana di tempat tinggal sebelumnya tidak mengenal struktur sosial desa.

Foto: Perumahan Portal Perumahan Bence Residence yang terletak di tengal sawah dan di baratnya Perum Betet Indah

Menurut Max Waber,kapitalisme yaitu suatu orientasi pemikiran rasional di kalangan masyarakat dalam keuntungan-keuntungan ekonomis. Masyarakat bisa dapat di sebut sebagai masyarakat kapitalis apabila warga masyarakatnya secara sadar bercita-cita untuk mendapatkan keuntungan atau kekayaan. Hal ini dapat dikatakan sebagai hal yang etis. Artinya, masyarakat memberikan legitimasi atau pengakuan bahwa hal itu sifatnya etis dan baik, sehingga menjadi nilai yang disepakati sebagai faktor pengikat integrasi kehidupan masyarakat mereka. Pada dasarnya Max Waber melihat perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat adalah akibat dari pergeseran dari nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat. Contohnya, masyarakat Eropa yang sekian lama terbelenggu oleh nilai Katolikisme dan Ortodox. Kemudian, berkembang pesat kehidupan sosial ekonominya atas dorongan dari nilai Protestanisme yang dirasakan lebih rasional dan lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan modern. Sehingga orientasinya cenderung menjauhkan masyarakat dari kegiatan atau usaha untuk mengubah kondisi–kondisi kehidupannya.

Harapannya adanya pembaruan–pembaruan yang terjadi di masyarakat Betet dari dampak pembanguan, dapat menjadi nilai positif dan tidak merugikan sedikitpun dari masyarakat, entah dari faktor sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Meskipun adanya beberapa budaya – budaya tradisional akan mulai melebur dari kebiasaan masyarakat akan tetapi kebudayaan baru tidak akan menghilangkan sifat dan keragaman yang dimiliki masyarakat.(DEW)

Biografi Penulis

*Qoriul Istafidz

Seorang mahasiswa aktif program studi Psikologi Islam semester enam IAIN Kediri. Selain sibuk menjadi mahasiswa, penulis juga aktif mengikuti beberapa organisasi:

  • Presiden Mahasiswa IAIN Kediri th. 2020
  • Sekretaris Jendral Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantra Se Jawa Timur th. 2020 – 2021
  • Pengurus Wilayah Serikat Mahasiswa Muslim Indonesia (SEMMI) Jawa Timur th. 2020 – 2022

Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh penulis adalah:

  • Juara 3 Volly Putra O2SN Kab. Gresik
  • Juara 1 Harapan Pelajar Teladan LP. Ma’arif Gresik
  • Pelajar Teladan MA Tarbiyatus Shibyan Kec. Panceng Kab. Gresik
  • Deklarator Organisasi Kepemudaan Mahasiswa Gresik Nusantara (MGN)

10 Besar Kontributor Puisi Se Indonesia Yang Diadakan Oleh Lembaga Sastra Raden Sahid

About author

1 comment

  1. Qoriul Istafidz 2 Maret, 2021 at 01:20 Balas

    Dari kajian teroritis dan statmen yang saya tuang di sini saya kira perlu kiranya nnti saya akan tuliskan lagi perihal bagaimana makna kepemimpinan Tokoh Agama (TOGA) atau Tokoh Masyarakat (TOMAS) pada peradaban masyarakat perumahaman.

Post a new comment

MESKI NEW NORMAL, BER-ISLAM KITA JANGAN LOYO

Sudah berjalan seminggu, semenjak IAIN Kediri menorehkan tinta “new normal” sesuai dengan Surat Edaran rektor. Seluruh pegawai kembali ngantor dengan sistem “one day berjangka” (1 ...