MENG-UPGRADE KESADARAN MASYARAKAT JATIKALEN (NGANJUK) UNTUK MEMAKMURKAN MASJID

0

Masjid adalah tempat ibadah umat Islam atau Muslim. Masjid artinya tempat sujud, sebutan lain yang berkaitan dengan masjid di Indonesia adalah mushola/langgar yang sepemahaman penulis, masjid/langgar/mushola memiliki fungsi yang sama tetapi beda pada ukuran, kalau masjid besar tetapi kalau mushola/langgar itu kecil. Sebenarnya, istilah mushola/langgar diperuntukkan bagi bangunan menyerupai masjid yang tidak digunakan untuk salat Jumat, iktikaf, dan umumnya berukuran kecil.

Adapun secara etimologi, masjid adalah tempat orang yang beragama Islam beribadah. Adapun sejarahnya masjid, menara-menara, serta kubah masjid yang besar, seakan menjadi saksi betapa jayanya Islam pada kurun abad pertengahan. Dan tak lupa, masjid pertama di dunia adalah Masjid Nabawi. Ketika Nabi Muhammad Saw. tiba di Madinah, dia memutuskan untuk membangun sebuah masjid, yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Nabawi, yang berarti Masjid Nabi. Masjid Nabawi terletak di pusat Madinah. Masjid Nabawi dibangun di sebuah lapangan yang luas. Di Masjid Nabawi, juga terdapat mimbar yang sering dipakai oleh Nabi Muhammad Saw. Masjid ini menjadi jantung Kota Madinah saat itu. Masjid ini digunakan untuk kegiatan politik, perencanaan kota, menentukan strategi militer, dan untuk mengadakan perjanjian. Bahkan, di area sekitar masjid digunakan sebagai tempat tinggal sementara oleh orang-orang fakir miskin.

Masjid juga bisa berfungsi sosial, yakni sebagai tempat para masyarakat bertemu, saling berkenalan satu sama lain, dan mempererat tali silaturahmi. Dengan demikian, masjid bisa digunakan sebagai tempat pelaksanaan berbagai kegiatan yang positif, contohnya seperti pengajian, tempat pembelajaran, dan kegiatan positif lainnya.

Masjid merupakan tempat yang paling baik di muka bumi. Masjid adalah rumah Allah Swt., tempat yang sangat mulia dan utama untuk kegiatan ibadah umat Islam seperti salat, berdzikir, bersholawat, dan majlis ta’lim. Oleh karena itu, Allah Swt. begitu mencintai masjid dan orang-orang yang berjalan menuju masjid untuk beribadah. Dalam Q.S. al-Tawbah: 18 Allah Swt. berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. Selain itu, dalam hadis riwayat al-Tirmidzi dari Abu Sa’id al-Khudry disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, yang artinya, ”Apabila kamu melihat seseorang biasa pergi ke masjid maka saksikanlah ia benar-benar beriman, karena sesungguhnya Allah Swt. berfirman, ‘Sesungguhnya hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir’.”

Ayat al-Qur’an maupun sabda Nabi Muhammad Saw. di atas memberikan pemahaman bahwa pergi ke masjid untuk beribadah merupakan bukti nyata keimanan seseorang. Belum dikatakan sempurna iman seseorang jika dia tidak pernah atau jarang sekali pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah. Dengan demikian, maka yang dimaksud dalam ayat ini dengan ‘memakmurkan masjid’ tidak hanya sekadar menyukseskan pendirian dan perbaikan fisik masjid, tetapi yang lebih mendasar adalah mengunjungi masjid untuk melakukan berbagai aktivitas ibadah demi kemakmuran masjid tersebut.

Dalam syariat Islam, seorang muslim sangat dianjurkan untuk salat berjamaah di masjid lima kali sehari, bahkan pahala salat berjamaah di masjid memiliki keutamaan pahala berlipat-lipat sampai dua puluh tujuh derajat dibandingkan salat sendirian di rumah. Ditambah lagi ‘bonus’ pahala melangkahkan kaki menuju masjid, beri’tikaf di dalamnya yang bernilai ibadah, Karena itu, wajar jika rutinitas mengunjungi masjid merupakan salah satu indikasi tingginya keimanan seseorang. Di era yang penuh dengan kecanggihan teknologi saat ini, sangat mudah untuk mendapatkan akses dalam memakmurkan masjid. Bahkan sebetulnya, tidak ada alasan lagi untuk sulit pergi ke masjid, mengingat banyaknya masjid yang dibangun oleh umat Islam untuk kemudahan beribadah.

Secara fisik, bangunan masjid yang berdiri sekarang sudah dilengkapi dengan fasilitas cukup memadai, dari tempat salat yang nyaman dengan karpet sajadah yang bagus, penerangan lampu listrik yang bagus. Tidak hanya itu saja, di masjid juga dilengkapi dengan tempat wudhu, toilet, dan kolam kaki yang bersih dan nyaman, lahan parkir yang cukup luas untuk jamah yang membawa motor ataupun mobil. Secara fungsional, masjid juga difasilitasi dengan adanya petugas pemakmur masjid, seperti imam salat fardhu dan bilal atau muadzin, petugas kebersihan, dan lainnya. Kemudian juga dicanangkan sejumlah program keagamaan, seperti pembelajaran baca tulis dan tahfizh al-Qur’an, majelis taklim, majelis shalawat dan dzikir, peringatan hari besar Islam, sehingga masjid pun dapat terjalankan fungsinya.

Dengan begitu lengkapnya fasilitas, sarana, dan prasarana masjid tersebut, maka tentunya rumah Allah ini harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh umat Islam. Umat Islam bisa memaksimalkan kegiatan ibadah di masjid sehingga mereka akan masuk ke golongan orang yang memakmurkan  masjid tersebut. Namun memang disayangkan, tidak begitu banyak umat Islam yang begitu antusias  memanfaatkan fasilitas ini. Untuk salat berjamaah saja misalnya, belum begitu banyak jama’ah yang memadati masjid kecuali sebagiannya saja, bahkan ada beberapa masjid yang kosong dari jamaah pada salat-salat tertentu. Hanya pada hari Jumat saja masjid nampak ramai jamaahya. Kemungkinan masyarakat sekitar mementingkan pekerjaan duniawi daripada meluangkan waktu untuk pergi ke masjid menunaikan salat berjama’ah. Demi sebuah profesionalisme dan masalah duniawi terkadang perintah agama yang satu ini dinomor duakan, atau bahkan nomor sekian dan bahkan sering ditinggalkan dan lebih mrmentingkan kegiatan yang lain.

Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya memakmurkan masjid ini harus segera di-upgrade, harusnya dimulai sejak dini, terutama para remaja dan pemuda generasi milenial yang sebagian cenderung mengabaikan hal ini. Kesadaran tersebut tentunya harus dimunculkan dari mereka melalui kegiatan-kegiatan dakwah, pengajian, dan majelis taklim. Kita patut juga berbangga bahwa masih banyak generasi melenial yang hatinya terpaut dengan masjid. Seperti itulah rumah Allah yang seharusnya dipenuhi oleh jamaah yang ingin dekat dengan Allah Swt. Guna menampung aktivitas umat serta menyatukannya sebagai sebuah kekuatan Islam yang luar biasa. Maka alangkah indahnya bila setiap masjid yang didirikan tidak saja dibangun untuk sebuah hiasan belaka.

Di desa tempat penulis tinggal, yaitu di Desa Jatikalen setidaknya ada banyak masjid yang penulis amati cenderung sepi jamaah, apalagi pada hari-hari biasa. Masjid cenderung ramai hanya saat hari Jumat, ketika menjelang salat Jumat. Bahkan, pada hari Jum’at ini jamaah terlihat sangat penuh.

Melihat kasus yang ada di desa penulis, terlihat para remaja masih saja banyak yang enggan untuk pergi ke masjid. Lalu, bagaimana nasib masjid ini ke depannya?

Penulis  membayangkan jika hal itu terjadi. Membangun masjid seharusnya diperhitungkan secara matang, karena membangun masjid tidak dilihat dari segi fisik saja tetapi  harus dilihat secara mental dari penduduk sekitar masjid tersebut. Agar masjid tersebut tidak kehilangan fungsinya sebagai tempat beribadah umat muslim. Karena pada dasarnya Rasulullah membangun masjid untuk digunakan sebagai tempat ibadah juga untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam.

Melihat fenomena sepinya masjid di Desa Jatikalen, sebenarnya ada berbagai cara yang bisa digunakan untuk memakmurkan masjid di daerah ini. Mayoritas masyarakat Jatikalen bekerja sebagai petani, sebagian masyarakat memang sibuk dengan pekerjaan mereka terutama bagi kaum laki-laki, setelah subuh mereka sudah berangkat ke sawah alhasil tak banyak yang melakukan kegiatan seperti salat jamaah di masjid setiap harinya.  Hanya pada hari Jumat saja masyarakat sekitar banyak yang berdatangan ke masjid untuk menunaikan salat Jumat.

Semakin banyaknya jumlah masjid dan mushola di sekitar desa  ini sering kali tidak diimbangi dengan kegiatan-kegiatan positif yang dapat memakmurkan masjid. Padahal kegiatan memakmurkan masjid sangatlah penting untuk menunjukkan masjid sebagai pusat peradaban. Tidak hanya sekadar untuk tempat melaksanakan ibadah seperti salat, ngaji, dan berdzikir. Namun, juga sebagai tempat untuk menuntut ilmu maupun pusat kegiatan kemsayarakatan dan kegiatan sosial lainnya. Untuk memakmurkan masjid, tentunya harus ada semangat dari generasi muda sebagai pendorong untuk memakmurkan masjid. Dengan adanya rencana pemakmuran masjid tentunya sangat baik dan penting untuk menghindari hal-hal yang negatif dan tidak bermanfaat.

Memakmurkan masjid dilakukan dengan berbagai macam kegiatan, baik yang mendatangkan dan melibatkan orang banyak atau jamaah. Kegiatan memakmurkan masjid contohnya dengan mengadakan acara untuk memperingati hari besar Islam (PHBI) dan kegiatan positif lain. Dan penggunaan masjid sebagai wadah pendidikan lebih efektif untuk menarik minat para jamaah untuk pergi ke masjid.

Kegiatan memakmurkan masjid diantaranya adalah dengan rutin menyelenggarakan kegiatan santunan anak yatim dan mengadakan pengajian rutin setiap seminggu sekali. Tidak hanya pengajian saja, namun juga akan diadakan kegiatan penyuluhan kesehatan, pembekalan keterampilan, dan kegiatan positif lainnya untuk memakmurkan masjid-masjid di Desa Jatikalen. Sebaiknya kegiatan tersebut tidak diadakan di satu masjid saja tetapi diadakan secara merata di berbagai masjid yang berada di Desa Jatikalen. Sebenarnya untuk memakmurkan sebuah masjid tidak sulit jika dilandasi dengan semangat generasi muda. Dimana generasi muda memiliki ide-ide yang bisa menarik minat banyak orang untuk pergi ke masjid dengan cara mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang positif dan menarik. Pengaplikasian dari hal-hal di atas diharapkan dapat terlaksana sehingga kemakmuran masjid di Desa jatikalen dapat tercapai. (EN)

Biografi Penulis

*) Dimas Eka Prasetyo

Dimas Eka Prasetyo mahasiswa aktif prodi komunikasi penyiaran islam di IAIN Kediri. Lahir di Nganjuk, pada 08 Agustus 2001. Aktif di organisai karang taruna Desa Jatikalen, Kabupaten Nganjuk. Untuk mengenal lebih jauh tentang penulis, dapat menghubungi e-mail pribadinya dimaseka0808@gmail.com

About author

No comments