Optimalisasi Peran Generasi Millenial Dalam Budaya Berbahasa yang Baik dan Benar Pada Sosial Media di Masa Pandemi

0

Bahasa merupakan alat komunikasi, di samping bahasa merupakan produk budaya dari masyarakatnya. Sebagai alat komunikasi, bahasa berperan penting untuk menyampaikan pesan atau maksud dari penutur. Di sisi lain, sebagai produk budaya, bahasa memiliki peran untuk melestarikan berbagai macam kebiasaan maupun tingkah laku masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan bagian penting bagi manusia dan tidak dapat dipisahkan.

Kemudian, mengacu pada perkembangan revolusi industri 4.0, kecanggihan teknologi tidak dapat dielakkan lagi dari kehidupan manusia di era sekarang ini, tak terkecuali bagi generasi millenial. Generasi millenial merupakan generasi yang sangat akrab dengan teknologi. Salah satu bentuk pemanfaatan teknologi oleh generasi millenial adalah penggunaan sosial media yang terhubung dengan jaringan internet. Sosial media ini merupakan fitur dalam dunia maya, dengan berbagai macam jenis seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan sebagainya. Generasi millenial memegang peranan penting, karena mereka sebagai subjek di dalamnya. Oleh karena itu, budaya berbahasa dengan baik dan benar di media sosial sangat diperlukan.

Namun, di tengah situasi dunia yang terpuruk dalam masa pandemi membuat penggunaan teknologi sebagai alternatif berkomunikasi menjadi suatu keharusan, tak terkecuali sosial media. Hal ini membuat semakin masifnya penggunaan sosial media pada generasi millenial Indonesia. Pengaruh penggunaan bahasa gaul dan akronim-akronim tidak baku pun marak terjadi, hingga sampai pada tahap di mana generasi millenial terbiasa menggunakan bahasa-bahasa gaul tersebut daripada bahasa yang sebenarnya. Latar belakang penggunaan bahasa gaul dan akronim-akronim tidak baku tersebut terletak pada usaha individu untuk mengefektifkan dan mengefisiensi penggunaan kalimat dan kata-kata panjang, dan berakhir menyebabkan kelatahan pada masyarakat Indonesia pada umumnya sehingga kesalahan berbahasa pun kerap terjadi.

Lebih lanjut, kesalahan berbahasa ini menjadi kebiasaan masyarakat, terlebih pada generasi millenial, dan dianggap sebagai suatu kebenaran berbahasa. Padahal bahasa merupakan identitas bangsa, jati diri suatu golongan masyarakat di sebuah negara. Bahasa adalah produk budaya masyarakatnya, sehingga apabila budaya berbahasa yang diterapkan salah, maka akan terjadi kepunahan suatu bahasa dan munculnya produk bahasa lain yang belum tentu akan sama dengan budaya asal dan merepresentasikan masyarakatnya. Secara lebih luas, pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara lain bahkan mungkin saja terjadi. Hal ini tentu merupakan suatu masalah yang cukup mengkhawatirkan. Maka dari itu, dibutuhkan suatu langkah yang aktif dan progressif untuk menjaga identitas bangsa melalui bahasa.

Di sinilah dituntut peran aktif dari generasi millenial untuk melestarikan jati diri bangsa melalui budaya berbahasa yang baik. Langkah yang tepat adalah dimulai dari sosial media. Dalam hal ini, ada beberapa peran generasi millenial di tengah pandemi ini untuk memanfaatkan potensi besar sosial media mereka dalam upaya melestarikan jati diri bangsa melalui budaya berbahasa yang baik dan benar. Berikut beberapa peran tersebut.

  1. Generasi millenial sebagai akselerator budaya berbahasa yang baik dan benar. Dalam hal ini, generasi millenial dapat melakukan kampanye mandiri untuk menyerukan kepada masyarakat Indonesia agar aktif berbahasa dengan baik dan benar, sebisa mungkin menghindari kata-kata singkatan tidak baku dan bahasa-bahasa tidak terstandardisasi untuk meminimalisir kesalahan. Bisa juga dengan mengunggah materi-materi terkait budaya berbahasa yang baik, literasi, dan lain-lain. Selain itu, setiap postingan dari sosial media masing-masing generasi millenial juga seyogyanya menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal ini merupakan contoh yang baik bagi masyarakat, terlebih dalam rangka penguatan jati diri bangsa melalui bahasa. Tidak hanya bahasa Indonesia, tetapi juga bahasa daerah maupun bahasa asing.
  2. Generasi millenial berperan sebagai pembelajar bahasa. Meskipun bukan menekuni bidang studi linguistik maupun sastra, setiap generasi millenial membawa peran sebagai pembelajar. Dalam hal ini, melalui media sosial masing-masing, pembelajar bahasa akan setiap waktu belajar mengenai bagaimana berbahasa yang baik dan benar, sopan, serta tidak menyinggung orang lain. Dengan demikian, citra diri yang terbentuk akan secara tidak langsung mempengaruhi masyarakat pada umumnya untuk lebih memperhatikan bahasa yang digunakan, mematuhi kaidah-kaidah kebahasaan, sehingga jiwa dan jati diri bangsa akan tampak melalui bahasa yang diucapkan.
  3. Generasi millenial sebagai representator budaya berbahasa. Dalam hal ini, sebagai seorang representator, maka generasi millenial akan menempatkan dirinya sebagai seorang yang menjadi teladan. Dengan demikian, dalam setiap unggahan sosial medianya, masyarakat akan memandang dia sebagai kiblat. Maka, dengan menjadi representator budaya berbahasa yang baik dan benar, lambat laun masyarakat akan terbiasa melihat dan membaca berbagai unggahan dengan bahasa yang baik dan benar, sehingga memberikan stimulus dan melatih masyarakat untuk terbiasa menggunakannya.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa optimalisasi peran generasi millenial dalam budaya berbahasa yang baik dan benar pada sosial media di masa pandemi merupakan suatu kebutuhan yang mutlak harus dilakukan. Dalam hal ini, ada 3 peran yang dapat dioptimalkan bagi generasi millenial untuk menjaga jati diri bangsa melalui bahasa pada sosial media, yaitu sebagai akselerator melalui kampanye mandiri, dengan lembaga, ataupun pembiasaan penggunaan bahasa yang baik dan benar; sebagai pembelajar bahasa yang berarti belajar bahasa setiap waktu dan tercermin dari setiap pilihan kata yang dipakainya; dan representator budaya berbahasa yang baik dan benar dengan cerminan penggunaan bahasa pada setiap unggahan di sosial media mereka. (EN)

Tentang Penulis

Prahoro Yudo Purwono

Penulis bernama Prahoro Yudo Purwono, mahasiswa program studi S-1 Sastra Jerman Universitas Negeri Surabaya dan S-1 Manajemen Universitas Terbuka. Terkait tulisan dan hal-hal lain, penulis dapat dijumpai di akun instagram @pyp_raesland atau email ke drpurwono369@gmail.com.

About author

No comments