ANALISIS KASUS GAGAL PANEN: NASIB PETANI SUDIMOROHARJO DAN PROYEKSI KEUNTUNGANNYA

0

SUDIMOROHARJO. Desa dengan nama yang hampir sulit untuk dieja tersebut merupakan desa yang dikenal mumpuni dalam bidang pertanian. Pasalnya, kondisi alam yang terdapat di dalam desa tersebut masih asri dengan kontur tanah yang baik bagi tanaman. Sehubungan dengan hal tersebut, bertambahnya  penduduk di  Desa Sudimoroharjo ini yang setiap tahunnya meningkat menjadikan kebutuhan beras juga berbanding lurus.

Problematika kasus “gagal panen” bukan terjadi satu kali saja. Namun, fenomena ini telah terjadi beberapa kali. Hal ini disebabkan karena adanya hama wereng dan ketamakan tikus. Di samping itu, kurangnya pengetahuan petani tentang mendayagunakan sawah tadah hujan dan sulitnya petani mendapatkan informasi mengenai perubahan iklim sering membuat petani mengalami gagal panen. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani di Desa Sudimoroharjo rata-rata belum efisien secara teknis. Ditambah perilaku risiko petani dalam menggunakan input pupuk urea maupun pupuk phoska dan tenaga kerja masuk.

Kasus gagal panen sepertinya diperparah oleh kekeringan. Tanaman padi di Desa Sudimoroharjo yang berumur satu bulan ini tidak mendapatkan air dan dipastikan petani mengalami gagal panen. Jika dilihat untuk saat ini, kondisi tanaman padi milik petani setempat sangat memprihatikan. Puluhan hektar tanaman padi yang berumur satu bulan mengering dan dipastikan gagal lantaran tidak mendapatkan pasokan air yang cukup. Mulai dari populasi penduduk yang terus meningkat, ketersediaan lahan yang semakin berkurang, rusaknya tanaman padi, dan sulitnya mendapatkan air.

Akibatnya, lahan sawah di sini ditanami padi berusia satu hingga dua bulan dan keadaannya mulai mati akibat tidak teraliri air dalam sebulan terakhir. Tak adanya aliran air menyebabkan kondisi tanah sawah mulai kering sehingga tanaman padi pun ikut mengering dan mati. Petani pun mengalami kerugian puluhan juta rupiah karena mereka dipastikan gagal panen tahun ini. Sejumlah petani termasuk pemilik lahan mengaku, saat menanam padi awalnya sempat menjumpai sumber air. Namun, saat berumur dua Minggu, debit air mulai mengecil hingga sebagian besar lahan tidak mendapat aliran air. Salah satu pemilik lahan mengaku pasrah dengan kondisi lahan padinya yang tidak mendapatkan pasokan air. Petani sudah kesulitan untuk menanam padi. Air menjadi kebutuhan yang tidak bisa digantikan akibat musim kemarau.

Hujan dan sawah milik petani di Desa Sudimoroharjo memang memiliki korelasi yang erat. Hal ini dikarenakan jenis sawah di desa tersebut ialah sawah tadah hujan. Sawah tadah hujan merupakan petani yang mengelola sawahnya yang sistem pengairannya sangat mengandalkan curah hujan. Jenis sawah ini hanya diolah jika ada air hujan. Pada lahan sawah tadah hujan sangat sulit untuk bisa panen dengan baik dibandingkan dengan sawah irigasi. Sawah tadah hujan paling banyak panen itu hanya 2 kali dalam setahun.Tak jarang banyak petani sawah tadah hujan hanya bisa panen satu kali dalam setahun dan mengalami penurunan produktivitas padi ataupun gagal panen, bagaimana adaptasi yang dilakukan oleh petani dalam menghadapi gagal panen agar tidak kekurangan pendapatan gagal penen, serta upaya apa saja yang sudah pernah dilakukan petani sawah tadah hujan dalam menghadapi gagal panen.

Pengambilan subjek dilakukan melalui pengamatan langsung. Hasil penelitian menunjuan bahwa faktor utama penyebab patani gagal panen yakni karena faktor alam dan non alam. Faktor alam paling besar pengaruhnya seperti perubahan musim, letak sawah yang jauh dari irigasi, tanah yang kurang subur, sulitnya mendapatkan pupuk, dan hama alam lainnya.

Strategi yang dilakukan oleh petani sawah tadah hujan  dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni strategi aktif, strategi pasif, dan strategi jaringan. Strategi aktif yang dimaksud adalah strategi yang dilakukan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada dalam keluarga seperti keikutsertaan anggota keluarga yang lain seperti istri ataupun anak mereka bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, dan petani itu sendiri melakukan pekerjaan lain di luar sebagai petani sawah tadah hujan. Strategi pasif, merupakan strategi yang dilakukan petani sawah tadah hujan dengan mengurangi pengeluaran keluarga, dan strategi jaringan yakni strategi yang dilakukan oleh petani sawah tadah hujan dengan cara mencari bantuan baik itu keada saudara ataupun bukan saudara.

Banyaknya masyarakat yang tidak berpendidikan tinggi, serta mempunyai lahan dan sawah yang diwariskan dari orang tuanya membuat sebagian masyarakat terpaksa berkerja sebagai petani. Akhirnya masyarakat melakukan penyuluhan untuk membantu agar petani sejahtera agar petani paham dengan cara pengeloalaan sawah tadah hujan dengan baik dan benar. Dahulunya penyuluhan ini dari 8 tahun yang lalu dan itu hanya 2 kali pertemuan, dua tahun setelah itan dan pembinaan ini telah menjadi program berkelanjutan, sehingga untuk setiap nagari ditunjuk 1 penyuluh, sudah 3 tahun ini setiap 15 hari saya turun lapangan dan melihat perkembangan serta membina. Petani pun melakukan upaya yakni lebih menekankan kepada perbaikan pengelolaan dan memaksimalkanya. Pada umumnya semua petani melakukan hal tersebut. Jika perkembangannya bagus jika petani giat dan mau ikut berpartisipasi dalam kelompoknya masing-masing maka setiap petani akan diberi bantuan seperti bibit, pupuk dan alat-alat pertanian.

Jika padi terkena hama wereng coklat, petani memberikan pestisida. Lalu, padi diberikan dari gulma. Penanaman padi juga dengan Sistem Jajar Legowo, menggunakan bibit padi yang mahal. Itulah usaha dari para petani yang dapat dilakukan bersama-sama ada. Kegagalan panen secara beruntun membuat petani mengalami berbagai kerugian. Petani menjadi tidak dapat bergantung kepada hasil pertanian karena pengelolaan sawah tentunya memerlukan adanya input berupa modal. Hilangnya “perangkat keberhakan” petani untuk memperoleh pendapatan dari hasil penjualan panen menyebabkan petani harus melakukan berbagai upaya untuk dapat bertahan hidup.

Untuk petani sawah tadah hujan sebaiknya menerapkan inovasi yang telah diajarkan oleh penyuluhan pertanian. Sebab, dengan menerapkan inovasi yang diberikan petani akan mengetahui mana yang bisa diterapkan dan yang tidak bisa diterapkan untuk sawah tadah hujan. Sebaiknya, untuk sawah tadah hujan juga baik diselingi dengan tanaman palawija. Meskipun mengelurkan banyak biaya untuk pengelolaannya, hasilnya jauh lebih bagus. (DEW)

Biografi Penulis

Nama: Muhammad Rodhi

Nim: 933509820

Program studi: KPI/1A

Email: ihdorkhecil@gmail.com

About author

No comments