TRADISIONALISME ISLAM DI DESA SAMBIRESIK

0

Indonesia adalah satu negara yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. Pendidikan Islam di Indonesia sudah ada sejak beberapa abad yang silam dimulai dari pembelajaran agama Islam secara tradisional yang dilakukan disurau-surau hingga kini menjadi lebih maju dan berkembang. Islam tidak hanya diajarkan di surau-surau, tetapi kini telah diajarkan di madrasah-madrasah hingga perguruan tinggi. Melihat perkembangan serta perubahan yang pesat terhadap pendidikan Islam di Indonesia, tetap saja karakter (pendidikan akhlak) masih menjadi tujuan pendidikan saat ini. Bahkan dalam merumuskan pendidikan karakter di Indonesia yang banyak digunakan pemerhati terhadap pendidikan adalah konsep dan paradigma tokoh barat, padahal tokoh-tokoh Islam tidak sedikit yang membahas konsep dan karakter Islam itu sendiri. Indonesia belum memiliki pengalaman sebagai pusat peradaban Islam. Hal tersebut terjadi dalam tradisionalisme Islam dimana dalam suatu desa terjadi juga tentang tradisi yang sudah ada di Desa Sambiresik dengan nuansa atau adanya hubungan dengan agama Islam.

 Tradisi tersebut adalah dengan tradisi mengaji di TPQ/TPA. Di Desa Sambiresik juga ada suatu organisasi yaitu TPQ/TPA, dimana organisasi tersebut didirikan dengan tujuan untuk mendidik para remaja dan anak -anak dari umur lima tahun sampai remaja dengan menginspirasi masa muda yang mengenal dalam bidang agama dari mengenal huruf hijaiyah, menghafalkan surat pendek, do’a sehari-hari, dan mengajarkan lagu-lagu Islam, serta memperdalam suatu agama dari yang dilarang oleh Allah SWT sampai yang diridhoi atau mencari pahala (mencari kebaikan). TPA/TPQ adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an yaitu suatu organisasi nonformal yang bertujuan untuk mendidik anak-anak serta remaja dalam bidang agama serta memberikan pelajaran membaca Al-Qur’an dan membimbing anak-anak maupun remaja untuk menjadi umat muslim yang taat kepada agama.

TPA/TPQ sudah ada dari zaman orang tua kita terdahulu dari suatu generasi ke generasi sudah dianjurkan atau sudah diarahkan untuk belajar di TPA/TPQ terdekat, dimana hal tersebut akan menjadi panutan awal mengenal pembelajaran Al-Qur’an dan akan menjadi suatu tradisi  turun temurun dari orang tua yang dahulu yang sudah belajar ilmu Agama atau pendidikan Al-Qur’an. Tradisi adalah sebuah ajaran yang diturunkan dari generasi ke generasi dengan nuansa nusantara ataupun ajaran agama. Tradisi adalah sebuah ajaran yang mengandung sebuah ajaran turunan dari Tuhan yang disertai penafsiran agar dapat diimplikasikan oleh manusia dalam perjalanan hidup sehari-harinya.

Tujuan pendirian Taman Pendidikan Al-Qur’an adalah membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, dan menanamkan rasa keagaman tersebut pada semua kehidupan.

Dapat diketahui bahwa Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dapat menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, bermanfaat, dan berkhidmat pada masyarakat, dengan cara menjadi abdi masyarakat.

Dalam pelaksanaan penyelenggaran kegiatan Taman Pendidikan Al-Qur’an mampu menampilkan eksistensinya sebagai lembaga solidaritas sosial dengan menampung santri dari berbagai lapisan masyarakat muslim dan memberikan pelayanan yang sama dengan mereka, tampa membedakan latar belakang ataupun tingkat sosial ekonomi mereka.

Biasanya juga tradisi Islam yang di ajarkan di TPQ selain mengenal Al-qur’an dan tajwid adalah lagu islami yang dikolaborasikan dengan alat tradisional yaitu berupa gendang atau yang disebut rebana atau zaman sekarang adalah banjari. Dimana banjari adalah salah satu alat untuk menyebarkan lagu sholawat Islam, yang diperkenalkan di kalangan masyarakat umum dan dipelajari para santri, biasanya dilantunkan setiap ada jadwal latihan dan adanya momen istimewa di pondok, surau maupun pernikahan dengan membawa alat tradisional yaitu gendang atau alat banjari dengan alat dasar kayu bindar berlis kulit sapi dengan berbentuk seperti gendang dan peralatan lainya juga. Jadi, tradisi turun temurun dari dulu untuk mempelajari dan menyiratkan sholawat serta belajar mengunakan alat musik tradisional rebana atau yang disebut banjari dengan ragam lagu yang beragam dan merdu.

Dikarenakan masyarakat Desa Sambiresik berada di suatu daerah yaitu pula Jawa  tepatnya di Jawa Timur, yang khas dengan suatu tradisi masyarakat Jawa dan kental akan budaya kejawen serta agama tradisional yang sudah turun-temurun maka masyarakat mengaitkan suatu tradisi atau suatu kejadian istimewa dengan keyakinan dan aqidah dari nuansa tradisional yang mengandung unsur agama.

Masyarakat Jawa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang dikaitkan oleh norma-norma hidup karena sejarah, tradisi maupun agama. Ritual adalah sebuah tradisi yang dilakukan masyarakat sekitar saat melakukan sesuatu hal yang bermakna istimewa maupun bermakna bagi masyarakat kejawen. Atau bisa disebut juga ritual adalah suatu ibadah yang dilakuakan di dalam tradisi-tradisi masyarakat sekitar, yang dilihat dari ritualnya sendiri seperti kesenian, memasuki rumah adat, slametan di punden desa, dan lain sebagainya. Dimana hal tersebut masih berhubungan dengan mitologis. Dimana mitologis merupakan sebuah pandangan atau persepsi masyarakat mengenai perekat atau suatu hubungan masyarakat yang dapat realitas dan budaya yang ada. Dimana mitos memberikan panduan antara benar dan apa yang penting bagi kehidupan suatu kelompok masyarakat. Mitologis terkait dengan legenda, mitos-mitos, organisasi atau sosial. Dikarenakan mitologis mempunyai hal simbolik dan metafora yang memiliki hubungan keterkaitan antara nonrasional dan emosional manusia yang mempunyai dampak kesadaran manusia.

Bersih desa adalah sebuah tradisi yang dilakukan masyarakat sekitar atau sebuah ritual yang dilakukan di sebuah tempat yang disebut punden atau tempat dayang-dayang desa. Dimana bersih desa dapat disebut juga dengan seseorang yang tinggal pertama kali di desa tersebut atau disebut babat desa atau bisa disebut dayang desa. Dimana tempat tersebut disebut juga seperti punden. Punden adalah tempat yang sakral bagi masyarakat kejawen, bukan hanya masyarakat kejawen melainkan semua orang beranggapan bahwa tempat itu sakral Ditambah lagi kramatnya suatu tempat tersebut dikarenakan untuk menghindari tempat tersebut dari orang yang tak bertanggung jawab. Masyarakat sekitar biasa mengadakan slametan, doa besama maupun tahlil di punden tersebut, dengan membawa makanan seperti berkat, dan membawa sesajen khusus yang sudah disiapkan untuk upacara adat bersih desa yang akan dilakukan.

Menurut Islam, bersih desa dulunya adalah tradisi yang pertama kali dicetuskan oleh para wali, dimana saat menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa dan para wali dulu menyesuaikan antara kebudayaan dan Islam. Dimana hubungan agama dan kebudayaan memiliki hubungan yang unik, seperti penyampaian Islam, dimana penyampaian dan pengajarannya menyesuaikan dengan budaya sehingga adanya keterkaitan dengan tradisi-tradisi di masyarakat Jawa dan ajaran Islam.mitologis dan teologis tidak bertentangan dengan Islam dan banyak juga ritual dan tradisi yang menjadi kolaborasi dan modifikasi baru untuk ajaran agama yang disampaikan, yang bersifat sinkretis antara agama dan budaya. Setiap kelompok Islam memiliki tradisi Islam baik dalam kepercayaan maupun ekspresinya, karena corak budaya setiap daerah berbeda-beda dan wilayah Indonesia juga kaya akan kebudayaan dan kearifan lokalnya.

Bersih desa adalah suatu ritual atau tradisi yang turun temurun dilaksanakan dari dulu. Tradisi atau ritual bersih desa tersebut bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT kepada masyarakat, serta rasa syukur atas hasil panen yang didapat. Biasanya kegiatan tradisi bersih desa dilakukan saat bulan Syawal atau bulan Sela ke-11, meskipun berbeda-beda setiap daerah penentuan pelaksanaan biasanya pengunaan paling banyak di bulan Suro atau bulan Sela. Adapun persepsi mengenai penentuan hari harus sesuai dengan anjuran memilih hari yang baik. Sesuai dengan kalender Jawa yang ditentukan tidak sembarangan melainkan memilih hari-hari tertentu di dalam kalender Jawa yang merupakan hari sakral untuk melaksanakan ritual bersih desa.

Dan dapat disimpulkan bahwa ritual  atau adat bersih desa bertujuan untuk ngalap berkah dan wujud rasa syukur atas panen yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa yaitu Allah SWT dan mendoakan para leluhur desa atau bisa disebut juga dengan dayang-dayang desa. Serta mengharapkan supaya dijauhkan dari berbagai macam marabahaya. Serta tempat untuk pelaksanaan tradisi tersebut adalah punden di desa, serta diikuti oleh semua masyarakat yang mengalap berkah dari tradisi bersih desa yang dilaksanakan dengan doa-doa dan tahlil bersama. (EN)

BIODATA PENULIS

Melinia Assahra Agustina

Melinia Assahra Agustina adalah mahasiswa Psikologi Islam IAIN Kediri. Untuk mengenal penulis, silakan hubungi email pribadinya meliniaassahraa@gmail.com.

About author

No comments