KEBERHASILAN PEMBUDIDAYAAN TANAMAN HOLTIKULTURA PADA ERA COVID-19 DI DESA BANJARARUM ASRI KABUPATEN MALANG

0

WHO (World Health Organization atau Badan Kesehatan Dunia) secara resmi mendeklarasikan adanya Virus Corona (Covid-19). Di mana virus ini menimbulkan gejala utama berupa gangguan pernapasan. Wabah ini menjadi sorotan karena kemunculannya begitu tiba-tiba dan cepat menyebar ke banyak negara. Virus ini diketahui muncul pertama kali pada akhir tahun 2019 di kota Wuhan, China. Kemudian, juga menyebar ke Indonesia pada tanggal 9 maret 2020. Virus ini juga telah ditetapkan sebagai pandemi. Artinya, Virus Corona telah menyebar secara luas di dunia. Pandemi sendiri adalah suatu wabah penyakit global. Menurut WHO, pandemi berarti adanya penyakit baru yang menyebar ke seluruh dunia hingga melampaui batas.

Di Indonesia sendiri, pandemi memiliki cukup banyak dampak di berbagai sektor salah satunya adalah sektor perekonomian dan ketenagakerjaan. Banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan diberhentikan (PHK). Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) per 7 April 2020, akibat pandemi Covid-19, tercatat sebanyak 39.977 perusahaan di sektor formal yang memilih merumahkan, dan melakukan PHK terhadap pekerjanya. Total ada 1.010.579 orang pekerja yang terkena dampak ini. Rinciannya, 873.090 pekerja dari 17.224 perusahaan dirumahkan, sedangkan 137.489 pekerja di-PHK dari 22.753 perusahaan. Dan direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suryo Utomo mengungkapkan tiga dampak besar pandemi Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia sehingga masuk dalam masa krisis. Hal tersebut disampaikan oleh Suryo Utomo saat memperingati Hari Pajak 2020. Suryo menyebutkan dampak pertama adalah membuat konsumsi rumah tangga atau daya beli yang merupakan penopang 60 persen terhadap ekonomi jatuh cukup dalam. Hal ini dibuktikan dengan data dari BPS yang mencatatkan bahwa konsumsi rumah tangga turun dari 5,02 persen pada kuartal I 2019 ke 2,84 persen pada kuartal I tahun ini.

Dalam penanggulangannya, pemerintah memberi bantuan seperti yang diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Beliau mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyalurkan bantuan sosial (bansos) kepada hampir 50 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Hal ini termasuk bantuan tambahan yang diberikan selama masa pandemi Covid-19. Sri Mulyani memaparkan bahwa bansos diberikan melalui berbagai program. Rinciannya, Program Keluarga Harapan (PKH) diberikan untuk 10 juta KPM, kartu sembako untuk 19,4 juta KPM, kartu prakerja 5,5 juta, BLT dana desa 7,6 juta penerima, dan bantuan sembako Jabodetabek untuk 1,9 juta KPM. Kemudian, pemerintah melalui Kementerian Sosial memastikan melanjutkan penyaluran Bantuan Sosial Tunai (BST) di 2021. Hal itu dilakukan guna meringankan beban masyarakat akibat Pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 telah membuat perekonomian tidak stabil. Oleh karena itu, sudah seharusnya masyarakat yang dimulai dari lingkungan terkecil bangkit dari kondisi ini. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat desa Banjararum, Singosari, Malang. Menurut Ketua RW daerah Banjararum Asri, Singosari, mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus perekonomian bermula dari persoalan pandemi yang menimpa kalangan tidak mampu. Beliau berkata, “Kami mempunyai data bahwa hampir 75 persen kepala rumah tangga adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan karena PHK. Untuk membantu masalah perekonomian ini, warga Banjararum melakukan salah satunya dengan cara ‘Pembudidayaan Tanaman Holtikultura’ di desa ini”. Begitulah pernyataan Pak Eko selaku Ketua RW dalam sambutannya di acara Srawung Guyub Rukun, dengan tema “Penanggulangan Pandemi”, di Balai Desa Banjararum, Malang, Sabtu (23/03/2019).

Di desa Banjararum, kecamatan Singosari, Malang, mengadakan kegiatan bercocok tanam  dikarenakan adanya peristiwa yang membuat para kepala rumah tangga terkena PHK. Dampak pandemi membuat warga menjadi kehilangan pekerjaan dan tidak ada pemasukan, untuk itu kegiatan ini digunakan untuk menghidupkan kembali komunikasi antar individu, sehingga mampu membuat warga lebih produktif dan dapat menghasilkan (membudiyakan hasil seperti: bibit, dan buahnya). Dari peristiwa tersebut, para pejabat desa RT dan RW beserta beberapa perwakilan warga yang berpengaruh di desa mengadakan musyawarah mengenai langkah atau ide yang akan dilaksanakan. Dari musyawarah tersebut, diperoleh sebuah mufakat yaitu melakukan penghijauan (bercocok tanam). Di mana pada setiap RT terbagi dengan tanaman yang berbeda-beda. Dan setiap RT sudah mendapat ketentuan dari ketua RW.

Warga desa Banjararum memilih untuk menanam tanaman holtikultura karena dianggap memiliki banyak manfaat secara langsung dan tidak langsung. Misalnya, dikonsumsi dan dinikmati sendiri atau dijual. Adapun budidaya tanaman biasanya diawali dari pembenihan, kultur jaringan, masa panen hingga pengemasan. Setelah itu, disusul dengan distribusi atau penjualan. Saat ini, daya tarik tanaman holtikultura menjadi tanaman budidaya di kebun dengan skala yang besar, tapi juga bisa menjadi dibudidayakan di area berskala kecil, misalnya di pekarangan rumah sehingga tanamannya dapat memberi manfaat secara langsung kepada yang membudidayakan.

Holtikultura sendiri itu adalah cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi, holtikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-obatan (biofarmaka), dan tanaman (lansekap). Salah satu ciri khas produk holtikultural adalah perisabel atau mudah rusak karena segar. Dan jenisnya, tanaman Hortikultura memiliki beberapa macam golongan seperti olekultura, florikultura, frutikultira dan biofarmaka.

Olerikultura merupakan jenis tanaman hortikultura dalam bentuk tanaman sayur dan mudah sekali ditemui di lingkungan dekat rumah. Sebab, sayuran adalah salah satu jenis tanaman yang pada umumnya diolah oleh masyarakat utuk dijadikan bahan makanan atau lauk pauk. Secara garis besar tanaman sayuran atau olerikultura dibagi lagi menjadi dua, tanaman tahunan dan musiman. Untuk tanaman musiman contohnya antara lain adalah melinjo, petai, jengkol dan lainnya. Jenis tanaman ini hanya bisa dipanen pada masa-masa tertentu saja, meski dapat dibudidayakan setiap waktu. Sedangkan tanaman tahunan diantaranya yaitu wortel, kangkung, bayam, bawang merah atau putih, cabe, tomat dan sebagainya. Semua bisa dibudidaya sepanjang tahun dan dapat diambil panennya tanpa awa batasan waktu. Tetapi tentu saja panen tersebut bisa dilakukan setelah masuk usia panen.

Tanaman holtikultura jenis frutikultura merupakan tanaman yang dapat menghasilkan buah-buahan. Pada umumnya tanaman ini membutuhkan beberapa teknik khusus ketika dibudidaya secara massal. Sama seperti olekulturan, tanaman frutikultura juga terdiri dari dua macam yaitu tahunan dan musiman. Contoh tanaman buah yang bersifat musiman misalnya mangga, durian, rambutan, semangka, melon, jeruk dan sebagainya. Sedangkan tanaman buah yang dapat menghasilkan hasil panen setiap waktu dan tidak mengenal musim antara lain nanas, pepaya, piang, nangka, salak, sawo dan belimbing serta yang lainnya.

Tanaman biofarmaka/tanaman obat merupakan jenis tanaman yang bermanfaat untuk mencegah maupun mengobati penyakit. Tanaman obat ada 2 jenis yaitu tanaman biofarmaka rimpang dan biofarmaka non-rimpang. Biofarmaka rimpang merupakan tanaman yang bermanfaat untuk obat, kosmetik, dan untuk kesehatan lainnya. Bagian tanaman yang digunakan yaitu bagian umbinya. Sedangkan biofarmaka non-rimpang yaitu tanaman yang bermanfaat untuk obat, kosmetik dan untuk kesehatan lainnya. Bagian tanaman yang digunakan yaitu daun, batang, bunga, akarnya. Contoh tanaman obat seperti lengkuas, temu lawak, kayu manis, bengkudu, brotowali, serai, dan masih banyak jenis tanaman obat lainnya.

Keunggulan yang menonjol dari lingkungan desa Banjararum adalah mampu membuat warga kembali untuk produktif selama Pandemi Covid-19, mampu mempererat hubungan komunikasi antar individu satu dan lainnya, dan mampu membudidayakan tanaman holtikultura sampai bisa memperbaiki perekonomian masyarakat. Setiap RT diwajibkan untuk menanam tanaman holtikultura, dimulai dari RT 01 diberi ketentuan oleh ketua RW untuk menanam sayuran, yaitu kangkung (kampung kangkung), yang merupakan tanaman hortikultura yang mudah dibudidaya. Untuk pemeliharaannya, cukup pilih pupuk tanaman hidroponik yang berkualitas agar hasil akhirnya sehat, lebat, dan memiliki gizi yang tinggi. Dilanjut RT 02 mendapat bagian untuk menanam obat-obatan, yaitu lidah buaya (kampung lidah buaya), merupakan tanaman obat dengan manfaat yang bervariasi, misalnya shampoo, masker wajah, dijadikan jus. Cara merawatnya pun sangat mudah, cukup diletakkan di area yang teduh, tapi tetap terpapar cahaya matahari yang cukup. Kemudian untuk RT 03, mendapat bagian menanam buah-buahan, yaitu stroberi (kampung stroberi) merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan memiliki warna, bentuk, aroma, dan rasa yang khas. Menurut Zhang et al (2003), buah stroberi (Fragaria sp.) termasuk dalam keluarga Rosaceae yang merupakan buah penting dan banyak dikonsumsi. Buah ini tergolong sangat mudah rusak dengan umur simpan 2-3 hari pada suhu kamar dan rentan terhadap pembusukan paska panen karena tingkat respirasi yang tinggi, tekanan lingkungan, dan serangan pathogen.

Dari pembudidayaan ini, warga desa Banjararum dapat memperoleh penghasilan seharinya bisa berkisar Rp100.000,00 sampai Rp400.000,00. Keuntungan kangkung dari RT 01 mampu memperoleh Rp150.000,00, keuntungan lidah buaya mampu memperoleh Rp200.000,00, dan stroberi mampu memperoleh Rp400.000,00. Pembudidayaan tanaman holtikultura mampu membuat warga menjadi berpenghasilan dan meningkatkan perekonomiannya di masa Pandemi Covid-19.

Jadi, pembudidayaan tanaman holtikultura di desa Banjararum, Singosari, Malang adalah sebuah strategi yang tepat guna meningkatkan perekonomian penduduk pada masa Pandemi Covid-19. Dengan adanya keberhasilan ini, penulis berharap, desa ini bisa menjadi role model bagi desa-desa lain untuk ikut sadar akan potensi yang dimiliki oleh desanya dan aktif mengembangkan sumber daya yang ada di dalamnya. Sehingga, akan mampu meningkatkan perekonomian di tengah masa krisis menghadapi Pandemi Covid-19. (EN)

Biografi Penulis

Yomala Resti Juwita

Yomala Resti Juwita, seorang mahasiswi Progam Studi Psikologi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN KEDIRI. Selain menjadi seorang mahasiswa, penulis juga menjadi anggota IPNU IPPNU IAIN KEDIRI. untuk menghubungi penulis dapat melalui Email: malarest18@gmail.com

About author

No comments