ANOMALI

0

Rimbunan daun menutupi rumah tua yang letaknya di tengah hutan. Lantaran penuh dengan belukar, sampai sang mentari saja tidak sanggup menembusnya. Tampak rumah tua itu penuh akar yang merangkul di sisi dindingnya. Di rumah itu terlihat bekas sepatu dan baju yang berserakan di pelatarannya. Selain itu, tanda penunjuk tengkorak juga tertancap di sana. Menandakan area yang sangat berbahaya. Bukan maksud menakuti, namun rumah itu memang menyimpan beberapa misteri yang belum pernah dapat diterima oleh akal kita. Dulu, banyak wisatawan dan para pendaki yang singgah walau sekadar beristirahat di situ. Namun, sekarang sudah jarang yang bersedia menuju ke tempat itu. Apalagi untuk datang ke rumah itu dan masuk ke dalamnya.

Kisah singkat ini bermula di tahun 1988. Di musim semi yang segar dipenuhi kicauan burung dan tarian tupai yang menggeliat di atas pohon cemara yang rindang. Ada sebuah keluarga yang sangat sibuk memutuskan untuk berpindah dari kota yang ramai menuju ke kawasan tenang dan damai di tengah hutan yang asri. Keluarga ini adalah keluarga Jacobi. Mereka beranggotakan 5 orang yaitu, Jacobi, Irene, Rene dan Cobi.  Pada masa itu, hutan sering dilintasi para pendaki dan wisatawan yang ingin menikmati waktu senggangnya melihat di pinggiran jurang yang indah. Rumah ini dibangun sendiri oleh Jacobi dan Cobi. Cobi yang waktu itu berumur 18 tahun merasa sangat senang karena akhirnya keinginan nya dan ayahnya dapat terlaksana. Mereka  berdua memang sangat ingin kehidupan tenang tanpa gangguan. Namun ibu Cobi Irene mencoba melarang karena aksesnya yang sedikit sulit dan jarang ada orang yang kesana kecuali jika waktu pelancong atau wisatawan datang. Namun, ibunya tetap tidak bisa menolaknya.

Selama 3 bulan mereka sangat menikmati hari hari itu. Sampai pada suatu ketika Rene sang anak perempuan bermain di kebun tomat di samping rumah. Kebun itu selain ada tomat, juga terdapat tanaman apel dan buah lainnya. Ketika itu, ayahnya Jacobi sedang mencari rusa untuk hidangan makan bersama cobi. Sedangkan, sang ibu sedang turun ke pasar di desa dekat hutan itu. Ibunya mengira Rene akan mengikuti ayahnya berburu namun ternyata sebaliknya. Hal buruk pun  tiba. Saat Rene mencoba bermain di kebun tanpa melihat ada sesuatu yang berbahaya. Ia kemudian terpeleset ke dalam tomat yang sudah busuk. Itu.

Semua keluarga panik karena anak mereka hilang secara tiba tiba sang kakak mencarinya bersama ibunya. Sedangkan, sang ayah Jacobi memanggil petugas hutan yang berlaga disana. Mereka berdua bergegas menuju belakang rumah sambil memanggil Rene. Namun, tak kunjung ada jawaban. Sang ibu menangis sambil berdoa agar Rene putri bungsunya segera ketemu. Hujan pun mengguyur daerah itu. Namun, sang ayah yang menyesal terus mencarinya. Hingga sampai di pinggiran jurang. Ada penjaga hutan disitu sambil termenung dan terkejut melihat Jacobi di belakangnya.  Jacobi menyapa dia dan merasa sedikit aneh melihat tingkah laku penjaga hutan ini. Tiba tiba Jacobi pun terpeleset dan jatuh. Dia melihat sobekan baju yang Rene pakai di atas tanah yang basah itu.  Sobekan itu seperti memang disengaja dirobek dengan paksa. Kemudian, Jacobi melihat di bawah pohon apel yang penuh dengan daun basah seperti menutupi sesuatu. Tiba tiba setelah dibuka ada mayat rene yang ada luka tembak di pelipis kanannya. Dengan baju  robek hampir tak ada kain yang ada disana. Ketika jacobi berbalik badan petugas itu sudah hilang dan tanah pun disana menjadi berwarna merah darah. Karena perpaduan darah Rene yang mengalir, campuran tomat busuk dan segar bercampur menjadi satu.

Kejadian ini teramat kelam bahkan membuat Jacobi pindah dari rumah itu. Polisi di sana pun melakukan investigasi dan mencari petugas penjaga hutan itu. Namun, tak ada kabar yang menyatakan pernah melihatnya. Hingga saat ini rumah itu memiliki keganjilan yang mana ketika ada orang yang melintas atau duduk istirahat maka akan ada hasrat membunuh sembari nafsu birahi yang memuncak. Hingga orang tersebut bunuh diri di tebing itu tanpa sebab. Namun, ada juga yang menyatakan bahwa ini karena memang disebabkan faktor alam yang menyatakan bahwa ini ada hubungannya dengan gas yang keluar di sekitar tanah itu sehingga membuatnya memliki anomali yang sulit dijelaskan. Apakah mungkin Jacobi salah dalam mengambil suatu sikap atau memang di tempat itu terdapat keputusan. Mungkin pembaca bisa memikirkannya agar dapat memahaminya sendiri.  (DEW)

Biografi Penulis

Refa Angger Wahyu

Refa Angger Wahyu, salah satu mahasiswa aktif program studi Tadris Bahasa Inggris semester tujuh IAIN Kediri. selain sibuk dengan kegiatan perkuliahan, penulis juga menjadi Sema Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kediri.

About author

No comments