Alam dan Filsafat Aliran Positivisme: Studi Kasus Tentang Krisis Air Setiap Puncak Kemarau di Desa Bobang

0

Indonesia dijuluki sebagai negara maritim. Dikenal sebagai negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat banyak, khususnya di bidang kemaritiman. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia terdiri dari 17.499 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km dan luas perairannya terdiri dari laut teritorial, perairan kepulauan dan perairan pedalaman seluas 2,7 juta km atau 70% dari luas wilayah NKRI. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi hidup dan kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Dari air bermula kehidupan dan karena air peradaban tumbuh dan berkembang, sehingga penyediaan air baku untuk kebutuhan domestik, irigasi, dan industry menjadi perhatian dan prioritas utama.

Di Indonesia, hak masyarakat terhadap penggunaan air dijamin melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.   Dalam perkembangannya, air secara sangat cepat menjadi sumber daya yang makin langka dan relatif tidak ada sumber penggantinya. Meskipun Indonesia termasuk dalam 10 negara kaya air, namun dalam pemanfaatannya terdapat permasalahan mendasar yang masih terjadi. Pertama, adanya variasi musim dan ketimpangan spasial pengiriman udara. Pada musim hujan, beberapa bagian di Indonesia mengalami kelimpahan air yang luar biasa besar sehingga berakibat terjadinya banjir dan kerusakan lain yang ditimbulkannya. Di sisi lain, pada musim kering kekurangan air dan kekeringan menjadi bencana di beberapa wilayah lainnya. Permasalahan mendasar yang kedua adalah terbatasnya jumlah air yang dapat dieksplorasi dan konsumsi, sedangkan jumlah penduduk yang terus bertambah menyebabkan kebutuhan air juga meningkat.

Salah satu masalah yang terjadi di Desa Bobang, tepatnya di Kecamatan Semen Kabupaten Kediri adalah kekurangan air atau kekeringan pada setiap puncak kemarau. Sebelum membahas mengenai asal usul dari masalah kekurangan air di Desa Bobang, terlebih dahulu membahas mengenai bagaimana asal usul dari kekeringan. Kekeringan merupakan salah satu bentuk bencana hidrometeorologi. Menurut Jayawardena, Bencana hidrometeorologi yaitu bencana yang diakibatkan oleh kondisi meteorologi dan kondisi hidrologi seperti angin puting beliung, badai, banjir, kekeringan dan hujan ekstrim, atau hujan dengan intensitas tinggi dalam waktu yang pendek. Dari aspek sosial-ekonomi, bencana kekeringan berkaitan dengan kondisi dimana permintaan air melebihi kemampuan memasoknya yang menyebabkan secara sosial, ekonomi, dan lingkungan terkena dampak buruknya.

Iklim dan curah hujan sangat menentukan ketersediaan air di suatu tempat dalam memenuhi kebutuhan air bagi kelangsungan hidup di tempat tersebut. Menurut Bahrun, dampak perubahan iklim menjadi isu strategis karena persoalan ini dapat mengancam kepentingan nasional suatu negara. Keragaman dan perubahan iklim tersebut merupakan proses alami yang terjadi secara dinamis dan terus-menerus. Hal ini membawa pengaruh negatif terhadap lingkungan yang mengakibatkan dampak pergeseran pola curah hujan, besaran curah hujan, dan perubahan temperatur udara. Dampak tersebut ditandai dengan mundurnya awal musim hujan dan makin panjangnya musim kemarau kemudian menyebabkan kekeringan.

Kekeringan merupakan salah satu bencana akibat iklim ekstrim yang paling sering terjadi di Indonesia dengan frekuensi dan tingkat risiko yang berbeda-beda. Kekeringan dikategorikan sebagai fenomena bencana alam yang kompleks dan terjadi perlahan-lahan, tidak diketahui pasti awal dan kapan bencana ini berakhir serta mengakibatkan dampak kerugian yang besar khususnya pada sektor pertanian pangan dan sektor kehidupan lainnya seperti ekonomi, sosial, dan lingkungan. Curah hujan dan suhu merupakan unsur iklim yang sangat penting bagi kehidupan di bumi.

Air hujan merupakan sumber daya yang banyak dimanfaatkan oleh manusia, terutama untuk kebutuhan air pertanian atau irigasi dan sumber air bersih. Keadaan iklim yang tidak menentu menyebabkan terjadinya kekeringan akibat curah hujan yang kecil dalam periode tertentu. Curah hujan yang menurun drastis dari angka normalnya disebut sebagai kekeringan meteorologis yang dapat mengakibatkan kekurangan cadangan air di suatu daerah. Apabila hal tersebut terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.

Membahas istilah dari positivisme yaitu suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar, maka dalam tulisan ini akan membahas mengenai sedikit tentang aliran positivisme. Secara umum, akar sejarah aliran positivisme dipelopori oleh Saint Simon (sekitar 1825). Yang kedua muncullah seorang filsuf yaitu Auguste Comte (1798-1857) yang menggunakan istilah positivisme dan sering disebut sebagai “Bapak Positivisme”. Menurut positivisme, pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta. Positivisme pun mengutamakan pengalaman. Menurut aliran positivosme ini, tugas filsafat bukanlah menafsirkan segala sesuatu di alam. Melainkan, tugas filsafat adalah memberi penjelasan logis terhadap pemikiran. Oleh karena itu filsafat bukan teori, filsafat adalah sebuah aktivitas.

Faktanya, kekurangan atau kekeringan air yang terjadi di Desa Bobang terjadi setiap puncak kemarau. Atau tepatnya terjadi pada saat sebelum memasuki musim hujan. Hal ini dapat diamati oleh masyarakat. Masyarakat yang selalu menggunakan air dalam kehidupannya akan membuat pengetahuan bahwa air tersebut sangat penting dan sangat dibutuhkan. Melalui pengamatan yang dilakukan masyarakat akan timbul sebuah pengalaman yang didasarkan oleh fakta dan pengalaman tersebut terbentuk secara logis atau masuk akal. Berdasarkan fakta yang terukur dan teramati oleh masyarakat tersebut, juga dapat membuat masyarakat bebas menilai bahwa kekeringan sering terjadi di Desa Bobang tersebut di setiap puncak kemarau. Maka hal tersebut yang dapat menyusun pengetahuan masyarakat mengenai realitas yang terjadi di Desa Bobang tersebut. Dari pemaparan sedikit mengenai penilaian masyarakat tersebut sama dengan ciri daripada aliran positivisme yaitu objektif atau bebas nilai.

Dari fenomena kekeringan air yang terjadi dapat menimbukan kesan pada masyarakat setempat terhadap kasus tersebut. Kekeringan air sangat meresahkan masyarakat. Terjadinya kekeringan air membuat masyarakat susah, khususnya petani yang membutuhkan lebih banyak air untuk irigasi. Terutama daerah di Desa Bobang yang masih ada lahan sawah dan masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Dari penyataan tentang kesan masyarakat terhadap kasus kekeringan tersebut, maka pengetahuan dan pengalaman dapat menimbulkan kesan-kesan yang merupakan salah satu ciri aliran positivisme yaitu fenomenalisme. Pengetahuan dan pengalaman tersebut juga dapat menjadi sebuah konsep dan ciri dari Desa Bobang tersebut, sehingga berpaduan dengan ciri nominalisme.

Kasus kekeringan air ini merupakan kejadian alam semesta yang bersifat natural. Kekeringan air yang terjadi di Desa Bobang ini terjadi secara perlahan. Sehingga masyarakat bisa mengantisipasi sebelum benar-benar tidak ada air dengan menggunakan air sehemat mungkin. Peristiwa kekeringan air ini semata-mata merupakan peristiwa alam dan tidak ada sangkut pautnya mengenai penjelasan supranatural. Sehingga dapat dipadukan dengan salah satu ciri aliran positivisme yaitu naturalisme. Karena kekeringan ini terjadi perlahan-lahan, pasti juga memiliki gejala seperti air dari sumur mulai berwarna coklat karena tanah dasar sumur juga ikut terangkat. Selain itu, air yang keluar sedikit dan tidak seperti biasanya. Dari beberapa gejala tersebut juga dapat disebut sebagai sistem atau mekanisme sebelum terjadinya kekeringan air. Dari uraian tersebut dapat dipadukan dengan salah satu ciri aliran positivisme yaitu mekanisme. Dalam kasus kekeringan air yang dihubungkan dengan aliran filsafat positivisme ini lahir sebuah pengetahuan dan pengalaman dengan pemahaman yang lebih tinggi. Hal ini karena terdapat rangkaian yang lebih spesifik mengenai kasus kekeringan ini.

Membahas istilah dari aliran filsafat fenomenologi yang merupakan reaksi terhadap positivisme. Secara umum pandangan fenomenologi dapat dilihat dalam dua posisi. Pertama, ia merupakan reaksi terhadap dominasi positivisme. Dan kedua, ia sebenarnya sebagai kritik terhadap pemikiran kritisisme Immanuel Kant, terutama konsepnya tentang fenomena-fenomena. Aliran Fenomenologi dipelopori oleh Edmund Husserl (1859-1938). Menurut Husserl, fenomenolgi dipahami sebagai suatu analisis deskriptif serta instropektif mengenai kedalaman dari kesadaran dan pengalaman-pengalaman langsung seperti religius, moral, estetis, konseptual serta indrawi. Jadi, fenomenologi digunakan untuk menunjukkan apa yang napak dalam kesadaran dengan membiarkannya diwujudkan secara apa adanya.

Fenomenologi memandang objek kajiannya sebagai kebulatan yang utuh, tidak terpisahkan oleh objek lainnya. Jadi, dunia kehidupan tersebut juga berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat di Desa Bobang yang dibahas sebelumnya. Dalam fenomenologi mengenai kekeringan yang terjadi dipahami secara realitas atau fakta sebagaimana adanya kasus. Dalam fenomenologi ini juga memberikan  kontribusi yang berharga mengenai kasus kekeringan air ini. Mengenai kasus kekeringan air yang terjadi di Desa Bobang ini dapat dipadukan antara aliran positivisme dengan aliran fenomenalisme meskipun keduanya memiliki ciri yang berbeda. Dalam kasus ini, aliran positivisme merupakan aliran yang berpaduan mengenai pengetahuan dan pengalaman seseorang. Sedangkan, fenomenologi lebih kepada kontribusi atau solusi pada sebuah kasus.

Pesan yang dapat diambil dari uraian ini adalah air merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Meskipun begitu, selain kondisi geografis, konsumsi terhadap air juga mempengaruhi kelestarian air. Oleh karena itu, sangat diperlukan perilaku menghemat air untuk menjaga kelestariannya. Sehingga akan masih terdapat sumber daya alam air yang cukup untuk generasi selanjutnya dan dapat membentuk generasi yang dapat melestarikan sumber daya alam yang ada. (EN)

Biografi Penulis

Flaviana Ferananda

Flaviana Ferananda, seorang mahasiswi aktif dari program studi Psikologi Islam semester tiga IAIN Kediri. Untuk mengenal lebih jauh tentang penulis, dapat menghubungi email flavianaferananda123@gmail.com

About author

No comments