MENGHARGAI DAN MEMAKNAI TEOLOGI PEMBEBASAN ASHGAR ALI ENGINEER PADA MASYARAKAT DESA TROWULAN MOJOKERTO

0

Tahukah kamu, jika negara Indonesia adalah negara dengan jumlah kepadatan penduduk terbanyak dengan urutan nomer empat di dunia? Berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah populasi penduduk Indonesia adalah 260 juta jiwa. Karena jumlah penduduk dan luasnya wilayah Indonesia menjadikan negara ini memiliki berbagai macam ras, suku, budaya, serta agama. Dua suku terbesar di Indonesia adalah suku Jawa dan suku Sunda yang berada di Pulau Jawa. Yang menjadikan Pulau Jawa sebagai pulau dengan populasi penduduk 60% dari total jumlah penduduk di Indonesia. Semboyan dari bangsa ini adalah Bhinneka Tunggal Ika yang berasal dari frasa Jawa. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti ‘Berbeda-beda tetapi tetap satu’. Hal ini tepat menggambarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki beraneka ragam budaya, bahasa, ras, suku bangsa, dan agama. Keanekaragaman ‘isi’ dari bangsa Indonesia mengharuskan rakyatnya untuk menghormati dan menghargai perbedaan yang ada itu. Atau biasa juga disebut dengan ‘toleransi’.

Secara umum, pengertian toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati antar individu, maupun kelompok dalam masyarakat. Sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem demokrasi yang dimulai sejak era reformasi pada tahun 1998 sampai saat ini.  Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara yang berguna untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Warga negara yang negaranya menganut sistem pemerintahan demokrasi memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan. Demokrasi mengizinkan warga negaranya untuk berpartisipasi dalam perumusan, pembuatan hukum, dan pengembangan. Selain itu, demokrasi juga mencakup tentang kondisi ekonomi, sosial, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.

Menurut Montesque, demokrasi adalah kekuasaan negara yang harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah satu dengan yang lainnya, yaitu pertama, legislatif yang merupakan pemegang kekuasaan untuk membuat undang-undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan dalam melaksanakan undang-undang, dan yang ketiga adalah yudikatif, yang memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-undang. Dan masing-masing institusi tersebut berdiri secara independen tanpa dipengaruhi oleh institusi yang lainnya. Sedangkan menurut H. Harris Soche, demokrasi ialah suatu bentuk pemerintahan rakyat, karenanya kekuasaan pemerintahan melekat pada rakyat juga merupakan HAM bagi rakyat untuk mempertahankan, mengatur, dan melindungi diri dari setiap paksaan dalam suatu badan yang diserahkan untuk memerintah. Karena Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi, menjadikan terjaminnya kebebasan dalam beragama yang sesuai dengan keyakinan dari setiap individu. Hal ini sesuai dengan yang tertera dalam Pancasila sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap warga negara Indonesia wajib untuk memiliki salah satu agama yang telah ditetapkan oleh pemerintah, agama yang diakui atau ditetapkan oleh pemerintah Indonesia ada enam, diantaranya adalah Islam, Protestanisme, Katolisme, Hinduisme, Buddhisme, dan yang terakhir adalah Konghucu. Saat ini Indonesia tidak menerima ateisme, karena itu bukanlah suatu pilihan dan keberadaannya tidak dapat diterima oleh masyarakat. Seringkali agama menjadi penyebab kekerasan yang terjadi di Indonesia. Contohnya adalah rezim Orde Baru Presiden Soeharto, suara Islam yang radikal dan tindakan kekerasan yang sebelumnya sebagian besar sudah ditekan oleh pemerintah dan muncul kembali dalam bentuk serangan bom serta ancaman lain.

Kehidupan di dunia tidak luput dengan perbedaan, perbedaan juga bisa menjadi pemicu masalah dan penyebab munculnya konflik. Jika menemukan perbedaan, sudah seharusnya kita menyikapinya dengan bijak. Namun, bukan berarti perbedaan tidak bisa membuat kita bersatu, keberagaman inilah yang membuat dunia tidak monoton. Di dunia ini tidak ada yang benar-benar sama. Bahkan sepasang atau saudara kembar sekalipun pasti memiliki perbedaan, seperti perbedaan sifat, karakter, dan yang lainnya. Karena adanya perbedaan, menjadikan kita mampu merasakan arti dari kebersamaan. Sehingga kita dapat memahami jika perbedaan adalah alasan untuk saling mengerti. Perbedaan merupakan keadaan ,sifat, dan karakter yang diciptakan oleh Tuhan dengan tujuan agar manusia dapat saling berinteraksi, mengenal satu sama lain, saling memahami, dan memberi nasihat antar individu satu dengan individu lainnya.

Contoh perbedaan, yang terjadi pada desa tempat penulis tinggal, yaitu Desa Trowulan yang terletak di Kabupaten Mojokerto. Desa Trowulan yang dulunya merupakan tempat kerajaan Majapahit terdapat beberapa peninggalan seperti Candi Gentong, Candi Brahu, Candi Bajang Ratu, Candi Wringin Lawang, Candi Tikus, Candi Kedaton, dan lain sebagainya. Peninggalan-peninggalan ini terus terjaga hingga sekarang. Beberapa barang peninggalan kerajaan Majapahit dapat kita lihat di Museum Trowulan. Desa Trowulan yang dulunya menjadi tempat kerajaan dan menganut ajaran Hindu-Budha menjadikan masyarakat Trowulan dapat menghargai perbedaan. Perbedaan itu diantaranya adalah perbedaan keyakinan dan tradisi masyarakat beragama Hindu yang diadakan setiap tahunnya, masyarakat Desa Trowulan yang mayoritas beragama Islam dapat menghargai tradisi-tradisi itu. Hal ini dapat dilihat ketika masyarakat beragama Hindu melakukan tradisi di agamanya, masyarakat yang beragama Islam terlihat antusias dan ikut menyaksikan proses tradisi itu. Tak jarang diantara mereka juga turut serta membagikan makanan dan minuman untuk tradisi tersebut.

Asghar Ali Engineer, lahir pada tanggal 10 Maret 1939 di Rajasthan di daratan India, keluarganya berafiliasi pada paham Ismailiyah. Engineer lahir di lingkungan keluarga santri, ia belajar bahasa Arab dari ayahnya, yaitu Syekh Qurban Husin dan mendapatkan Pendidikan sekuler samapi memperoleh gelar sarjana Teknik sipil dari Universitas of Indore. Perjalanan hidup Engineer pernah menjadi pemimpin komunitas Syiah Ismailiyah Bohra yang terkenal di India. Engineer juga pernah menjabat sebagai skretaris Jenderal Dewan Pimpinan Komunitas Daudi Bohras (1977), pendiri Institut of Islamic Studies di Mumbai (1980) dan juga ikut mendirikan Center for the Study of Society and Secularism (1993).

Adapun metode pemikiran Engineer bersifat normatif kontekstual dan transendental. Bersifat normatif, karena dia selalu mendasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an sebagai sumber rujukan terhadap kasus-kasus sosial politik maupun teologi. Sedangkan kontekstual dimaksudkan untuk menafsirkan ajaran-ajaran agama yang bersifat normatif yang belum mengenal waktu dan tempat ke dalam sosio kultural yang ada, yaitu dengan cara membaca kondisi sosio yang berlaku. Adapun yang bersifat transendental, karena ayat-ayat tersebut memerlukan pengetahuan yang cukup mendalam dan memahami antara teks dengan konteksnya.

Pemikiran Engineer tentang Teologi Pembebasan. Engineer mengemukakan tiga pokok persoalan yang mendasari pemikiran-pemikirannya. Pertama, mengenai hubungan antara akal dan wahyu yang saling menunjang satu sama lain. Kedua, mengenai pluralitas dan diversitas agama sebagai keniscayaan atau ketidakmungkinan. Ketiga, mengenai watak keberagamaan yang tercermin dalam sensivitas dan simpati terhadap penderitaan kelompok masyarakat tidak berdaya atau lemah.

Bagi Engineer, teologi itu tidak hanya bersifat transdental, tetapi juga konteksual. Baginya, teologi adalah refleksi dari kondisi sosial yang ada, dan dengan demikian suatu teologi adalah dikontruksi secara sosial. Dan menurut Engineer juga, pandangan teologi itu juga tidak netral. Dengan kata lain, teologi itu dapat menjadi intrusmen pembebas atau pembelenggu manusia. Semua itu tergantung kepada siapa yang mengkontruksi dan menggunakannya. Keberpihakan teologi pembebeasan ditujukan kepada mereka yang lemah dan tertindas.

Teologi pembebasan yang dipelopori Engineer ini merupakan usulan kreatif yang mengaitkan antara pentingnya paradigma baru dalam teologi yang memerangi penindasan dalam struktur sosio-ekonomi. Paradigm aini dilatarbelakangi oleh banyaknya fenomena arogansi kekuasaan, ketidak adilan, penindasan terhadap kaum lemah, pengekangan terhadap aspirasi rakyat, diskriminasi warna kulit, bangsa, ras atau jenis kelamin, penumpukan kekayaan dan pemusatan kekuasaan dalam realitas masyarakat kontemporer.

Menurut Engineer juga, Islam adalah sebuah agama dalam pengertian teknis dan sebagai pendorong revolusi sosial yang memerangi struktur yang menindas. Tujuan utama nya adalah persaudaraan yang universal, kesetaraan, dan keadilan sosial. Oleh sebab itu teologi pembebasan dilatarbelakangi oleh masalah sosio-ekonomi, dan juga membicarakan masalah psiko-sosial. Struktur sosial saat ini sangat menindas dan harus diubah, sehingga menjadi lebih adil dengan perjuangan yang sungguh-sungguh, optimis, membutuhkan kesabaran yang luar biasa, dan keyakinan yang kuat. Sebab secara psikologis, masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang menindas akan cenderung frustrasi, pesimis, suka jalan pintas, dan lemah keyakinan.

Untuk itulah, teologi pembebasan sangat menekankan pada aspek praksis, yaitu kombinasi antara refleksi dan aksi, iman dan amal. Ia merupakan produk pemikiran yang diikuti dengan praksis untuk pembebasan. Jadi teologi pembebasan berupaya untuk menjadikan mereka yang lemah dan tertindas menjadi makhluk yang independen dan aktif. Karena hanya dengan menjadikan manusia yang aktif dan merdeka mereka dapat melepaskan diri dari belenggu penindasan.

Dalam semangat teologi pembebasan ini, Engineer mentransformasikan tiga konsep kerangka praktis teologi pembebasan, yaitu: Pertama, konsep tauhid. Bagi Engineer, tauhid tidak hanya mengacu pada keesaan Allahm namun juga pada kesatuan manusia. Kesatuan bukan hanya mengenai perkara akidah, tetapi adalah kesatuan dalam masyarakat tauhidi, tidak akan membenarkan diskriminasi, baik dalam bentuk ras, agama, kasta, maupun kelas sosial, sebab pembagian kelas, secara tidak langsung, menegaskan dominasi yang kuat atas yang lemah, kelas yang satu menindas yang lain, ketidakadilan, tirani dan penindasan. Kedua, konsep iman. Menurut Engineer kata iman berasal dari kata ann yang berarti selamat, damai, perlindungan, dapat diandalkan, terpercaya, dan yakin. Ketiga, konsep jihad. Jihad berarti perjuangan. Teologi pembebasan memaknai jihad sebagai perjuangan menghapus eksploitasi, korupsi, dan berbagai bentuk kezaliman.

Engineer dikenal sebagai sosok pemikir Islam kontemporer dan juga seorang aktivis sosial di India, yang mempunyai perhatian besar terhadap problema-problema sosial. Situasi dan kondisi masyarakat Muslim India yang marjinal, terkebelakang, tradisional dan sikap defensif-konservatif dalam menghadapi realitas, menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi Engineer. Ia merancang teologi pembebasan dalam konteks pemikiran Islam, dimana konstruksi pemikiran yang dibangunnya konsern pada upaya pembelaan terhadap kaum tertindas. (EN)

Referensi

Laman Web pengertian Toleransi www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-toleransi.html

Statistics Indonesia Population Census 2010

http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-demokrasi-danjenis-jenis.html diakses pada 16 Juni 2021

Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, (1998), Kamus Kontemporer ArabIndonesia, Yogyakarta: Multi Karya Grafika.

Dewanto, Nugroho dan Iqbal Muhtarom, (2008), Anti MUI: Islam Yes, MUI No, Surga Bukan Monopoli Muslim, Wawancara dengan Asghar Ali Engineer, Majalah Tempo, 20 Agustus 2008.

Effendi, Djohan, Memikirkan Kembali Asumsi Pemikiran Kita, Kata Pengantar,

Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, dalam http://media.isnet.org/islam/Etc/Pengantar.

BIODATA PENULIS

Prasastya Eka Fadilah

Prasastya Eka Fadilah adalah mahasiswa aktif Psikologi Islam IAIN Kediri. Lahir di Mojokerto pada tahun 2001. Lulusan SMA Tamansiswa Mojokerto. Selain menjadi mahasiswa, ia membuka online shop yang menjual pakaian bekas (Thrift Shop) di Instagram @komukimo. Ia juga aktif menulis cerita di aplikasi wattpad serta sering menulis sajak yang ia unggah di akun twitter miliknya. (Email : prasastyaeka22@gmail.com)

About author

No comments

ISLAM MODERAT DI INDONESIA

Sejak kedatangan  Islam  di bumi  Indonesia,  sepanjang menyangkut   proses penyebarannya sebagai   agama   dan kekuatan kultur, sebenarnya ia telah menampakkan keramahannya. Sejarah mencatat bahwa Islam masuk ...