Buku merupakan jendela ilmu. Kita mampu melihat cakrawala dunia hanya dengan mengeja setiap barisan kata yang disajikannya. Membaca merupakan hal yang sangat penting. Sebab membaca merupakan perintah Allah yang secara langsung disampaikan Malaikat Jibril kepada Rasulullah saw.
Firman Allah yang merupakan perintah membaca menjadikan pedoman bagi hamba-Nya untuk senantiasa gemar membaca. Sehingga pada usia anak-anak tahapan pertama yang diajarkan adalah membaca. Hal ini sebagai modal utama bagi mereka untuk mengenal ilmu pengetahuan selanjutnya. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat menurut Sudarsana yang menyatakan bahwa “Akan sulit untuk menanamkan kebiasaan membaca pada saat dewasa apabila tidak dibiasakan untuk berteman dengan buku sejak kecil.”
Begitu pentingnya kebiasaan membaca ini tidak serta merta diminati oleh sebagian kalangan masyarakat. Beberapa diantara mereka cenderung memiliki minat baca yang rendah. Padahal kunci penting bagi kemajuan suatu bangsa terdapat pada rasa minat baca masyarakatnya yang tinggi. Sebab penguasaan Iptek hanya dapat diraih dengan minat baca yang tinggi. Minat merupakan keinginan dalam diri seseorang yang sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Pernyataan ini selaras dengan pendapat Darmono yang menyatakan bahwa minat baca adalah kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca.
Seseorang yang memiliki kecenderungan jiwa untuk membaca akan membawa dampak positif meningkatkan minat belajarnya juga tinggi. Hal ini perlu adanya kesadaran pada diri masing-masing individu. Selain itu, juga perlu adanya dorongan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kesadaran membaca meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan.
Dalam lingkungan keluarga perlu adanya pembiasaan untuk melatih kinerja otak anak-anak, meliputi menyediakan bahan bacaan di rumah agar anak gemar membaca, dan mendiskusikan isi buku yang dibaca agar anak semakin tertarik mengulas apa yang telah dibaca. Di lingkungan masyarakat dapat diupayakan untuk meningkatkan minat baca masyarakat melalui perpustakaan-perpustakaan kecil yang dibuat di tempat-tempat pertemuan (berkumpul) masyarakat, seperti di masjid terdapat perpustakaan masjid, di kantor kepala desa, di terminal, di bandara, dan sebagainya. Upaya meningkatkan minat baca ini juga perlu diagendakan oleh lembaga pendidikan melalui perpustakaan sekolah maupun perpustakaan khusus. Pengelola perpustakaan juga perlu memperbarui strategi untuk meningkatkan minat baca tersebut. Strategi ini dijabarkan: (1) Strategi untuk perpustakaan sekolah meliputi memperbaiki sistem pendidikan, fasilitas, dan karakteristik pelayanan perpustakaan dengan membuat kebijakan terkait penetapan persentase sebesar dua atau tiga persen setiap tahun mengenai jumlah anggaran belanja untuk perpustakaan yang harus dikeluarkan dari anggaran belanja sekolah. (2) Strategi untuk perguruan tinggi meliputi memperbaiki fasilitas, karakteristik pelayanan perpustakaan dan mengubah metode pengajaran dari teaching-based menjadi learning-based. Pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa ini menjadikan mereka tergerak untuk mencari informasi sendiri melalui perpustakaan. Sehingga peran perpustakaan bukan sekadar store house yang pasif melainkan educational house yang aktif. (3) Strategi di lingkungan masyarakat meliputi Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah harus memberikan peran yang lebih besar dalam menumbuhkan perpustakaan-perpustakaan umum tingkat desa, kecamatan, kota dan perpustakaan masjid, agar pelayanan perpustakaan dapat menjangkau semua kalangan masyarakat.
Strategi yang telah dipaparkan menitikberatkan perpustakaan sebagai tempat yang dapat mendorong terciptanya minat baca. Hal ini disebabkan perpustakaan menyediakan sumber bacaan yang dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat. Perpustakaan memiliki tanggung jawab kunci yaitu untuk menciptakan dan memperkuat kebiasaan membaca. Selain itu, perpustakaan memiliki tanggung jawab khusus yaitu mendukung proses belajar membaca dan untuk mempromosikan buku serta media lainnya.
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diambil benang merahnya bahwa kesadaran membaca itu tumbuh dari diri setiap individu. Namun, hal itu tetap perlu diupayakan agar seseorang yang memiliki minat baca rendah menjadi tertarik untuk membaca. Berbagai pihak harus mendukung terciptanya ruang literasi yang nyaman agar minat baca dalam masyarakat semakin tinggi. Pihak keluarga menjadi tokoh utama terciptanya minat baca. Berawal dari lingkungan keluarga yang menciptakan kesadaran membaca pada usia anak-anak akan menumbuhkembangkan rasa keingintahuannya hingga dewasa. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat menurut Jahya yang menyatakan bahwa “Idealnya membaca ditanamkan sejak anak-anak dalam asuhan orang tua ketika belum memasuki bangku sekolah.” Selain lingkungan keluarga, ketersediaan sumber bacaan yang cukup di perpustakaan umum maupun perpustakaan sekolah serta pelayanan dan kenyamanan membaca di perpustakaan juga menjadi prioritas utama membuat daya tarik minat baca itu tumbuh.
Waallahu a’lam
Penulis
Puput Fatma Arini
Mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiah IAIN Kediri
No comments