KENAPA TAKUT MENJADI MAHASANTRI?

0

Mahasiswa adalah mereka yang melanjutkan pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Menyandang gelar mahasiswa berarti bersiap untuk menuju kedewasaan baik secara keilmuan maupun keorganisasian. Ketika di tingkat sekolah menengah hanya ada kegiatan OSIS maka di tingkat perguruan tinggi struktur organisasi sudah terbagi menjadi beberapa cabang. Organisasi internal kampus yang disebut BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) ataupun DEMA (Dewan Mahasiswa) merupakan miniatur pemerintahan berskala kecil yang hanya ada di perguruan tinggi pun dengan sistem pembelajaran yang dijalankan.

Sistem perkuliahan yang dilaksanakan tidak hanya bersifat teori dalam kelas akan tetapi lebih mengembang pada tataran praktis yang menuntut dosen dan mahasiswa untuk lebih kreatif dan inovatif sesuai dengan kurikulum yag telah ditetapkan oleh masing-masing kampus serta tidak ada lagi ujian nasional sebagai standar kelulusan karena standar kelulusan diukur oleh tugas akhir yang dibuat oleh masing-masing mahasiswa sebagai sebuah bentuk pertanggungjawaban selama menjadi mahasiswa. Untuk menjaga marwah para santri yang kuliah diperguruan tinggi, beberapa kampus kemudian mendirikan asrama dan beberapa pesantren juga membuka diri untuk para mahasiswa yang menginginkan kuliah sambil mondok. Berdirinya pesantren mahasiswa dan mahasswa yang ingin tetap tinggal dilingkungan pesantren sambil kuliah menjadi pioner berdirinya kampus dalam pesantren. Beberapa pesantren besar yang eksistensinya tidak diragukan lagi mulai mendirikan perguruan tinggi keislaman dimana mahasiswa mereka adalah mayoritas para santri. Tercatat terdapat tiga pesantren besar di wilayah Kediri yang berpaham Ahlus Sunnah wal Jamaah yang kemudian ikut mendirikan perguruan tinggi antara lain pondok pesantren Lirboyo Kediri dengan nama Perguruan Tinggi Institut Agama Islam Tribhakti, pondok pesantren Sumbersari Kencong dengan nama Peguruan Tinggi Institut Agama Islam Al Faqih dan pondok pesantren Al Hikmah Purwoasri dengan nama Perguruan Tinggi Sekolah Tinggi Agama Islam Badrus Sholeh.

Berdirinya perguruan tinggi didalam pesantren tersebut menjadi peluang emas bagi para santri yang masih dalam pengabdian atau yang sedang menyeleseikan program di pesantren untuk melanjutkan keilmuan di jenjang yang lebih tinggi tanpa harus pergi keluar pesantren. Sebagai contoh kampus STAI Badrus Sholeh Purwoasri Kediri, STAI Badrus Sholeh Purwoasri Kediri berdiri pada tahun 2010 berdasarkan SK Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor Dj. I/378/2010 oleh Bapak Mohammad Ali. STAI Badrus Sholeh adalah salah satu kampus bercirikan Nahdlatul Ulama yang ada di Kabupaten Kediri. Nama Badrus Sholeh sendiri diambil dari nama pendiri Pondok Pesantren Al Hikmah yaitu Alm. KH. Badrus Sholeh Arif. Dari awal pendirian sampai dengan sekarang, pimpinan tertinggi tetap dipegang satu-satunya putri Alm.KH. Badrus Sholeh Arif yang bernama Dr. Hj. Noer Chalida Badrus, M.H.I. STAI Badrus Sholeh dalam kurun waktu sepuluh tahun telah memiliki tiga jurusan dan enam program studi antara lain Tarbiyah dengan program studi Pendidikan Bahasa Arab, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Jurusan Syariah dengan program studi Ekonomi Islam dan Hukum Keluarga Islam serta Jurusan Ushuludin dengan program studinya Ilmu Al Qur’an dan Tafsir. Kampus STAI Badrus Sholeh Purwoasri Kediri juga bermitra dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam program beasiswa Guru Madin yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Kampus ini juga mempunyai program wajib yang menjadi penciri khusus dari eksistensinya di dunia akademik dan wajib diambil oleh mahasiswa semua program studi yakni kewajiban menghafalkan tujuh surah dalam Al Qur’an yang lebih dikenal dengan sebutan surah Munjiyat. Surah-surah tersebut antara lain QS. Sajdah, QS. Yasin, QS. Fushishilat, QS. Ad Dukhan, QS. Waqi’ah, QS. Al Hasyr dan QS. Al Mulk. Ketujuh surah tersebut dimasukkan dalam tiga mata kuliah yakni mata kuliah Bimbingan Hafalan Al-Qur’an (BHQ) 1, 2 dan 3 serta diampu oleh dosen yang benar-benar kompeten di bidangnya.

Rasio Mahasiswa santri di STAI Badrus Sholeh Purwoasri Kediri sebanyak 80% dan mahasiswa yang dari luar pesantren sebanyak 20%. Mahasiswa yang berasal dari luar pesantren umumnya adalah mahasiswa program beasiswa madin dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan para guru PAUD yang belum berijazah S1 dan mereka yang memiliki ijazah S1 tetapi belum linear dengan lembaga tempat mengajar. Sedangkan 80% para santri yang memutuskan untuk berkuliah di STAI Badrus Sholeh adalah para santri yang sedang dalam masa pengabdian dan mereka yang sedang melanjutkan program hafalan Al Qur’an karena sistem perkuliahan yang diterapkan di kampus STAI Badrus Sholeh sangat fleksibel namun tetap inovatif, tidak membebani mahasiswa dengan berbagai tugas di luar pesantren serta tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kepesantrenan. Berbagai peraturan yang ditetapkan juga disinkronkan dengan kebijakan pesantren sehingga kegiatan UKM, perkuliahan dan kegiatan pondok berjalan beriringan. Dawuh sang kyai, juga menjadi faktor penting kenapa para santri memilih kuliah di STAI Badrus Sholeh Purwoasri Kediri. Mereka yang meyakini bahwa barokah tidak bisa ditransfer lebih memilih kuliah di kampus yang ada di dalam pesantren dalam hal ini STAI Badrus Sholeh Purwoasri Kediri. Lingkungan pesantren dan masih terjaganya syariat Islam serta keistiqomahan dalam mengajarkan syariat islam Ahlus Sunnah Wal jamaah menjadikan para orang tua yakin bahwa kampus dalam pesantren mampu menjaga akhlak putra putri mereka dan serta mampu membekali keilmuan baik ilmu agama maupun ilmu akademik lainnya. Motivasi yang kuat untuk mendapatkan restu sang kyai secara langsung juga menjadikan keberadaan kampus dalam pesantren tetap diminati bahkan mungkin akan semakin menjadi tren dimasa mendatang mengingat bahwa beberapa kampus negeri sudah mensyaratkan kemampun membaca kitab dan Al Qur’an sebagai keahlian dasar mahasiswa muslim. salam… (AIN)

Binti Su’aidah Hanur*

Binti Su’aidah Hanur*

*Binti Su’aidah Hanur, M.Pd – STAI Badrus Sholeh Purwoasri Kediri (Email: freeda0740@gmail.com)

About author

No comments