MENEROPONG JIWA KEPEMIMPINAN NAHKODA PENDIDIKAN

0

“The key to successful leadership today is influence, not authory” By: Kenneth Blanchard.

Nahkoda Pendidikan, kiranya itulah julukan yang tepat untuk merepresentasikan sosok kepala sekolah yang memimpin sebuah institusi pendidikan. Sebagai nahkoda pendidikan, kepala sekolah memiliki peran yang vital dalam pengembangan kualitas dunia pendidikan. Model kepemimpinan seorang kepala sekolah juga amat menentukan cerminan diri institusi pendidikan sekaligus indikator keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Jadi, bisa dikatakan bahwa kepala sekolah adalah figur kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah. Tidak hanya meningkatkan tanggung jawab dan otoritasnya dalam program-program sekolah, kurikulum, dan keputusan personel, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan akuntabilitas keberhasilan siswa dan programnya.

Setiap kepala sekolah pasti memiliki program untuk membangun sekolah ideal.  Namun hal ini belum tentu mampu direalisasikan karena ada  berbagai sebab yang melatarbelakanginya. Salah satu ketidakmampuan kepala sekolah dalam menciptakan sekolah yang ideal terutama berkaitan dengan pemahaman, kepedulian, dan komitmennya dalam menjalankan tugas kepemimpinan. Ada kepala sekolah yang aktif dan kreatif mempelajari berbagai hal untuk merealisasikan visi dan misi dalam menciptakan sekolah ideal, tetapi tidak sedikit juga yang hanya menyibukkan diri dengan urusan administrasi dan masalah keuangan yang sebenarnya bisa dilimpahkan kepada orang lain. Selain itu, permasalahan yang terjadi adalah kurangnya pengoptimalan seluruh sumber daya yang ada di sekolah.

Permasalahan-permasalahan di atas seharusnya tidak terjadi apabila sang nahkoda pendidikan memiliki jiwa kepemimpinan dan mampu  mengimplementasikannya dalam setiap langkah pergerakannya. Mengingat salah satu indikator keberhasilan dunia pendidikan juga berada di tangannya. Jadi, sudah seharusnya seorang kepala sekolah mengimplementasikan model kepemimpinan yang mampu meningkatkan mutu pendidikan di sebuah bangsa.

Sebagai pisau analisis, maka setidaknya ada 5 buku yang saya gunakan sebagai refrensinya, yaitu; Mulyadi. 2010. Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Pengembangan Budaya Mutu, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Nasrudin, Endin. 2010. Psikologi Manajemen. Bandung : CV. Pustaka Setia. Rivai, Veithzal, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan : dari Teori Ke
Praktik, Edisi Pertama, Penerbit 31 PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Shulhan, Muwahid dan Soim. 2013. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Dasar Menuju
Peningkatan Mutu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras. Wahjosumidjo. (2013). Kepemimpinan Kepala Sekolah,Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Jejak teoritis saya mulai dari Mulyadi, dalam buku Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Pengembangan Budaya Mutu menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi dan menentukan tujuan organisasi, memotivasi anggota untuk mencapai tujuan, serta memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan itu merupakan proses mempengaruhi orang, baik individu maupun masyarakat untuk mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan mempengaruhi pendirian atau pendapat orang atau kelompok orang, dengan aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasikan, melakukan percobaan, dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi.

Kemudian, dalam buku yang berjudul Psikologi Managemen, Nasrudin menjelaskan bahwa seseorang dikatakan memiliki jiwa kepemimpinan apabila memiliki seni dalam mempengaruhi orang lain, memiliki kecakapan dalam memahami perbedaan yang ada pada setiap manusia, memiliki kemampuan mengarahkan dan memotivasi orang lain, serta memiliki kemampuan berpikir abstrak dan kestabilan dalam mengelola emosi. Karakter-karakter yang demikian, penting untuk dimiliki seorang pemimpin, dalam hal ini kepala sekolah. Di mana kepala sekolah adalah salah satu faktor penentu keberhasilan di dunia pendidikan.

Menyinggung masalah pendidikan, pendidikan adalah sebuah aspek vital yang terus tumbuh seiring berjalannya waktu. Pembahasan mengenai dunia pendidikan pun tidak akan pernah ada matinya, segala aspek yang ada di dalamnya selalu menarik hati untuk diperbincangkan. Tidak ada satupun hal yang luput dari pandangan,  semua mendapatkan atensi dari segala sisi. Ini sebuah tanda yang bagus, dikarenakan semakin tinggi atensi yang diberikan maka semakin tinggi pula mutu pendidikan di sebuah bangsa. Tingginya atensi terhadap dunia pendidikan secara tidak langsung akan membuat institusi-institusi pendidikan terus melakukan pembenahan dan bergegas untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada. Kepala sekolah sebagai sosok yang memiliki otoritas dan kendali dalam mengarahkan alur pendidikan pada institusi yang dipimpinnya harus berkomitmen untuk bisa menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan baik sehingga mampu meningkatkan mutu pendidikan.

Ada beberapa fungsi kepemimpinan yang diutarakan oleh Shulhan dan Shoim dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Dasar Menuju
Peningkatan Mutu Pendidikan Islam. Fungsi kepemimpinan ini  perlu dipahami oleh setiap pemimpin, diantaranya, fungsi instruktif. Di sini pemimpin berfungsi sebagai komunikator, yang menentukan apa, bagaimana, kapan, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Fungsi konsultatif, adanya komunikasi dua arah yaitu pemimpin dalam mengambil keputusan meminta pertimbangan dengan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang memiliki banyak informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan keputusan. Selain itu, pemimpin juga berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya terkait  pelaksanaan program yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan agar ada umpan balik untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan yang telah ditetapkan. Fungsi partisipatif, pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaan. Keikutsertaan pemimpin tetap berfungsi sebagai pemimpin, bukan pelaksana. Partisipasi dilaksanakan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri tugas pokok orang lain. Fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat dan menetapkan keputusan, baik dengan persetujuan maupun tidak persetujuan pimpinan. Pendelegasian berdasar atas kepercayaan, maka penerima delegasi harus orang-orang yang memiliki prinsip, persepsi, dan aspirasi yang sama dengan pimpinan. Fungsi pengendalian, pemimpin mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan terkoordinasi secara efektif, sehingga tujuan organisasi bisa tercapai secara optimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan dengan kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Menjadi seorang pemimpin di sebuah institusi pendidikan yaitu kepala sekolah merupakan sebuah tanggung jawab yang besar. Hal ini dikarenakan dunia pendidikan adalah sebuah wadah yang melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas yang akan memajukan bangsa. Jadi, menjadi sebuah keharusan untuk seorang kepala sekolah mengimplementasikan model kepemimpinan yang ideal seperti mampu mendorong dan memotivasi peserta didik menjadi lebih baik, merangsang kreativitas, mampu bekerja sama dengan berbagai pihak, mampu membangun karakter, budaya, dan iklim sekolah yang positif, selalu bertanggung jawab dan memberikan teladan pada peserta didik. (EN)

Rika Wahyuni*

Rika Wahyuni*

*Rika Wahyuni dan Demina adalah pendidik bidang studi Bahasa Inggris di SMP N 12 Sijunjung, Mahasiswa dan Dosen Pasca Sarjana IAIN Batusangkar. (Email: rikawahyuni12684@gmail.com)

About author

No comments