Rembulan usai hujan begitu menawan
Cahayanya berpendar terhalang reranting dedaunan
Aku berdiri menikmati dalam kesunyian
Ah, mengapa tempias kisahmu masih saja ada dalam angan
Pahit, teramat ku rindukan
Dunia yang dulu pernah beradu dalam genggaman
Debur ombak saat itu kalah dengan perasaan
Ku kira kau akan musnah dari peradaban
Baru sebentar daku merasakan apa itu hidup dalam kenormalan
Namun kau datang lagi tanpa dugaan
Yang kian membuat dunia ini rapuh seperti remahan
Sirine ambulan lalu lalang
Berita duka yang setiap hari terngiang
Tangisan malang, lunglai, bendera kuning di atas tiang
Itulah susah dan gundah tanpa jeda selalu datang
Namamu pernah ku jadikan Aamiinan pada Tuhan
Hingga perantauan, cita-cita, atau cinta memutuskan ikatan
Aku ingin jeda bahkan berhenti, Tuhan
Kalau kemarau telah terlewati, mengapa ketika reda rerumputan mati
Sudah diobati, mengapa dia merusak lagi (DEW)
Sidoarjo, 17 Agustus 2021.
BIODATA PENULIS
Penulis bernama Nafilah Aulia Maghfiroh. Lahir di Surabaya, 19 April 2000. Nafilah merupakan mahasiswi Pendidikan Agama Islam Semester 7. Kini, ia berdomisili di Sidoarjo, Perum Taman Puspa Sari Blok 0/4. Penulis bisa dihubungi melalui email nafilahaulia19@gmail.com
No comments