Proyek pembangunan Bandara Kediri merupakan salah satu proyek strategis nasional atau PSN. Pembangunan bandara Kediri ini sudah mulai berjalan sejak bulan April 2020. Bandara Kediri dibangun dengan tujuan untuk menjadi alternatif pengurangan daya tampung Bandara Juanda di Surabaya. Bandara Kediri juga merupakan salah satu bentuk konstribusi dari PT. Tbk Gudang Garam, yang diharapkan dapat membuka area wilayah Tulungagung, Blitar, Ponorogo, Trenggalek, Madiun, dan Magetan.
Kebutuhan lahan yang diperkiraan mencapai 400 hektare, maka rencana pembangunan proyek bandara Kediri ini akan dibangun di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Banyakan, Kecamatan Grogol, dan Kecamatan Tarokan. Salah satu desa di Kecamatan Tarokan yang terkena proyek pembangunan bandara Kediri ini ada di desa tempat penulis tinggal, yaitu desa Bulusari. Sebenarnya, jauh sebelum bulan April pembangunan proyek bandara ini sudah mulai dicicil, bahkan tahun 2019 kemarin sedang ramai-ramainya pembebasan lahan di beberapa desa dari tiga kecamatan tersebut. Akan tetapi, pembangunan baru diresmikan oleh Menteri Perhubungan pada bulan April 2020, tepatnya tanggal 15 April yang dilakukan secara virtual karena saat itu Indonesia sudah dinyatakan terkena Pandemi Covid-19.
Sejak tahun 2019, banyak pembebasan lahan yang dilakukan oleh pihak PT. Tbk Gudang Garam, meliputi lahan pertanian, sekolahan, bahkan rumah-rumah warga. Dan berlanjut pada tahun 2020 awal, pembangunan itu di mulai. Pertama kali yang dikerjakan saat itu adalah pembuatan jalan akses untuk mempermudah kendaraan-kendaraan proyek memasuki area pembangunan bandara. Pembangunan jalan akses itu tidak memakan banyak waktu, proses pengerjaannya lumayan cepat. Setelah jalan akses untuk kendaraan proyek itu jadi, mulailah pembangunan secara serentak dimulai di berbagai desa dilakukan.
Proyek pembangunan bandara Kediri ini sangat menarik perhatian warga sekitar, karena pembukaan lahan secara besar-besaran, yang akhirnya membuat banyak warga penasaran dan menjadikan jalan akses yang baru sebagai ‘wisata dadakan’, dan itu sempat terjadi saat bulan Ramadhan tahun 2020. Karena view di sekitar proyek bandara yang berada di desa Bulusari ini sangat bagus terutama waktu pagi dan sore hari. Sehingga banyak warga yang menjadikan jalan akses kendaraan proyek itu sebagai tempat berkumpul, olahraga, melihat sunrise, tempat ngabuburit, dan juga berfoto-foto. Namun, itu tidak berlangsung lama, karena saat itu situasi sedang gencar-gencarnya patroli kerumunan karena covid-19 oleh pihak kepolisian sekitar. Akhirnya akses masuk ke dalam proyek mulai dibatasi, mulai dijaga ketat sehingga tidak semua orang bisa masuk, hanya petugas saja yang diperkenankan. Bertepatan juga saat itu pembangunan mulai dilakukan secara serentak dan besar-besaran, sehingga akses masuk proyek bandara Kediri ini mulai dilakukan secara ketat dan tidak diperkenankan untuk warga sekitar.
Setelah pembangunan resmi dimulai pada bulan April, belum sepenuhnya kebutuhan lahan itu sudah dibebaskan. Di desa penulis, tepatnya yang bagian selatan masih banyak rumah-rumah warga yang belum bisa deal untuk dilepas, mereka masih mempertahankan diri untuk bisa tetap tinggal di rumah tersebut. Akan tetapi, pada akhirnya warga pun mengalah dengan kesepakatan uang ganti rugi yang sesuai. Dan baru dua bulan kemarin, tepatnya bulan Oktober satu persatu rumah dirobohkan, ada juga salah satu sekolah dasar di desa penulis yang juga terkena penggusuran. Saya sempat berpikir, seandainya saat ini tidak masa pandemi covid-19 dan anak-anak sekolah tersebut masih masuk, mereka mau belajar dimana kalau sekolah saja kena gusur pembangunan proyek bandara. Setahu saya, ada dua sekolah yang terkena gusur, yang satu lagi ada di kecamatan Grogol, tetapi itu sekolah menengah pertama.
Dengan adanya pembangunan bandara Kediri ini, memang banyak yang harus berkorban dan dikorbankan. Mulai dari sarana prasarana seperti sekolah dan tempat ibadah warga. Tetapi, tidak serta merta hanya menggusur untuk pembangunan bandara, sarana prasarana yang terkena gusur dan dirobohkan dibangunkan kembali di tempat baru yang sudah direncanakan. Pembangunan sarana prasarana seperti sekolahan itu sudah dibangun kembali di sekitar jalan akses masuk kendaraan proyek bandara. Tidak hanya pembangunan sekolah yang sudah jadi, tetapi ada pembangunan asrama haji yang tempatnya berseberangan dengan bangunan sekolah.
Pembangunan bandara Kediri ini membawa dampak positif dan dampak negatif yang dirasakan oleh warga, khususnya di desa penulis. Di sini penulis akan memaparkan dampak positif dari adanya pembangunan bandara Kediri ini terlebih dahulu. Dampak positif yang dirasakan warga dalam jangka waktu yang pendek ini adalah terciptanya usaha kecil seperti warung-warung, karena pekerja dari proyek ini adalah pendatang dari luar kota, sehingga menjadi ladang penghasilan untuk warga yang membuka warung, karena tidak pernah sepi dari pembeli yang mayoritas adalah pekerja proyek. Seperti tetangga depan rumah penulis, yang baru beberapa bulan ini membuka angkringan free wifi setiap sore sampai subuh, tidak pernah sepi dari pembeli yang mayoritas adalah supir-supir truk yang membawa angkutan tanah-tanah dari bukit yang dihancurkan untuk menimbun lembah supaya tingginya tanah bisa disamaratakan. Dan juga, karena mayoritas pekerja proyek adalah pendatang banyak di desa saya yang menyewakan atau mengontrakkan rumahnya untuk dijadikan tempat tinggal sementara oleh pekerja proyek, karena terkadang untuk beberapa pekerja proyek yang sudah menikah mereka juga memboyong keluarganya. Tidak hanya untuk tempat tinggal, tetapi ada juga beberapa warga menyewakan kendaraan seperti motor dan mobil untuk para pekerja proyek. Jadi, dampak positif yang dirasakan warga dalam waktu dekat adalah peluang mendapatkan penghasilan dari para pekerja proyek yang mayoritas pendatang yang membutuhkan jasa dan barang.
Tidak hanya dalam jangka waktu dekat, dampak positif dalam jangka waktu panjang juga mulai dirasakan warga sekitar. Dengan adanya pembangunan sarana prasarana yang mendukung di sekitar bandara, seperti salah satunya yang sudah jadi yaitu asrama haji, itu akan membawa dampak yang sangat besar untuk warga sekitar. Dimana ada bandara pasti akan ada banyak pendatang, sehingga peluang untuk membuka usaha akan semakin besar. Daerah di sekitar bandara akan sangat strategis untuk membuka tempat usaha, seperti rumah makan, penginapan, swalayan, toko oleh-oleh, dan sebagainya. Dalam jangka waktu panjang kemungkinan juga akan mendatangkan beberapa investor untuk membangun perkantoran atau pabrik dengan pertimbangan mobilitas yang tinggi di sekitar bandara.
Akan tetapi, di balik banyaknya dampak positif juga pasti akan ada banyak dampak negatif yang sudah dirasakan oleh warga di desa penulis. Mulai dari adanya penggusuran, pembebasan lahan yang membuat polusi udara karena beberapa bulan kemarin sebelum musim hujan datang, angin sempat tidak bersahabat sehingga membuat tanah berterbangan seperti puting beliung yang membuat jarak pandang terbatas, dan rumah menjadi kotor. Semenjak proyek bandara ini dilakukan, banyak pohon yang ditebang, bukit dihancurkan dengan menggerus menggunakan bego membuat suhu udara di desa penulis sangat panas dan menyengat. Pengerjaan bukit yang dilakukan selama 24 jam itu juga menyebabkan kebisingan, kendaraan-kendaraan proyek yang sering melintas dengan membawa beban berat membuat tekstur jalan aspal tidak lagi bagus dan rata, banyak yang berlubang. Belum lagi terkadang truk-truk itu membawa tanah, dengan tekstur jalan yang tidak bagus membuat tanahnya berjatuhan sehingga merugikan pengguna motor yang sangat terganggu dengan debunya. Tidak hanya meresahkan saat musim kemarau, saat musim hujan seperti sekarang ini warga sangat khawatir akan mendapat kiriman air hujan dari dataran tinggi, dimana sudah banyak pohon yang ditebang, banyak sungai yang dihambat karena ditutup gundukan tanah, dan hanya dibuatkan satu aliran air saja. Untuk beberapa tempat di area pembangunan proyek bandara ini, tanahnya ditinggikan dan kapan hari waktu hujan sangat deras membuat tanah itu longsor dan menutup akses jalan warga. Beberapa hal yang penulis paparkan tadi adalah dampak negatif yang sudah dirasakan oleh warga di desa penulis, untuk dampak negatif dalam jangka waktu panjang sudah jelas dengan adanya bandara akan membuat kebisingan dengan naik-turunnya pesawat.
Suatu keputusan atau kebijakan pada akhirnya akan memunculkan dua sisi kejadian yang beriringan. Termasuk pembangunan Bandara Kediri juga memiliki dua sisi, dimana pembangunan ini membawa beberapa dampak yang dirasakan oleh warga baik itu positif ataupun negatif. Dengan diresmikannya pembangunan Bandara Kediri, diharapkan ke depannya akan semakin memudahkan kehidupan warga sekitar, khususnya warga yang terdampak. (EN)
Biografi Penulis
Devi Layli Hadi, mahasiswi aktif program studi Psikologi Islam semester lima IAIN Kediri. Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga pernah mengikuti organisasi seperti: 1) Palang Merah Remaja Tahun 2013-2014, 2) Pramuka Tahun 2013-2014 dan 3) Saka Bhayangkara Polres Kediri Kota Tahun 2016-2018. Untuk mengenal lebih jauh tentang penulis dapat follow akun intagramnya @_devilayli atau e-mail pribadinya devilay0712@gmail.com
No comments