Sudah lama gapura dikenal dalam arsitektur Islam. Konon, di masa lalu,gapura berfungsi sebagai strategi para mubaligh dalam rangka berdakwah mengajak orang masuk Islam. Orang-orang yang masuk dan telah melintasi gapura disimbolkan telah masuk Islam. Karena itu, gapura berada di pintu masuk sebuah bangunan.Gapura sendiri dalam bahasa Arab disebut ghafara yang berarti mengampuni atau menutupi. Ini dapat pula diartikan bahwa orang-orang yang masuk melalui gapura telah mendapat keamanan dan perlindungan dari penguasa.
Gapura bisa juga sebagai tanda atau pernyataan kehormatan bagi tamu yang datang.Tidak sebatas ditempatkan padasebuah bangunan, gapura bisa pula menjadi pintu gerbang perbatasan suatu kota, benteng, keraton, dan sebagainya. Situs wikipedia mengartikan bahwa gapura adalah suatustruktur yang umumnya merupakan simbol pintu masuk ke suatu kawasan atau daerah. Gapura juga sering diartikan sebagai pintu gerbang.Di dalam bidang arsitektur, gapura sering disebut entrance. Namun, entrance itu sendiri tidak bisa diartikan sebagai gapura. Simbol yang dimaksudkan di sini bisa juga diartikan sebagai sebuah ikon suatu wilayah atau area. Secara hierarki, sebuah gapura bisa disebut sebagai ikon karena gapura itu lebih sering menjadi komponen pertama yang dilihat ketika memasuki suatu wilayah.
Dilihat dari sifatnya, gapura dapat dibuat secara permanen. Namun, dapat pula hanya untuk sementara. Gapura permanen umumnya terdapat di batas kota, pintu gerbang benteng, keraton, atau suatu monumen untuk memperingati seorang tokoh atau suatu peristiwa penting. Gapura permanenmelambangkan pintu masuk yang kuat, seakan-akan menjamin keamanan kota, benteng, atau keraton.Berbeda dengan gapura permanen, gapura sementara umumnya dibangun untuk kepentingan sementara, terutama pada perayaan atau peringatan penting, misalnya peringatan hari kemerdekaan suatu negara. Gapura ini biasanya bercorakwarna-warni, dihiasi benderabendera, kertas berwarna, daun-daunan, dan sebagainya. Gapura yang dibuat sebagai tanda perayaan adat perkawinan atau khitanan umumnya dibuat dari bambu atau janur kelapa dan dipasang di ujung jalan tempat perayaan itu diadakan, begitu pula gapura dibuat saat menyambut hari raya Idul Fitri juga dihiasi pernak-perik dan warna-warni dari lampu di sepanjang jalan.
Kalirong merupakan nama desa di Kabupaten Kediri Kecamatan Tarokan yang mempunyai empat dusun yaitu antara lain Becek, Kalirong Selatan, Kalirong Utara dan Josaren.Dalam rangka menyambut dan menyemarakkan hari kebesaran umat Islam yaitu hari raya Idul Fitri, memasuki Minggu terakhir di Bulan Ramadhan di Desa Kalirong Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri. Masyarakattiap tahun saling bekerjasama membangun gapura yang dihiasi dengan aneka warna lampu warna warni di setiap jalan untuk memeriahkan menyambut hari kemenangan Idul Fitri.
Setiap masyarakat di Desa Kalirong baik yang tua maupun yang muda secara bersama bergotong royong untuk membangun dan juga menghias Gapura. Gapura yang dihiasi dengan lampu juga dicat dengan tema lebaran yang terbuat dari triplek, kayu, aluminium,dan sebagainya yang dibuat di setiap gang di Desa Kalirong. Selain itu, masyarakat membuatgapura yang dibangun secara gotong royong, baik dari pendanaan maupun pekerjaan. kalangan masyarakat yang mampu juga menyambangkan dananya untuk membangun gapura ini.
Menghias jalanan dan membuat gapuradi desa jelang lebaran memang sudah menjadi tradisi tahunan bagi warga masyarakat Desa Kalirong Kecamatan Tarokan. Dengan hiasan tersebut, diharapkan suasana lebaran jadi lebih semarak dan kerukunan antarmasyarakat tetap terjaga. Tradisi menghias jalanan di desa ini juga menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Bahan kain yang digunakan untuk menghias jalanan juga semakin modern, yang dulunya hanya sekedar plastik, sekarang sudah ditambahi aneka warna lampu untuk menunjang kecantikan pada malam hari. Misal, dengan menggunakan kain warna-warni yang dibentuk sedemikian rupa serta ditambah pernik-pernik dan juga lampu yang berwarna warni sesuai dengan kreativitas masyarakat masing-masing di Dusun Desa Kalirong.
Alasan menghias jalanan dan membuat gapura didesa dengan hiasan berbahan kain warna-warni yang melintang dan lampu yang berwarna warnitidak seperti biasanya atau lebih berbeda dari desa lainnya adalah agar Desa Kalirong terlihat lebih meriah dan juga menjaga tradisi yang sudah dilakukan setiap tahunnya. Kemeriahan dan semarak gapura dengan model sesuai tema yang telah ditentukanUntuk menambah keindahan, beragam bentuk serta lampu hias juga dipasang. Tujuannya lampu yang dipasang melintang terlihat lebih indah apabila dilihat pada malam hari.
Keunikan dan banyaknya cahaya yang ada dan nyaris tidak ditemukan sudut kota yang gelap menjadikan tradisi ini tidak hanya dimeriahkan oleh masyarakat Desa Kalirong, namun juga menarik minat masyarakat di daerah desa sekitarnya.
Relasi tradisi budaya masyarakat di Desa Kalirong bermakna sosio-kultursentrisme. Tradisi budaya masyarakatmerupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan dan penjagaan ketenteraman kehidupan sosial kemasyarakatan yang didasarkan pada harmonisasi relasi manusia dengan sosial bermasyarakat. Pemeliharaan dan penjagaan ketenteraman kehidupan sosial-kemasyarakatan diimplementasikan dalam bentuk kegiatan dan gotong royong dalam menjalankan pembuatan gapura di desa dengan bersama-sama ikut serta dalam membuat gapura dan hiasan-hiasan untuk menyambut hari raya Idul Fitri yang sudah menjadi tradisi sejak lama di Desa Kalirong.Keunikan dan banyaknya cahaya yang ada dan nyaris tidak ditemukan sudut kota yang gelap menjadikan tradisi ini tidak hanya dimeriahkan oleh masyarakat desa Kalirong namun juga menarik minat masyarakat di daerah desa sekitarnya.(DEW)
Biografi Penulis
Andini Ariyanti¸ mahasiswi program studi Psikologi Islam semester enam di IAIN Kediri. Tidak hanya fokus pada perkuliahan, penulis juga sering meraih prestasi di bidang catur. Untuk mengenal lebih jauh tentang penulis, dapat menghubungi e-mail pribadinya ariyantiandini835@gmail.com
No comments