KONSEP MATERI PENDIDIKAN ISLAM IDEAL MENURUT IBNU KHALDUN DAN RELEVANSINYA DI MAN 3 NGANJUK

0

Manusia adalah mahkluk Tuhan yang termulia di antara makhluk-makhluk yang lain dan dijadikan oleh Allah sebaik-baik bentuk, baik fisik maupun psikisnya, serta mempunyai potensi yang dapat dikembangkan secara optimal melalui pendidikan. Pendidikan sangatlah penting dan tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Sehingga kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh baik buruknya pendidikan di negara tersebut. Maka, dapat diartikan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai kehidupan manusia yang lebih baik.

Di dalam Islam, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia insan kamil yaitu manusia yang sempurna. Artinya, adalah untuk membentuk manusia yang memiliki pengetahuan dan kecerdasan intelektual serta spiritual. Untuk mewujudkan hal tersebut tentu tidak mudah. Oleh karena itu, peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam hal ini.

Pendidikan memiliki unsur-unsur yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Jika salah satu unsurnya tidak ada maka proses pendidikan tidak akan berjalan. Unsur-unsur tersebut yaitu pendidik, peserta didik, materi/isi pendidikan (kurikulum), alat/metode pendidikan, interaksi atau proses pendidikan, tujuan pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, dan tempat/lingkungan pendidikan. Salah satu unsur yang terpenting dalam pendidikan adalah kurikulum atau materi pendidikan yang merupakan inti dari pendidikan itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan kurikulum di dalamnya terdapat materi pendidikan yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Pendidikan seringkali disinggung oleh beberapa bidang pelajaran lainnya. Salah satunya filsafat yang ikut membahas tentang masalah pendidikan. Di dalam filsafat pendidikan, manusia adalah kajian ontolog yang sudah jelas sehingga konsep pendidikan yang akan diberikan dan dikembangkan akan jelas pula selaras dengan hakikat manusia itu sendiri. Ibnu Khaldun, dalam kitab Muqaddimah-nya juga menerangkan mengenai manusia. Adapun hakekat manusia itu dapat dipandang dari beberapa aspek.

Ibnu Khaldun terlahir dengan nama lengkap Abd al-Rahman bin Muhammad bin Khaldun al-Hadrawi, dan biasa dipanggil dengan sebutan Waliyudin Abu Zaid, Qadi al-Qudat. Ia merupakan seorang yang menganut Mazhab Maliki, Muhadist al-Hafidz, pakar ushul fiqh, sejarawan, pelancong, penulis, dan sastrawan. Saat belum dewasa, Ibnu Khaldun oleh masyarakat sekitar dikenal dengan nama Abdurrahman. Namun, dalam kesehariannya bersama keluarga, ia biasa dipanggil dengan Ibnu Zaid. Di sisi lain, Ibnu Khaldun mempunyai sebuah gelar, yakni waliyudin dan ia pun memiliki nama populer Ibnu Khaldun.

Arti pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah “Penerangan   ilmu   pengetahuan dan keterampilan serta berbagai aspeknya pada karya nyata untuk memperoleh rejeki menuju kepada masyarakat lebih maju sesuai dengan kecenderungan individu”. Sebelum manusia tamyiz, dia sama sekali tidak memiliki pengetahuan dan dianggap sebagian  dari  binatang.  Asal  usul  manusia diciptakan dari setetes air mani (sperma), segumpal darah, sekerat daging dan masih ditentukan rupa dan mentalnya. Begitu juga yang dicapai setelah itu adalah merupakan akibat dari persepsi sensual dan kemampuan berpikir yang dianugerahkan Allah kepadanya.

Pada  keaadan awal  sebelum  tercapainya  tamyiz,  manusia merupakan materi seluruhnya, karena ia tidak memiliki semua pengetahuan yang didapat lewat organ tubuhnya sendiri. Maka, kemanusiaannya pun mencapai kesempurnaan eksistensinya. Ibnu khaldun juga mengatakan bahwa dari balik usahanya untuk mendpatkan ilmu itu, manusia bertujuan dapat mengetahui macam-macam  aspek  pengetahuan  yang  dia  pandang  sebagai  alat  yang membantunya untuk bisa hidup dengan baik di dalam masyarakat maju dan berbudaya. Jika dalam ranah pendidikan, maka materi yang diajarkan kepada peserta didik seharusnya mencakup dua bidang ilmu, yaitu bidang ilmu agama dan ilmu dunia. Dengan begitu maka peserta didik dapat memperoleh pengetahuan yang ideal dan seimbang dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam yaitu untuk membentuk manusia yang insan kamil. Beliau tidak hanya mementingkan ilmu keagamaan saja, akan tetapi juga memasukkan ilmu-ilmu keduniaan. Hal ini dalam proses pendidikan berarti keduanya harus sama-sama dikembangkan dan diajarkan kepada peserta didik.  Kesimpulannya, peserta didik akan memperoleh keseimbangan intelektual dan spiritual.

Konsep pendidikan Islam yang telah dibangun Ibnu Khaldun dalam realitanya bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia  insan kamil, yaitu manusia yang sempurna (utuh jasmani dan rohaninya). Hal ini maksudnya adalah untuk membentuk manusia yang memiliki pengetahuan dan kecerdasan intelektual serta spiritual. Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam diharapkan mengasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan orang lain, serta gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dengan berhubungan kepada Allah Swt (hablum minallah) dan berhubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Selain itu, pendidikan Islam juga bertujuan untuk dapat mengambil manfaat dari alam semesta untuk kepentingan hidup di dunia dan untuk di akhirat kelak.

Konsep materi pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun memiliki relevansi dengan konsep materi pembelajaran yang ada di MAN 3 Nganjuk. Keduanya sama-sama memiliki konsep materi yang ideal, yaitu adanya ilmu naqli (ilmu agama) dan dilengkapi dengan ilmu aqli (ilmu dunia) sebagai penunjangnya. Kurikulum yang digunakan di MAN 3 Nganjuk menggunakan sistem kurikulum masa kini (modern), lebih tepatnya yaitu sistem kurikulum 2013. Sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, yang di dalam perubahannya terdapat tambahan Bab XI A tentang ketentuan yang mengatur tentang poin-poin pengembangan kurikulum. Dengan adanya substansi yang terkandung di dalam poin-poin pengembangan kurikulum tersebut, maka kebijakan ini menandai adanya perubahan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 yang sebelumnya dipakai sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di tiap satuan pendidikan menjadi Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang mulai ditetapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini merupakan pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan dan keseimbangan pada soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap (afektif), keterampilan (psikomotorik), dan pengetahuan (kognitif).

Kemudian, kedudukan kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Selain itu pembelajarannya lebih bersifat tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sedangkan istilah integratif merujuk pada pengembangan seluruh totalitas diri anak yang mencakup aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Relevansinya dengan konsep kurikulum yang diungkapkan oleh Ibnu Khaldun kita harus mengetahui dulu perbedaan dan persamaan yang terdapat dalam konsep kurikulum menurut Ibnu Khaldun dan sistem Kurikulum 2013 (kurikulum modern). Pengertian kurikulum pada zaman Ibnu Khaldun masih terbatas pada maklumat-maklumat dan pengetahuan yang dikemukakan oleh guru atau sekolah dalam bentuk mata pelajaran yang terbatas atau dalam bentuk kitab-kitab tradisional tertentu, yang dikaji oleh murid dalam setiap tahap pendidikan. Hal ini berbeda dengan konsep kurikulum modern, karena kurikulum modern sudah memiliki konsep yang lebih luas lagi, yaitu suatu rencana yang disusun untuk melancarkan program atau proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.

Selain itu, titik perbedaanya terdapat pada titik penekanan dari sistem kurikulum menurut Ibnu Khaldun dan Kurikulum 2013. Kurikulum pada masa Ibnu Khaldun memandang bahwa kurikulum itu adalah kumpulan dari sejumlah materi pelajaran, jadi kurikulum ini menitikberatkan pada kurikulum isi atau menekankan pada aspek kognitif (pengetahuan) peserta didik. Sedangkan sistem Kurikulum 2013 lebih menitikberatkan pada soft skills dan hard skills peserta didik, jadi selain menekankan pada aspek pengetahuan, kurikulum ini juga menekankan pada aspek sikap dan keterampilan peserta didik. Namun perbedaan ini bukan berarti sistem kurikulum menurut Ibnu Khaldun tidak cocok jika diterapkan pada masa sekarang, akan tetapi sistem kurikulum ini harus dikembangkan dan disesuaikan dengan perubahan zaman, sehingga kurikulum ini dapat diaplikasikan pada kurikulum masa kini.

Sedangkan titik persamaannya, Ibnu Khaldun dalam pandangannya mengenai kurikulum, beliau tidak hanya memasukkan ke dalam kurikulum itu terbatas pada pelajaran agama saja, akan tetapi juga memasukkan ilmu aqliyah atau ilmu umum sebagai penunjang bagi ilmu-ilmu yang lain. Jadi secara garis besar beliau membagi ilmu menjadi dua bidang yaitu ilmu naqliyah dan ilmu aqliyah. Hal ini juga sama dalam sistem kurikulum di Indonesia yang membagi ilmu menjadi dua bentuk yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Kedua bentuk ini menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan Islam di Indonesia. Dalam pendidikan Islam di Indonesia terdapat lima aspek materi pokok pendidikan Islam, yaitu: Al-Qur’an, Aqidah, Akhlak, Syariah (ibadah) dan Tarikh Islam. Pada sekolah umum seperti SD, SMP, dan SMA materi itu digabungkan menjadi satu dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Sedangkan di sekolah berbasis agama Islam atau biasa disebut dengan Madrasah seperti MI, MTs, dan MA, lima aspek di atas dikelompokkan lagi menjadi lima bidang studi, yaitu Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab.  Begitu juga yang terdapat di MAN 3 Nganjuk yang merupakan salah satu sekolah berbasis agama Islam, juga terdapat lima bidang studi di atas dan juga terdapat ilmu-ilmu umum seperti Matematika, Fisika, Biologi, Geografi, Sosiologi dan lain-lain.  (DEW)

Biografi Penulis

*) Moh. Miftahul Ulum

Moh. Miftahul Ulum merupakan mahasiswa aktif semester 7 Institut Agama Islam Negeri Kediri yang mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam. Di sampinng kuliah, Miftahul Ulum juga mengajar di TPQ Roudlotul Ikwan. Penulis bisa dihubungi melalui alamat e-mail moh.miftahul.ulum.2907992@gmail.com

*) Rival Dirham A

Sementara penulis kedua bernama lengkap Rival Dirham A. mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam dan kini sudah memasuki semester 6. Di sampinng kuliah, Rival Dirham juga aktif dalam Club Futsal. Penulis bisa dihubungi melalui alamat e-mail rivalaldiansya@gmail.com

About author

No comments