Indonesia, sebuah bangsa yang majemuk. Sebuah bangsa yang apabila kitamenengok ke arahnya, kita akan sangat mudah menemukan beragam warna. Beragam warna yang semakin memperindah pandangan mata. Keragaman warna yang ada tersusun dari budaya, adat, ras, suku, sekaligus agama yang bersatu padu di bumi pertiwi. Keragaman yang bersumber dari berbagai pebedaan, perbedaan yang memerlukan Islam moderat. Islam yang bisa mendatangkan kemajuan bagi seluruh umat dan alam semesta. Islam yang berkemajuan dan ingin mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan melalui tranformasi sosial yang bersifat emansipasi, humanisasi, dan liberisasi.
Sebelum menginjak ke pembahasan yang lebih jauh, di sini akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai ‘moderat’. Ada beberapa definisi mengenai moderat diantaranya avoiding extremes of behavior of expression, yaitu menghindari keekstriman atau berlebih lebihan rutinitas, perilaku, dan ekspresi. Melakukan sesuatu dalam batas yang masuk akal. Ada juga, calm, temperate yaitu orang yang kepribadianya sejuk, dapat mengayomi ataupun membuat lingkungan sekitar menjadi lebih damai dan juga teratur. Ada juga tending toward the mean or average amount or dimension yaitu orang yanb cenderung memiliki sisi ke tengah tidak memihak salah satu dan juga memilih jalur perdamaian atau tidak menggunakan kekerasan. Itulah moderat, tidak menggunakan kekerasan dalam mencapai suatu tujuan bersama. Atau orang yang tidak memiliki sisi agresif.
Para ahli juga memiliki beragam pendapat mengenai moderat diantaranya Muhammad Abduh mengatakan moderat tidak ekstrim akan tetapi menggabungkan dimensi fisik dan spiritual. Abu Ala Maududi mengatakan moderat merupakan komunitas jalan tengah (jalan keadilan dan kesesatan yang mengandung keseimbangan dan moderasi).Sayyid Qutub mengatakan umat muslim mampu menilai bangsa lain dengan benar dan adil.Prof. Muhammad Ali, moderat yaitu menghindari perilaku atau ekspresi yang ekstrim seperti mengamati batas yang masuk akal, tenang, sedang, cenderung ke arah jumlah atau dimensi rata-rata, memiliki kualitas rata-rata atau kurang dari rata-rata, tidak kasar, parah atau intens, mengaku atau dikarakterisasi oleh kepercayaan pilitik atau sosial yang tidak ekstrim.
Perbedaan pendapat dari para ahli tentang moderat ini tidak begitu signifikan karena pada dasarnya moderat hanya sebatas toleransi dan tidak mudah mengkafirkan orang serta melihat konteks kebelaknag bagaimana alasannya.
Moderat lebih menekankan pada suatu sikap, jadi terdapat perbedaan bentuk moderat antara satu tempat dengan tempat yang lain, karena yang menghadapi dan persoalan yang dihadapi tidak sama antara satu negara dengan negara lain. Di negara yang mayoritas penduduk muslim, sikap moderasi itu minimal meliputi pengakuan atas keberadaan pihak lain, pemilikan sikap toleran, penghormatan atas perbedaan pendapat, dan tidak memaksakan kehendak dengan cara kekerasan. Meskipun orang muslim terkadang mereka tidak mempunyai Islam yang moderat. Banyak orang Islam yang terkadang mengelompokkan sistuasi sehingga tidak mau didampingkan dengan orang yang memiliki keyakinan lain.
Dalam konteks moderasi juga mesti dapat menjamin bahwa orang lain bebas dalam berkeyakinan. Termasuk juga terhadap keluarga, saudara, teman, dan masyarakat. Moderasi tidak hanya dalam agama Islam, akan tetapi pada agama lain pula, termasuk agama lokal. Moderasi biasanya lebih dipengaruhi oleh budaya sekitar. Tidak menuduh bid’ah dan sebagainya. Tidak banyak sekolah ataupun pesantren yang mengajarkan nilai-nilai radikal. Tetapi yang sedikit dapat mengakibatkan bencana untuk kedepannya. Terdapat program yang disebut sebagai deradicalitation.
Dalam Al Qur’an mengajarkan suatu keseimbangan atau tidak berlebih-lebihan didalamnya. Yang dimaksud dengan berlebih-lebihan adalah melakukan perbuatan baik dengan benar, ikhlas, dan moderat. Karena melebih-lebihkan sesuatu juga dapat berdampak buruk untuk moderat, terutama dalam hal beragama, akan berefek tentang saling mengucilkan karena dianggap berbeda.
Dalam hal ini, seorang pendakwah (dai) juga sangat berperan aktif, dikarenakan seorang pendakwah (dai) dapat memasuki atau memprovokasi lingkungan masyarakat untuk selalu berperilaku yang baik. Lingkungan yang mampu menerapkan perilaku yang moderat dengan mudah mampu mengatur dan mengembangkan keterikatan sisi kebersamaan (toleransi),
Pada masa yang modern sekarang banyak orang yang bertoleransidan mampu menjalin hubungan baik antara satu sama lain, hingga menjadikan persaudaraan antar sesama selalu terjalin dengan baik (rukun). Terkadang ada orang yang mengaku moderat tetapi memiliki perilaku yang sebaliknya. Adapun perkembangan kelembagaan internasional Islam wasathiyah. Adanya majelis internasional untuk pemikiran dan kebudayaan Islam moderat di Yordania pada tahun 2003 dan di Kuwait pada tahun 2004. Adanya pusat moderasi dan pembaruan Islam al-qaradawi di Doha the Global. Adanya movement of moderates foundation di Kuala Lumpur pada tahun 2012. Kemudian, berdirilah Institute Wasatiyyah Malaysia dan Institute Internasional Wasathiyyah di Universitas Islam Internasional Malaysia. Hingga mendapatkan piagam moderasi dalam praktik keagamaan di Singapura. Umat wasatha dan umat muqtasidah yang menunjukan pada ahlul kitab, banyak yang menganggap bahwa dirinya sudah moderat. Sesungguhnya hal tersebut tidaklah nampak kepada orang muslim ataupun berbeda agama yang lain. Seorang yang moderat pada dasarnya akan memecahkan suatu masalah dengan baik dan mengangungkan perdamaian bersama. Mudahnya moderat kita berikan dapat menimbulkan efek yang sangat bagus untuk kedepan nya, karena moderat disini mengajarkan kita untuk lebih menghragai dan melihat sesuatu tidak sekilas.
Departemen Agama di Indonesia juga berusaha memoderasi beragama, moderasi yang dimaksudkan adalah dengan tidak melebih-lebihkan, mengurangi kekerasan, menghindari ekstrimisme. Serta yang dimaksudkan adalah percaya diri terhadap esensi ajaran dan agama mengenai keadilan dan serta berbagi dalam segala hal kebaikan. Ada 4 indikator dalam departemen beragama yaitu komitmen untuk bangsa, toleransi, tanpa kekerasan dan sikap akomodatif terhadap budaya lokal. Nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, dan keberagaman dalam Bhineka Tunggal Ika juga merupakan sebuah moderasi agama. Hal tersebut tidak ada dimanapun, termasuk pula pada zaman Nabi Muhammad.
Moderasi beragama sangat penting untuk mencegah paham radikal. Sebab Islam moderat yang paling cocok bagi Indonesia. Apalagi Indonesia merupakan negara Pancasila yang memiliki banyak agama. Islam bukan satu-satunya agama di Tanah Air. Melemahnya narasi Islam lokal ini bukan sekedar biasa. Tapi juga bukan sekadar opini, didukung oleh data dan termasuk poros yang sering dijadikan termasuk riset-riset yang menunjukkan bahwa narasi radikalisme berkembang di kalangan pelajar dan mahasiswa dari indikator yang ditarik dari aspek pemahaman terkait dengan jihad terorisme dan Islam liberal.
Dari berbagai perbedaan suku, agama, dan ras tidak akan menggugurkan bangsa kita untuk tetap bersatu dalam segala perbedaan, dalam Islam semua itu sunatullah (hukum alam) adalah takdir Tuhan yang harus dihargai dan umat manusia yang berakal yang tidak akan menyalahkan orang lain hanya karena adanyaperbedaan, dan menghargai buah pikiran(akal) manusia yang berbeda dengan pikiran kita. Salam … (EN)
Biografi Penulis
Penulis bernama lengkap Miladiyah Nur’ Aini, salah satu mahasiswi yang sedang menempuh semester 5 di jurusan Psikologi Islam IAIN Kediri. Pembaca dapat menghubungi penulis di akun Instagramnya @miladiyah_n.a atau E-mail pribadinya milady_aini@gmail.com
No comments