Mohon maaf lahir dan batin adalah untaian yang pas ketika saya akan mengawali goresan tinta analisis ini; bulan kemarin kita telah di sterilkan secara batiniah (baca: puasa) dan sepaket selanjutnya adalah hari kemenangan, “menang yang mana lawong kita lho diam diri dirumah, gang-gang diportal, ucapan idulfitri secara online” kiranya itu adalah pertanyaan yang gak usah terlalu fulgar merespond-nya. Kemudian kenapa semua itu yang harus kita lalui? Berawal dari history hingga reality disini saya ulas.
Pendemi corona virus di Indonesia diawali dengan temuan penderita penyakit covid 19 pada 2 Maret 2020. Sampai tanggal 2 April 2020 telah terkonfirmasi 1.790 kasus positif covid 19 dan pemerintah RI menyatakan bahwa kondisi sekarang belum mencapai puncaknya.
Kondisi ini membawa bermacam dampak di masyarakat. Panic buying terhadap hand sanitizer dan masker membuat harga kedua barang tersebut naik lebih dari enam kali lipat sampai hilang di pasaran. Barang-barang lain yang juga mengalami kenaikan harga dan kelangkaan seperti: masker dan APD. Berita-berita di media menyatakan Pemerintah Pusat mengimpor APD untuk penanganan pasien di daerah zona merah seperti Ibukota Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Mengingat bahwa tenaga medis adalah pasukan baris depan untuk memerangi penyakit, maka APD untuk tenaga medis sangatlah diperlukan.
Hal yang berikutnya bisa terjadi adalah perpindahan warga dari Jakarta atau kota besar lainnya ke daerah-daerah pelosok karena berbagai alasan. Bisa karena kepanikan akan keselamatan, kepanikan akan kondisi ekonomi, mudik lebaran, atau alasan lainnya. Itu artinya kemungkinan tersebarnya virus ke daerah-daerah menjadi lebih besar.
Lalu bagaimana kesiapan daerah-daerah menghadapi potensi lonjakan pasien di daerah mereka? Hal ini terutama berkaitan dengan kondisi resource -APD, paramedic, dan perangkat kesehatan lainnya, yang terbatas- yang bisa membuat mental para petugas medis menurun. Dan jika pasien tidak ditangani, maka potensi persebaran virus di daerah juga akan semakin besar. Dan saat daerah-daerah dalam keadaan terancam, maka ketahanan pangan nasional bisa terancam.
Beberapa langkah penanganan telah diambil baik oleh Pemerintah Pusat, juga Pemerintah Daerah untuk menangani Bencana Nasional ini. Himbauan bekerja dari rumah dan social distancing sudah disosialisasikan. Pembersihan tempat-tempat umum dengan disinfektan, rapid test, sampai menyiapkan satu pulau untuk isolasi pasien positif juga sudah diupayakan.
Dalam pandangan saya, langkah penanganan yang sudah diambil perlu dilengkapi dengan lebih melibatkan masyarakat secara luas. Tidak hanya dengan mengurangi kegiatan berkumpul dan diam di rumah, masyarakat Indonesia bisa diberdayakan untuk melindungi diri dan lingkungannya. Dan dengan memberdayakan masyarakat maka, area sterilisasi bisa diperluas, pembuatan bilik sterilisasi bisa lebih banyak, dan pola hidup higienis bisa tertanam.
Program pemberdayaan ini bernama ”Gerakan Masyarakat Steril”. Mitigasi bencana wabah yang menempatkan masyarakat sebagai subyek. Adalah sebuah gerakan masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap steril secara mandiri. Jika gerakan ini dilakukan di seluruh pelosok daerah, maka persebaran virus dapat direduksi, bahkan dihilangkan.
Langkah awal program ini adalah pemberian edukasi tentang tujuan program dalam skala kecil, yaitu lingkungan terdekat atau kampung. Diberikan kesadaran kepada masyarakat, bahwa tugas masyarakat dalam mitigasi bencana wabah ini hanyalah satu, yaitu menjaga diri dan lingkungan terdekatnya untuk tidak terpapar covid 19.
Setelah itu kepada masyarakat diberikan wawasan tentang usaha-usaha apa saja yang bisa dilakukan. Diantaranya adalah : membuat disinfektan sendiri, membuat bilik sterilisasi sendiri, membuat tempat cuci tangan portable, dll.
Informasi tentang bahan disinfektan yang banyak beredar memang memiliki efek samping yang tidak bagus bagi manusia atau lingkungan. Akan tetapi, menurut Siti Zullaikah, PHD; dosen Jurusan Teknik Kimia ITS, tim ahli TFK ITS; cuka, hydrogen peroksida, dan minyak esensial adalah bahan-bahan untuk membuat disinfektan yang dinilai alami dan tidak akan memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan.
Gerakan ini mudah, murah, dan efektif. Maka dari itu, saya mengajak seluruh masyarakat untuk melaksanakan upaya-upaya gerakan ini. Dan diharapkan akan terus meluas ke wilayah-wilayah di seluruh Indonesia untuk lalu menjadi sebuah gerakan yang bergulir, masif dan berkelanjutan, yang dijalankan secara mandiri oleh kelompok masyarakat.
Masyarakat yang berdaya dan mandiri akan memotivasi pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, yang membuat semua cerdik pandai dan putra-putra terbaik bangsa bahu membahu mengisi celah kekurangan persoalan penanganan bencana covid 19 sebagai perwujudan rasa cinta dan ketulusan kepada Ibu Pertiwi.
Jika upaya-upaya sterilisasi ini segera dijalankan secara bersama-sama, maka gerakan akan membesar, mengamankan lingkungan warga desa, kecamatan, kota/kabupaten dan bisa meluas menjadi upaya ketahanan kesehatan massal berbasis kemandirian masyarakat secara Nasional.
Gerakan Masyarakat Steril ini apabila ditambah oleh dukungan Pemerintah dengan pemberian kemudahan, fasilitas serta pemenuhan kekurangan kebutuhan atas upaya madiri yang telah dilakukan, maka tidak akan membutuhkan waktu lama bagi bagsa Indonesia untuk keluar dan bersih dari Pandemi Covid-19. Semoga!. Salam… (@D)
* Fathan Faris Saputro adalah Jurnalis Nasional, dan juga Founder Rumah Baca Api Literasi
No comments