Desa Sambi merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Di desa ini terdapat pasar yang menjadi ikon keberadaan Desa Sambi. Pasar Sambi letaknya berdekatan dengan perempatan lampu merah Sambi dan berdekatan juga dengan Desa Ringinrejo. Pasar ini pun menjadi penopang ekonomi masyarakat yang ada di Desa Sambi dan sekitarnya.
Pasar Sambi cukup mudah dikenali, dikarenakan di dalamnya terdapat pohon beringin besar. Dimana dari kejauhan pohon tersebut terlihat jelas. Keberadaan pohon beringin yang cukup menonjol selain menandakan letak pasar juga menjadi salah satu sumber oksigen dan pemandangan yang bagus di pasar. Terlihat sangat besar apalagi jika dilihat dari dalam pasar. Hawa sejuk pun dapat dinikmati saat berada di bawah pohon ini.
Desa Sambi dan Pasar Sambi itu sendiri sering dikenal oleh banyak orang bahkan di luar daerah. Mungkin popularitas dari nama Kecamatan Ringinrejo yang sedikit lebih ‘kurang populer’ dibandingkan Desa Sambi karena banyak orang yang lebih mengenal Pasar Sambi. Terkadang, jika saat di suatu tempat lalu misal bertemu orang lain dan orang tersebut menanyakan darimana asal seseorang yang berasal dari Desa Sambi tersebut, setelah dijawab asalnya biasanya orang lain tersebut akan langsung mengetahui kata “Sambi” daripada Kecamatan Ringinrejo. Bahkan, tidak jarang setelah mengetahui asal seseorang dari Desa Sambi, orang lain akan menanyakan arah rumah seseorang berpatokan dengan Pasar Sambi.
Penulis ingin sedikit bercerita mengenai awal mula keberadaan Pasar Sambi. Sebelum dikenal dengan nama Pasar Sambi, dahulunya terdapat orang yang berjualan di bawah pohon sambi. Lama kelamaan, orang yang berjualan di tempat tersebut pun bertambah banyak, dan semenjak itu masyarakat mengenalnya dengan sebutan Pasar Sambi. Dahulu pasar ini juga pernah dikenal sebagai pasar nanas, karena banyaknya petani yang menjual nanas di pasar. Pedagang dari luar daerah pun banyak yang mengambil stok dari pasar nanas di Desa Sambi ini. Lalu, petani nanas pun menjadi berganti menanam tebu. Juga pernah disebut pasar kelapa, karena dulu buah kelapa yang dijual di pasar ini mempunyai kelebihan yaitu isinya yang tebal, dibandingkan dengan kelapa yang ada di Banyuwangi yang buah kelapanya besar, namun isinya yang tipis.
Pasar ini termasuk pasar desa. Pasar desa adalah pasar tradisional yang berkedudukan di desa dan dikelola serta dikembangkan oleh Pemerintah Desa dan masyarakat desa (Peraturan Menteri Dalam Negeri Ayat 8 Nomor 42 Tahun 2007). Jadi, pasar ini bukan dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah/Kabupaten sebagaimana misal Pasar Wates yang terletak di Kabupaten Kediri yang dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah/Kabupaten. Pegawai yang ada di Pasar Sambi pun diangkat oleh pemerintah desa.
Pasar Sambi merupakan sebuah pasar yang tergolong strategis dan sangat potensial, perkembangannya pun termasuk pesat. Bisa dilihat terdapat pasar yang nampak dari jalan atau dari luar, juga ada pasar yang terletak di dalam. Walaupun begitu, biasanya produk yang dijual dari pasar bagian dalam dan pasar bagian luar hampir sama.
Berdasarkan waktunya, pasar ini dibagi menjadi tiga. Pertama, pedagang yang berjualan mulai pukul 02.00 WIB – 06.00 WIB yang biasa disebut pasar pagi. Kedua, pedagang yang berjualan mulai pukul 07.00 WIB hingga siang hari, biasanya sampai pukul 13.00 WIB periode waktu ini biasa disebut pasar siang. Ketiga, pedagang yang berjualan pada sore hingga malam hari. Ada ratusan pedagang yang berjualan di pasar ini. Saat pasar pagi bisa mencapai 600 orang pedagang, saat pasar siang ada sekitar 250 orang pedagang, dan saat sore hari terdapat sekitar 100 orang pedagang. Pedagang yang menjual di pasar biasanya diharuskan untuk membayar karcis, atau bisa membayar jika menyewa ruko yang ada. Pedagang yang berjualan di Pasar Sambi tidak hanya masyarakat Desa Sambi, namun banyak yang berasal dari desa lain seperti Desa Ringinrejo, Desa Srikaton, Desa Dawung, dan lainnya, bahkan dari kecamatan lain. Pembeli pun juga banyak yang berasal dari luar desa dan luar kecamatan.
Yang dijual di pasar tentunya sangat beragam seperti sayur-sayuran, makanan, buah-buahan, daging mentah, bahan makanan, pakaian, perhiasan, pernak-pernik, gerabah, dan sebagainya. Bahkan, terdapat juga pasar hewan yang menjual hewan ternak seperti sapi dan kambing, biasanya diadakan setiap pon dan legi. Di Pasar Sambi juga ada banyak pertokoan. Terdapat fasilitas kamar mandi/toilet umum dan masjid pula untuk memudahkan pengunjung di pasar.
Dahulu, terdapat banyak becak yang bertempat di pasar yang biasanya untuk mengantarkan orang pasar maupun orang di dekat pasar. Walaupun saat ini masih banyak becak yang ada, namun keberadaannya dirasa sedikit berkurang.
Walaupun zaman sudah modern, pasar tradisional tetap mempunyai pengunjung yang sangat banyak. Harga yang murah atau bahkan sangat murah daripada pasar modern menjadi salah satu alasan mengapa pasar tradisional tetap mampu bertahan. Berbelanja di pasar ini akan menemukan keramaian, keramahan, serta terjangkaunya harga seperti di pasar tradisional lainnya. Penggunaan bahasa di pasar ini tentunya banyak yang menggunakan bahasa daerah yakni bahasa Jawa Ngoko ataupun bahasa Jawa Krama. Kita sebagai pembeli juga dapat menawar harga pada pedagang dengan harga yang terjangkau. Seperti kelebihan pasar tradisional lainnya, yakni tidak adanya monopoli oleh produsen tertentu, pendapatan para penjual cenderung merata, pemerintah tidak dapat melakukan intervensi terhadap operasional pasar, dan penjual dapat keluar masuk pasar dengan mudah.
Warung-warung yang menjual makanan dan minuman di pasar pun menjadi andalan orang-orang pasar, juga pengunjung untuk membeli makanan untuk dimakan langsung ataupun dibungkus. Untuk orang yang mungkin tidak sempat memasak bisa juga membeli nasi, lauk, dan sayur. Rasanya pun tidak kalah, terkadang tidak sedikit pembeli yang harus mengantri di warung apalagi pada jam-jam tertentu karena banyak yang mengunjungi warung tersebut. Dengan berbagai warung dan varian menu juga, orang-orang dapat membeli makanan di warung setiap hari tanpa bosan.
Untuk orang-orang yang ingin memasak, membeli bahan makanan yang dijual di pasar ini sangatlah banyak. Ada tahu, tempe, telur, berbagai daging, sayur-sayuran seperti sawi, bayam, wortel, kubis, bawang, cabai, tomat, kentang, dan lainnya. Ada juga buah-buahan seperti salak, jeruk, apel, melon, semangka, buah naga, nanas, pisang, kelapa, dan lain-lain. Kita juga bisa mempertimbangkan mana pedagang yang dagangannya ingin kita beli dengan kualitas dan harga yang lebih sesuai.
Saat awal pandemi sampai saat ini, pasar tetap ramai baik dari pedagang maupun pembeli. Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker dan tidak berjabat tangan. Karena pernah diadakan razia masker oleh petugas gabungan Satgas Covid-19 Ringinrejo yang tentunya untuk mencegah penyebaran virus covid-19 lebih lanjut. Jika saat razia ada pengunjung yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan seperti tidak memakai masker, maka akan diberi sanksi seperti menyanyikan lagu Indonesia Raya, menghafalkan Pancasila, dan hormat pada bendera, bahkan ada yang diminta menyapu lorong pasar. Diadakan razia masker di pasar ini tidaklah sering, yang mengakibatkan sampai saat ini masih banyak yang tidak memakai masker dan tidak mematuhi protokol kesehatan. Karena kesadaran dan kepatuhan kebanyakan warga masih dinilai rendah terhadap pencegahan covid-19. Mungkin juga banyak yang merasa ‘lelah’ terhadap adanya pandemi ini. Tetapi tidak sedikit juga yang sadar dan patuh akan pencegahan covid-19 dengan memakai masker. Dan kabarnya sosialisasi dan edukasi penerapan protokol kesehatan akan diadakan berkelanjutan.
Terdapat suatu persoalan yang dihadapi di pasar ini yaitu pengelolaan sampah. Seringkali bisa dijumpai jika berkeliling pasar terdapat banyak sampah yang tercecer dan tidak jarang menimbulkan bau yang kurang sedap. Menurut Hanindhito Himawan Pramono, setelah ia berkunjung ke pasar ini, pengelolaan sampah harus dipikirkan dengan matang, sampah tersebut harus dipisahkan dan harus diurai. Kebanyakan untuk menghilangkan sampah yang ada di pasar ini biasanya dilakukan dengan cara dibakar. Karena letak Pasar Sambi yang jauh dari Tempat Pembuangan Sampah (TPA) menjadi salah satu alasan. Namun, memang ini sudah menjadi persoalan yang wajar jika melihat kondisi pasar tradisional, banyak pasar tradisional lain yang bahkan berada di kota namun masih terdapat persoalan tentang sampah. Tetapi tetap saja pengelolaan sampah itu penting.
Setelah mengupas secara mendalam mengenai Pasar Sambi, kini disadari bahwa adanya pasar tradisional sangatlah penting bagi masyarakat desa. Pasar tradisional merupakan salah satu penopang perekonomian masyarakat. Jadi, tidak ada salahnya memilih dan tetap melestarikan pasar tradisional seperti Pasar Sambi ini. Karena budaya dan keberadaan dari pasar ini harus tetap dilestarikan sebagai ikon, identitas, dan aset yang ada di desa yakni Desa Sambi. Sebagai masyarakat desa, kita sudah sewajibnya untuk berperan penting dalam hal ini. Diharapkan Pasar Sambi akan berkembang menjadi lebih baik dan selalu memenuhi kebutuhan serta dapat menunjang perekonomian masyarakat secara luas. (EN)
BIOGRAFI PENULIS
Devi Oktaviani Wulandari ialah seorang mahasiswi aktif Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Kediri. Saat ini aktif dalam organisasi UNIKMOR (Unit Kegiatan Mahasiswa Olahraga) yang ada di IAIN Kediri. Prestasi yang pernah diraih yaitu prestasi di bidang olahraga catur. Untuk mengenal lebih jauh tentang penulis, dapat menghubungi email pribadinya, deviviaa25@gmail.com.
No comments