PENGGUNAAN GAWAI SELAMA PANDEMI COVID-19 DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI

0

Pandemi Covid-19 merupakan sebuah peristiwa penyebaran virus Corona yang dimulai sejak akhir tahun 2019 dan menyebar secara masif hampir ke seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus jenis baru. Dimana virus ini bisa menular dan orang-orang yang tertular akan mengalami gejala ringan hingga berat. Orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 akan diminta untuk melakukan isolasi mandiri dan ada juga yang harus dibawa ke rumah sakit, tergantung tingkat keparahannya. Dalam upaya untuk memutus mata rantai virus ini, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk tetap di rumah saja dan mengurangi aktivitas-aktivitas yang memicu kerumunan. Adanya anjuran tersebut, membuat banyak orang memiliki waktu luang. Mereka cenderung mengisi waktu luang tersebut dengan bermain gawai.

Gawai atau gadget merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus. Salah satu hal yang membedakan gawai dengan alat elektronik lainnya adalah adanya unsur kebaharuan, dari waktu ke waktu gawai selalu memiliki teknologi baru yang mampu membantu kehidupan manusia menjadi lebih praktis, contoh gawai seperti smartphone atau bisa disebut telepon pintar serta notebook.

Aksiologi merupakan cabang dari filsafat ilmu yang mempelajari tentang bagaimana seseorang menggunakan ilmunya. Jadi, yang ingin didapat dari aksiologi adalah bagaimana manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan ataupun teknologi. Aksiologi sendiri berasal dari bahasa Yunani ‘axsion dan logos’, axsion yang berarti nilai sedangkan logos yang memiliki arti teori. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aksiologi adalah teori tentang nilai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aksiologi berarti: 1) Kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia; 2) Kajian tentang nilai, khususnya etika. Persamaan aksiologi identik dengan aksioma yang mengandung arti pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aksiologi merupakan cabang dari filsafat ilmu yang mempelajari tentang nilai suatu ilmu atau berbagai ilmu (etika, estetika, dan ilmu lain) tanpa atau dengan mencari kebenaran tersebut dari segi berguna atau tidak suatu ilmu bagi penelitian.

Di desa penulis, banyak orang yang menggunakan gawai mulai dari anak-anak, dewasa hingga orang yang sudah tua. Gawai menjadi suatu kebutuhan pokok yang harus ada dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang akan sangat kesulitan jika tidak memiliki gawai. Terlebih ketika masa pandemi ini, untuk mengisi kejenuhan kebanyakan orang menggunakan waktunya untuk bermain gawai. Gawai sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat, misalnya ketika ingin mengadakan rapat antar warga RT sekarang tidak pelu lagi membuat surat undangan karena pemberitahuan rapat bisa melalui sosial media seperti whatsapp. Bahkan, dalam RT pun memiliki grub whatsapp tersendiri. Grub ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat baik mengenai bantuan sosial maupun kegiatan-kegiatan yang akan diadakan.

Dalam menghadapi masa pandemi ini, pemerintah menganjurkan untuk tetap di rumah saja. Hal ini tentu saja sangat menyulitkan bagi masyarakat karena tidak bisa melakukan kegiatan secara normal. Hal ini memiliki dampak yang sangat besar terutama di bidang ekonomi dan pendidikan. Dalam pendidikan, terjadi perubahan dalam proses belajar mengajar yang semulanya secara langsung bisa bertatap muka, di masa pandemi ini berubah menjadi daring. Proses pembelajaran ini tentu saja sangat memerlukan gawai untuk membantu proses belajar mengajar agar lebih mudah.

Gawai yang beredar di pasaran memiliki banyak kegunaan, banyak aplikasi yang tersedia yang mampu membantu mempermudah kehidupan masyarakat. Dalam dunia pendidikan, aplikasi virtual class yang digunakan seperti Google Classroom yang dapat digunakan untuk penyampaian materi, diskusi, dan evaluasi. Kemudian, untuk melakukan komunikasi secara online melalui video bisa menggunakan aplikasi Zoom, Google Meet, dan lain-lain. Dalam perekonomian, gawai dapat membantu masyarakat dalam melakukan transaksi aplikasi yang bisa digunakan untuk berbelanja seperti shopee, lazada, tokopedia, dan lain lain. Selain itu, ada juga dompet digital yang mempermudah masyarakat dalam melakukan pembayaran, seperti dana dan gopay. Hal ini tentu saja sangat membantu masyarakat dan membuat roda perekonomian bisa berputar.

Selain beberapa hal di atas, gawai juga berguna sebagai media informasi. Hal ini dimulai ketika gawai memiliki kemampuan untuk melakukan koneksi dengan internet. Keunggulan ini dapat digunakan sebagai sumber informasi terbesar, tercepat, dan mudah digunakan tanpa dibatasi ruang dan waktu. Beberapa aplikasi yang bisa digunakan untuk mencari informasi seperti yahoo, google, dan lain sebagainya. Selain itu, di dalam smartphone juga ada fitur gmap yang dapat mempermudah kita dalam mencari letak suatu tempat.

Meskipun banyak manfaat, tetapi gawai juga memiliki dampak negatif tersendiri. Salah satunya bisa menyebabkan kecanduan. Dampak dari penggunaan gawai yang berlebihan bisa mengakibatkan gangguan emosi, nyeri leher, sulit beraktivitas, kurang tidur, hingga penyakit tertentu. Kecanduan gawai berkaitan erat dengan kecanduan internet. Hal ini dikarenakan kebanyakan tontonan, permainan ataupun fitur menarik pada gawai yang dapat dengan mudah diakses melalui internet.

Orang yang mengalami kecanduan gawai cenderung merasa tidak nyaman ketika tidak bersama gawai meskipun hanya sebentar. Orang tersebut cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dengan berinteraksi pada gawai daripada orang lain, selalu bermain gawai ketika memiliki kesibukan kurang produktif. Dalam masalah psikologis, orang yang mengalami kecanduan gawai cenderung mudah marah, stress, merasa kesepian karena banyak menghabiskan banyak waktu tanpa bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini dapat meningkatkan depresi dan gangguan kecemasan, kesulitan fokus, dan konsentrasi dalam belajar ataupun bekerja. Selain itu penggunaan gawai juga dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Hal tersebut bisa membuat individu menjadi sosok yang memiliki kebiasaan individualistik dan oportunis.

Di desa penulis, kebanyakan orang sudah mulai menggunakan gawai semenjak kecil. Hal ini dikarenakan semenjak kecil anak sudah dikenalkan gawai oleh orang tua. Anak dilarang bermain keluar rumah dikarenakan orang tua merasa akan lebih aman jika anak tetap di rumah saja. Kebanyakan orang tua memberi anak gawai sebagai sarana untuk menghibur anak yang paling mudah dan praktis. Anak diperlihatkan video dari youtube untuk menghiburnya agar orang tua bisa melakukan pekerjaan lain. Apabila hal ini dilakukan terlalu sering bisa menyebabkan anak mengalami kecanduan gawai karena ketika kecil yang seharusnya lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang tua agar mempunyai kedekatan yang kuat kepada orang tua, anak justru lebih banyak menghabiskan waktunya dengan gawai. Untuk kedepannya hal ini bisa menyebabkan anak tersebut menjadi anti sosial dan tidak mempedulikan lingkungan sekitar.

Dari segi kebudayaan, dampak buruk penggunaan gawai (smartphone) diantaranya bisa melunturkan adat atau kebiasaan yang berlaku di daerah tempat tinggal penulis. Hal ini mulai terjadi, salah satunya warga yang mengikuti pengajian mulai berkurang. Ketika ada kegiatan di desa tidak sedikit orang yang sibuk dengan gawai mereka masing-masing meskipun berada di tempat yang sama. Budaya permainan tradisional mulai ditinggalkan, banyak anak-anak yang lebih suka bermain game online melalui gawai padahal permainan tradisional bisa membantu anak-anak dalam bersosialisasi dan meningkatkan kemampuan motoriknya. Dari segi sosial, dampak buruk penggunaan gawai mampu membuat jarak antar individu. Orang cenderung asyik dalam kehidupannya sendiri tanpa mempedulikan dunia sekitar.

Dikarenakan mudahnya informasi yang masuk melui internet, tentunya memiliki dampak negatif tersendiri, seperti mudahnya penyebaran hoax atau berita palsu. Hal ini bisa menyebabkan adu domba antara masyarakat. Kemudian, kebudayaan luar bisa masuk dengan sangat mudah. Hal ini secara tidak langsung bisa menggeser kebudayaan kita sendiri. Banyaknya informasi negatif yang masuk bisa mempengaruhi pemikiran seseorang  yang kemungkinan bisa mengarah ke hal yang negatif. Hal ini sangat berbahaya bagi anak-anak. Oleh karena itu, di sini orang tua harus bisa mengawasi anak karena bisa saja tanpa pengawasan orang tua, anak-anak melihat sesuatu yang belum waktunya. Hal tersebut bisa merusak akhlak anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa.

Dalam prespektif aksiologi, penggunaan gawai (smartphone) memiliki banyak kegunaan yang mampu mempermudah masyarakat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya mempermudah pendidikan di masa pandemi. Anak bisa belajar melalui gawai meskipun tanpa tatap muka, selain itu ketika anak kurang paham anak bisa mencari referensi lain melalui internet. Di sini peran orang tua sangat penting untuk mengarahkan anak agar tidak kecanduan gawai. Orang tua harus bisa mengarahkan, memantau, dan mengatur anak agar bisa menggunakan gawai seperlunya saja. Dari segi etika, gawai bisa mengurangi etika seseorang. Hal ini dikarenakan gawai bisa menjauhkan orang yang terlihat dekat, misalnya seperti ketika lagi berkumpul bersama, tetapi mereka sibuk dengan handphone masing-masing. Hal ini terlihat kurang sopan apalagi jika hal tersebut dilakukan di depan orang tua. Terkadang ada seorang anak yang tidak mendengarkan orang tua ketika berbicara dan lebih mementingkan gawai daripada perintah orang tua. Dalam dunia pendidikan, selain memberikan manfaat yang begitu banyak gawai juga memberikan dampak negatif tersendiri. Hal ini dikarenakan dengan adanya gawai akan memanjakan peserta didik sehingga membatasi kreatifitas yang mereka lakukan. Ini bisa menimbulkan sifat pemalas apalagi bagi mereka yang hanya menggunakan gawai  untuk mencari hiburan saja dalam rangka menghilangkan rasa bosan. Jika hal tersebut berkelanjutan, maka mereka cenderung akan menggunakannya secara berlebihan sehingga mereka menjadi pemalas dan menganggap bahwa fitur aplikasi yang ada di gawai lebih menarik daripada kewajiban mereka sendiri.

Gawai menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat di zaman sekarang ini. Ketika seseorang tidak memiliki gawai maka akan dianggap ketinggalan zaman dan bahkan bagi anak-anak bisa dijauhi oleh teman-temannya. Hal ini dikarenakan ketika teman yang lain asyik bermain game anak tersebut yang tidak memiliki gawai tidak akan bisa bermain bersama. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mengontrol dan memantau anak agar tidak kecanduan gawai. Gawai akan sangat bermanfaat bila kita pandai memanfaatkannya, bukan berarti harus memakai gawai terus menerus, tetapi harus menggunakan sesuai kebutuhan saja. (EN)

Biografi Penulis

*Mohammad Imam Subkhan

Seorang mahasiswa program studi Psikologi Islam semester enam IAIN Kediri. Selain sibuk di dunia perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti beberapa organisasi seperti: 1.Humas Organisasi Pramuka SMKN 1 Kediri, 2. Anggota Karang Taruna Bandarlor RT. 42

About author

No comments

Menjadi Mahasiswa, Menjadi Kapitalis …?

Ada kalanya, sebagian dari kita bingung dan bertanya-tanya, “Apa sih sebenarnya ‘tujuan’ dari berkuliah itu? Mengapa sekarang kita berada pada status mahasiswa dengan jurusan ini? ...