syakal.iainkediri.ac.id – Dengan mulai belajar menulis. Kita akan mulai menyusun kata-kata menjadi kalimat. Menjadikan tulisan itu hidup dan bisa dipahami oleh akal. Dengan pemilihan kata yang tepat dan indah, tulisan mampu menjadi suatu yang magis dapat menyentuh warna perasaan hati pembaca. Menyentuh membentuk suatu empati maupun simpati. Membentuk rasa kebencian maupun keindahan.
Cuman berasal dari tulisan saja. mampu menjadi senjata pamungkas dalam kelicikan maupun kebaikan. Mempertahankan kezoliman atau memperjuangkan kebajikan. Saya percaya, cuman segelintir ucapan terkadang mampu merubah keadaan. Mampu membentuk dan menyeret perubahan lama menjadi perubahan baru. Perubahan paradigma lama menjadi paradigma baru. Itulah kekuatan kata-kata.
Wahai tuan minke yang budiman. Engaku sendiri menulis untuk keabadian. Katanya tuan minke “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah pekerjaan untuk abadi.”
Memang tuan Minke menulis merupakan salah satu pekerjaan abadi. Engkau sendiri menulis buat memperjuangkan dan menjunjung derajat kaum pribumi hindia belanda. Menyatukan manusia berbangsa ganda dengan buminya. Dengan pendidikan eropa dan pandangan eropa yang tuan Minke kagum-kagumi. Menghantarkan pikiran tuan dalam menjunjung kemanusiaan.
Dengan mendirikian organisasi pribumi pertama di hindia belanda. Dengan berdirinya surat kabar Medan. Dengan ide-ide cermelang tertuang dalam tulisan-tulisan tajam mampu membangkitkan Bumi dan Manusianya. Tapi juga bisa mencelakakan diri sendiri. Juga mencelakakan orang-orang tercinta. Itulah tuan Minke, tulisan mampu menghantarkan kita kepada sang pemimpi, tapi juga mampu menghantarkan kita kepada sang petaka. Hingga diri tuan Minke tertangkap basah dirumah sendiri. Karena tulisan mampu menerjang amarah dan mengusik kenyamanan penguasa.
Haduh tuan. Tuan minke yang budiman, seorang jurnalis dengan idealisme-nya. kata seorang pelukis Perancis, sahabat tuan berkata “Seorang tepelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.” Tuan minke selalu berfikir apakah perbuatan selama ini yang tuan kerjakan sudah adil atau belum. Tuan benar-benar mencoba berfikr seadil-adilnya dengan siapapun, dengan manusia, dengan diri sendiri, apalagi dengan istri-istri tuan sendiri. Dengan tulisan-tulisan tuan, tuan berusaha menulis dengan memahami duduk perkara dan memutuskan seadil-adilnya. Apa yang diinginkan hati tuan tercurahkan pada tinta-tinta pena, dengan gerakan tarian mistis tangan menjatuhakan diri pada kertas-kertas kosong menunggu bentuk tulisan keadilan.
Ya ampun tuan Minke, ternyata kenyataanya anda sendiri kalah dalam menegakan keadilan di tanah hindia belanda. Engkau sendiri terkagum pada kehebatan Eropa. Engaku menyukai negeri Perancis. Suatu negeri dimana katanya semua setara pada hukum. Tidak memandang SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan). Semua sama dimata hukum. Tidak seperi di hindia belanda. Hukum dikuasai oleh kolonial belanda. hanya untuk keuntungan Belanda, sang penguasa. Ternyata pendidikan Eropa dengan kemajuan teknologinya juga ada kemunduran. Kemunduran moral berfikir.
Meski tuan kalah. Setidaknya tulisan-tulisan tuan masih abadi dan menumbuhkan ratusan bahkan ribuan orang untuk menyuarakan keadilan. Melahirkan generasi-generasi peduli terhadap kemanusiaan di setiap jamannya. Memang raga tidak mampu abadi menjajaki waktu yang begitu panjang. Hanya dengan tulisan, ide manusia berjalan melintasi waktu ke waktu. Bahkan ratusan sampai ribuan.
Menulislah dengan seisi jiwa. Menulis juga merupakan kegiatan spritualitas. Mampu mendekatkan kepada suatu keabadian. Tapi bukan keabadian juga yang lebih penting. Tapi satu hal dalam pergolakan hati, mencari-cari cinta hakiki yang mampu mengisi kekosongan hati dan menebar kebajikan.
(Tuan minke ~Tirto Adhi Soerjo)
Daftar Pustaka
Etania, Rebeca Bernike, and Tri Indriawati. “Mengenal Tirto Adhi Soerjo Bapak Pers Nasional.” Kompas.Com, 2023, https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/08/080000279/mengenal-tirto-adhi-soerjo-bapak-pers-nasional?page=all.
No comments