PUNDEN DESA TUGUREJO: SEJARAH DAN MENGUNGKAP SISI PENINGGALAN AGLOMERASI PEMUKIMAN BERDASARKAN PERSPEKTIF MASYARAKAT SETEMPAT

0

Desa merupkan sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Menurut Paul H. Landis, desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Membahas mengenai desa, berdirinya sebuah daerah tentu memiliki jejak berdiri yang perlu diulas agar generasi muda tidak ambigu dalam mengenal desanya. Salah satu desa yang wajib diketahui di Kabupaten Kediri ialah Desa Tugurejo.

Kabupaten Kediri dulunya merupakan sebuah kerajaan besar di nusantara yakni Kerajaan Kediri. Jadi tidak heran, bila di wilayah Kabupaten Kediri ini terdapat banyak sekali benda peninggalan sejarah berupa candi maupun petilasan. Di 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Kediri ini terdapat sebuah situs maupun candi dan juga petilasan. Sejumlah petilasan yang cukup dikenal masyarakat yakni petilasan Sang Prabu Sri Aji Jayabaya di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri dan juga petilasan mbah Tugu atau Punden Mbah Tugu, di Dusun Loksongo Desa Tugurejo Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri.

Petilasan Mbah Tugu ini terletak sekitar 1,5 kilometer arah selatan dari Monumen Simpang Lima Gumul (SLG). Terdapat 2 lokasi petilasan mbah tugu yakni Punden mbah Tugu Putri yang berupa batu bulat berupa Lumpang yang kondisinya sudah pecah dan berada di bawah pohon beringin besar, Sedangkan punden Mbah Tugu Kakung berupa sebuah linggga segi 8,yang di beri cungkup sendiri.

Menurut Mbah Kasiyan (68 tahun) Juru kunci Punden, Mbah Tugu merupakan sesepuh cikal bakal Desa Tugurejo, Mbah Kakung (mbah laki-laki) Mbah Sudarmorejo, sedangkan Mbah Putri Bu Gunarmi yang berdampingan dengan pecahan lumpang sebagai abdi dalem eyang putri.

“Katanya Pemerintah pentilasan Mbah Tugu akan dibangun pada awal tahun 2018, dan sekarang sudah diawali dengan bangunan kamar mandi. Biasanya yang berkunjung di sini mempunyai beberapa tujuan antara lain ziaroh, memohon petunjuk dari Allah agar mendapatkan kemudahan mencari rejeki,mencari kelancaran dalam berdagang, dan berdoa untuk menambah derajat atau pangkat,” ujar Mbah Kasihan.

Punden atau petilasan Mbah Tugurejo paling ramai dikunjungi peziarah setiap hari Kamis Pahing malam Jumat Pon. Berbagai kepentingan atau tujuan para peziarah semua akan dipandu si Juru Kunci. Para peziarah umumnya berharap apa yang di inginkan mereka bisa tercapai. Juru kunci di petilasan ini mendapat upah dengan cara bertani di lahan petilasan.

Sedikit sekali penjelasan tentang bagaimana kehidupan masyarakat sekitar peninggalan tersebut dan bagaimana proses pembuatannya. Namun, informasi tersebut setidaknya memberikan gambaran bahwa perlunya penggalian innformasi dari milenial agar melek terhadap peninggalan yang minimal terdapat di sekitarnya. Sebab, menutup mata dengan apa yang telah ada sama saja dengan tindakan anti sosial. (DEW)

Biografi Penulis

*) Irfan Achmad Jaelani

Nama lengkap Irfan Achmad Jaelani nama panggilan Irfan, Lahir di Kediri Jawa timur pada tanggal 25 Oktober 1999, hobi nge game dan memelihara kucing dan olahraga, Saya aktif sebagai mahasiswa IAIN Kediri dijurusan komunikasi fakultas ushuludin, saya sekarang lagi menjalankan bisnis jual beli hp online , untuk email saya irfanachmadjaelani45@gmail.com

Saya tidak ikut organisasi dikampus maupun diluar kampus

Prestasi :

  1. Adzan waktu SD
  2. Juara qiro ah waktu SD

About author

No comments

Pesan dari Seorang Hamba Gelandangan

Selama ini engkau terlalu berputus asa Berkoar rasa paling menderita Menceritakan nestapa pada semua Padahal Ia hanya sedang mengajarimu cinta Dalam setiap derita yang engkau ...