The Power of ‘Mahasiswa’

0

 

Mahasiswa, sebuah status yang disandang oleh seseorang yang melanjutkan pendidikannya setelah pendidikan wajib 12 tahun dan sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah seseorang yang belajar di perguruan tinggi, di dalam struktur pendidikan di Indonesia mahasiswa memegang status pendidikan tertinggi di antara yang lain.

Maha artinya ‘ter’ dan siswa artinya ‘pelajar’, jadi mahasiswa artinya terpelajar. Tidak jarang bahwa mahasiswa dianggap wakil rakyat, wakil Tuhan, karena kedudukan pendidikan yang paling tinggi. Sejarahnya mahasiswa dari berbagai negara memiliki peran yang cukup penting dalam sejarah suatu bangsa. Misalnya, ratusan mahasiswa berhasil mendesak presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden di Indonesia pada Mei 1998.

Berbeda dengan siswa, seorang mahasiswa tidak hanya mempelajari teori di bidang yang tengah ditempuh, tetapi juga dapat mengaplikasikan teori yang didapatkan di antara masyarakat. Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Peran mahasiswa sangat penting untuk kehidupan bangsa. Sebenarnya banyak sekali peran istimewa mahasiswa, salah satu peran mahasiswa adalah agent of change (agen perubahan). Menjadi seseorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat .

Tidak jarang mendengar istilah bahwa mahasiswa sebagai agent of change alias sebagai agen perubahan. Mahasiswa memiliki peran penting untuk kemajuan bangsa Indonesia. Status mahasiswa yang dimilikinya bukan semata-mata untuk ajang pamer. Namun, sebagai bukti bahwa bangsa Indonesia memiliki jutaan pemuda yang siap untuk mengharumkan bangsa dengan perubahan positif. Perubahan di sini bukan berarti melawan dan mengusir penjajah.

Seperti halnya slogan Ir. Soekarno yang berbunyi, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Slogan di atas tidak hanya diartikan secara tekstual, tetapi juga kontekstual. Pemuda seperti apakah yang dapat mengguncangkan dunia? Lalu, pertanyaan selanjutnya guncangan seperti apakah yang akan dihasilkan oleh pemuda?

Guncang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah goyah; tidak tetap (berubah-ubah, bergerak-gerak). Guncangan yang dihasilkan pemuda memiliki dua tipe. Guncangan positif dan guncangan negatif. Semuanya berada di tangan mahasiswa. Guncangan pasti memiliki efek. Guncangan positif yang pasti membuat bangsa Indonesia lebih baik, atau bahkan guncangan negatif yang akan membuat Indonesia semakin hancur lebur.

Tentunya, keinginan Ir.Soekarno bukan guncangan gempa bumi yang dapat memporak-porandakan bangunan, tetapi guncangan yang lebih sederhana tetapi memiliki efek yang luar biasa. Tentunya juga menimbulkan efek positif. Bahkan Ir.Soekarno tidak meminta ribuan atau bahkan jutaan pemuda, tetapi cukup 10 pemuda. Pemuda yang memiliki kualitas, cerdas, bertanggungjawab, berani, kreatif, inovatif, dan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Bayangkan saja, setiap tahun Indonesia mencetak jutaan lulusan mahasiswa, kemudian, mahasiswa tersebut mencari pekerjaan dan hanya mau bekerja sesuai dengan ijazah serta gaji tinggi. Melamar pekerjaan ke sana ke mari tidak kunjung diterima, satu bulan, dua bulan, satu tahun menunggu panggilan interview. Namun, hasilnya nihil. Akhirnya putus asa, tidak dapat pekerjaan, lalu melakukan tindak kriminal.

Namun, akan berbeda ceritanya apabila mahasiswa membuat lapangan pekerjaan sendiri, memperkerjakan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan, tentunya pencopet, begal, pencuri akan sedikit berkurang. Tidak hanya memajukan perekonomian masyarakat, tetapi juga berusaha untuk mengoptimalkan keamanan bangsa.

Memang, tugas menjadi mahasiswa sangat berat. Jangankan menjadi agent of change, makalah dan tugas menumpuk hampir deadline saja sudah mengeluh, menggerutu, dan menyalahkan dosen karena tugas menumpuk. Bukankah yang membuat tugas menumpuk adalah ulah dari kita sendiri? Setiap mau belajar, sibuk melihat notifikasi di handphone. Belajar lima menit, iseng-iseng buka Instagram, tidak terasa sudah satu jam. Baca-baca artikel sambil mendengarkan lagu, kemudian ketiduran, bangun-bangun sudah subuh.

Sekarang apabila kegiatan mahasiswa banyak, tugas menumpuk, kemudian capek mengerjakan, lebih baik istirahat dulu, jalan-jalan dulu, makan-makan dulu, nanti, kalau capeknya hilang, baru dikerjakan lagi, jangan langsung minta nikah! Itu namanya menutup masalah membuka masalah yang baru. Terutama bagi seorang wanita, jangan malas belajar, sebab anakmu berhak dilahirkan dari rahim seorang wanita yang cerdas.

Cara pandang mahasiswa harus berbeda dengan siswa. Mahasiswa tidak boleh hanya diam dan melamun menyaksikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam bangsa. Mahasiswa harus bangkit, mahasiswa harus bergerak, mahasiswa harus memiliki semangat hidup! Karena kebangkitan bangsa ada di pundak mahasiswa. Mahasiswa harus memiliki nilai-nilai positif, yakni menjunjung tinggi kejujuran, keadilan, gotong royong, integritas, empati, serta religius.

“Indonesia tidak tersusun dari batas peta, tetapi gerak dan peran besar kaum muda.” kata Najwa Shihab. Inilah kutipan yang menunjukkan di mana mahasiswa harus berada sebenarnya. Mereka harus memberikan sumbangsih untuk kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik berbekal pikiran dan inovasi mereka.

Pendidikan adalah hal utama yang dapat menyelamatkan masa depan, terutama kemajuan bangsa. Untuk itu, banggalah menjadi mahasiswa. Jadilah mahasiswa yang tidak hanya mengejar ijazah. Jadilah mahasiswa yang memiliki sikap kritis yang positif dan sering dapat membuat sebuah perubahan besar, mampu mengubah keadaan dan situasi yang lebih baik lagi, dan juga membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah serta cemas.

Ingat, di tangan mahasiswalah nasib bangsa Indonesia dipertaruhkan!!! Salam … (EN)

Biografi Penulis

Laudria Nanda Prameswati.

Penulis adalah seorang mahasiswi semester tujuh program studi Pendidikan Agama Islam di IAIN Kediri. Selain menjadi seorang mahasiswi, wanita yang lahir pada bulan Juni ini juga merupakan salah satu santri Syarif Hidayatullah Cyber Pesantren sejak tahun 2017. Selain tengah mempersiapkan skripsi, penulis juga mengaku sibuk mempersiapkan artikel-artikel yang akan dikirimkan ke jurnal dengan menggandeng beberapa penulis hebat lainnya. Apabila ingin mengenal lebih jauh tentang penulis, dapat follow Instagramnya @laudriananda27 atau e-mail pribadinya laudria.nanda@gmail.com selain itu, dapat mengunjungi akun google scholar miliknya dengan nama Laudria Nanda Prameswati.

highlight

About author

No comments