BANGKIT DARI KETERPURUKAN DENGAN DINAMISME ISLAM MELALUI BANK SAMPAH

0

Sampah, satu kata yang apabila tidak segera teratasi dan diatur dengan baik akan menimbulkan efek domino yang luar biasa ke depannya. Sudah banyak kota besar yang karena tidak siap mengelola sampah akhirnya kelabakan dibuatnya, mulai dari aroma tidak sedap, tumpukan sampah yang tiap hari semakin meninggi tanpa henti, yang tidak lupa juga menimbulkan banjir yang sangat merugikan kehidupan.

Permasalahan sampah adalah permasalahan yang serius di Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan, jumlah timbunan sampah secara nasional di tahun 2020 telah mencapai sekitar 67,8 juta ton sampah. Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan gaya hidup masyarakat yang semakin kompleks dan praktis.

Permasalahan sampah bukan hanya masalah yang dapat diselesaikan secara individu atau perorangan semata. Sampah harus dikelola dengan alur yang tertata untuk mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat. Dari segi pemerintah sebenarnya bahkan mengerahkan satu dinas khusus untuk mengurus tentang lingkungan ini yang tentunya mencakup masalah sampah di dalamnya, yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan.

Koordinasi antara individu, keluarga, masyarakat, hingga pemerintah daerah setempat akan membuahkan hasil apabila berjalan dengan baik. Tidak bisa hanya dari salah satu pihak saja yang berusaha tetapi yang lainnya malah membuat gaduh dengan tidak menaati aturan misalnya dengan membuang sampah sembarangan, sedangkan dari sisi pemerintah sudah mengerahkan dinas terkait untuk mengangkut sampah setiap pagi hari.

Dari jenis sampah yang ada dapat dibedakan dari mana sumbernya, semisal sampah rumah tangga dari kehidupan kita sehari-hari di rumah, sampah industri dari pabrik yang beroperasi, dan sebagainya. Sedangkan secara global sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:

  1. Sampah organik yaitu sampah yang dihasilkan dari bahan yang berasal dari alam dan dapat diuraikan melalui proses alami dengan mudah. Contohnya adalah sisa makanan, sampah sayuran, dan lain lain.
  2. Sampah anorganik yaitu sampah yang dihasilkan dari bahan yang sulit diuraikan. Contoh yang sangat kritis dan dapat ditemui di sekitar kita adalah sampah plastik, plastik digunakan karena selain biaya produksinya yang relatif murah, juga multifungsi untuk berbagai kebutuhan manusia.

Berdasarkan penggolongan sampah tersebut kiranya kita harus dapat membedakan, mana sampah yang dapat dibuang secara langsung dan mana sampah yang tidak dapat dibuang secara langsung atau dengan kata lain harus diproses terlebih dahulu, dapat dilakukan dengan metode pengelolaan sampah 3R. Berikut penjelasannya:

  • Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah secara langsung, baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
  • Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah.
  • Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan.

Tentunya 3R saja tidaklah cukup untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan stimulus yang lebih kuat lagi untuk menangani perkara ini. Tentu saja dengan stimulus berupa uang akan menggugah semangat manusia untuk berlomba-lomba mendapatkannya.

Dengan stimulus tersebut diproyeksikan agar dapat mengubah mindset masyarakat yang ada, bahwa sampah bukanlah masalah tetapi akan menuju mindset sampah adalah berkah. Itu adalah hal yang patut digaungkan di masa sekarang ini. Solusi dari sampah yang kian hari tanpa henti membanjiri muka bumi adalah Bank Sampah.

Bank sampah adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif (gotong royong) yang mendorong masyarakat untuk ikut berperan aktif di dalamnya. Bank sampah akan menampung, memilah, dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar (pengepul/lapak) sehingga masyarakat mendapatkan keuntungan ekonomi dari menabung sampah.

Sampah yang disetorkan oleh nasabah idealnya sudah terpilah menjadi kategori yang umum. Semisal kertas, kaca, logam, dan plastik. Pengategorian sampah harus disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan masyarakat yang menjadi nasabah. Jika masyarakat mau bahkan pengategorian sampah dapat dibuat lebih rinci seperti: botol plastik, gelas plastik, kertas putih, kertas buram, dan lain sebaginya.

Dari pemilahan tersebut akan menjadikan suatu kebiasaan yang diharapkan akan bermuara kepada budaya baru di masyarakat untuk memilah sampah terlebih dahulu di manapun berada, dari pemerintah sendiri sudah memfasilitasi untuk mendukung budaya ini dengan cara menyediakan tempat sampah berdasarkan kategori masing-masing.

Tempat sampah ini dapat kita temukan di berbagai sudut di kota Kediri, contohnya di Bandar dapat kita jumpai di Pasar Bandar, di Jl. KH. Agus Salim, dan Jl. Penanggungan di dekat RS Ratih. Tempat sampah ini dijadikan satu set yang berisi untuk empat kategori sampah berbeda.

Tong sampah warna biru tempat sampah organik sampah inilah yang dijadikan bahan pupuk kompos seperti daun-daunan, bekas sayuran, dll. Adanya tempat ini dapat mempercepat pembuatan kompos karena sudah dipisahkan dengan anorganik maupun B3.

Tong sampah warna kuning tempat sampah non organik, seperti plastik bekas, gelas bekas air mineral kemasan jenis plastik dll. Dengan adanya tempat sampah ini dapat mempermudah pemanfaatannya sebagai kerajinan daur ulang atau didaur ulang di pabrik.

Tong sampah warna merah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), seperti sampah beling, kaca gelas beling, bekas detergen, obat nyamuk dll. Dengan adanya tempat sampah ini agar tidak membahayakan bagi orang lain.

Tong sampah warna hijau khusus kertas. Dengan bertuliskan kertas pada tempat sampahnya. Salah satu manfaatnya adalah untuk mempermudah proses daur ulang untuk kerajinan tangan.

Tong sampah warna abu-abu khusus untuk kaca. Yang biasanya diisi dengan pecahan piring, gelas dan perabotan rumah tangga yang tidak sengaja pecah ketika digunakan di rumah.

Selain penyediaan tempat sampah yang dikategorikan, dari pemerintah sendiri juga membantu mengampanyekan agar masyarakat membudayakan untuk buang sampah pada tempatnya, dengan cara yang unik tentunya disesuaikan dengan tuntutan zaman yang tidak melulu harus sesuai aturan lama. Seperti yang pernah saya temui di lini masa media sosial facebook milik kota Kediri yang menulis demikian ”Seperti halnya mantan, maka buanglah sampah pada tempatnya. Cukuplah Kota Kediri menjadi kenangan, bukan kota penuh genangan karena sampah dibuang sembarangan.”

Tentunya hal tersebut memiliki pesan tersirat di dalamnya agar masyarakat memiliki kesadaran untuk memilah sampah yang ada dan membuangnya sesuai tempat sampah yang telah disediakan di berbagai tempat tadi.

Selain itu di masa pandemi sekarang ini, dimana berbagai lini sedang menghadapi tantangan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya, hingga mengakibatkan keputusan (mohon maaf) untuk melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya. Maka dengan adanya Bank Sampah ini dapat membantu para warga yang sedang terkena ujian tersebut agar tetap bisa berpenghasilan.

Dengan memanfaatkan barang-barang bekas misal limbah rumah tangga mulai dari kardus bekas, botol bekas dan masih banyak lainnya sebenarnya masyarakat kita mampu meningkatkan perekonomian, karena potensi pendapatan yang sangat besar apabila pengelolaan barang-barang bekas ini dilakukan secara baik, paling tidak ada manajemen atau pengelolaan yang tepat sehingga bukan hanya nilai ekonomi yang didapat, namun turut membantu mengurangi sampah dan pastinya mengurangi pula pemanasan global.

Dengan memanfaatkan barang-barang bekas seperti botol bekas, kardus, kaleng, besi dan sebagainya masyarakat akan mendapatkan penghasilan tambahan, bahkan tidak menutup kemungkinan ini menjadi suatu pekerjaan yang bisa dilakukan secara berkelanjutan, selain masyarakat mendapat nilai ekonomi dari penjualan barang bekas ke bank sampah, selanjutnya bank sampah juga bisa mendapatkan profit dengan mengelola secara baik, sehingga profit yang didapatkan bisa digunakan untuk kepentingan bersama agar tercapainya ekonomi kerakyatan yang diberikan oleh rakyat dan untuk rakyat dapat terwujud dengan manajemen yang baik dari bank sampah.

Manajemen bank sampah yang baik tentunya dibarengi dengan pemanfaatan teknologi informasi. Secara teknis warga masyarakat menyetorkan barang bekas ke bank sampah dan warga akan diberikan buku tabungan layaknya nasabah bank yang dapat diambil saldonya sesuai perjanjian. Karena sekarang serba modern, mungkin akan dilakukan peningkatan pada sistem input saldo secara online melalui e-wallet yang ada.

Ketika berhadapan dengan masyarakat modern, maka dalam Islam terdapat konsep Dinamisme Islam. Konsep ini diawali dengan kesadaran sendiri bahwa kita harus bangkit dari keterpurukan. Karena dunia (pemikiran) ini adalah dinamis yang sangat penting dalam kehidupan. Ketika kita tidak dapat menyesuaikan, maka kita akan tergerus oleh zaman.

Konsep dinamisme Islam ini diusung oleh Muhammad Iqbal yang berpendapat bahwa kita tidak harus berpatokan kepada barat yang penilaiannya dipengaruhi oleh materialisme dan mulai meninggalkan agama. Maka yang diambil dari barat adalah ilmu pengetahuannya. Ketika kita tidak memerhatikan konsep lain selain materi maka yang terjadi adalah keserakahan tiada akhir yang berdampak pada kerusakan lingkungan sebagaimana disebutkan dalam Ar-Rum ayat 41, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Dari tujuan yang ingin dicapai konsep Dinamisme ini diantaranya perubahan pemahaman terhadap alam atau kenyataan, pengungkapan beberapa prinsip Islam yang semuanya merupakan faktor yang mendorong manusia bergerak dan berusaha di alam nyata ini, mengubah pola pemikiran umat Islam agar sesuai dengan perkembangan IPTEK dan falsafah modern agar tidak ketinggalan zaman dan mengubah pemikiran agar mau membuka pintu ijtihad.

Konsep dinamisme ini adalah bangkit dari keterpurukan, keterpurukan hal ini dapat dianalogikan dengan kita yang bergelut dengan sampah dan kita juga harus menyelesaikannya agar tidak semakin buruk dampaknya terhadap kita sendiri. Maka kita memikirkan suatu solusi yang mengambil ilmu dari barat agar menghasilkan nilai materialisme, dan digabungkan dengan konsep timur yang religius melengkapi hablum minannas, hablum minallah ditambah konsep merawat lingkungan (hablum minal alam). Dengan kita melaksanakan praktik Bank sampah ini, maka kita secara otomatis sudah masuk ke dalam konsep Dinamisme Islam dari Muhammad Iqbal.

Tujuan akhir nantinya akan kembali ke kita juga, selain dari lingkungan yang bersih dan terjaga, kita juga dapat menghasilkan materi dari Bank Sampah ini. Sebuah kombinasi yang luar biasa yang dapat dilakukan di masa modern ini dengan segala tuntutannya yang ada. (EN)

PROFILE PENULIS

Muhammad Faiz Irfan Aufa

Muhammad Faiz Irfan Aufa adalah mahasiswa Psikologi Islam IAIN Kediri. untuk mengenal lebih dekat penulis, silakan hubungi email peibadinya faizaufa71@gmail.com.

About author

No comments