MAHASISWA MENGABDI: BERGERAK UNTUK MENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PADA MASA PANDEMI COVID-19

0

Pengembangan keilmuan tidak hanya berlaku di kampus atau sekadar bangku perkuliahan atau berbasis pengajaran di dalam ruang kelas saja. Akan  tetapi, hal tersebut bisa dilakukan berbasis outdoor atau luar ruangan, pembelajaran luar kelas berkonteks luas dan komprehensif tak hanya bersifat sentralistik. Lebih memiliki tendensi  pada pengintegrasian antara materi teoritik dan praktik secara proporsional, sehingga mahasiswa bukan hanya mendapatkan pengalaman intelektual melainkan juga pengalaman sosial, emosional, dan spiritual. Kegiatan ini lekat dengan anak kampus, bisa dikatakan magang  atau Kuliah Kerja Nyata ( KKN).

Sudah bukan menjadi barang baru bagi mahasiswa, bahwasanya menjelang akhir masa studi di perguruan tinggi  berbagai universitas hampir setiap tahun mengerahkan ribuan mahasiswa untuk terjun langsung di lingkungan masyarakat dengan maksud untuk melakukan pengabdian sekaligus mengaktualisasikan beragam keilmuan di kampus untuk dapat menyelesaikan problematika di tengah masyarakat.  Mahasiswa dituntut untuk berinovasi, bereksperimentasi hingga mengeksplorasi potensi desa dengan cara mengintegrasikan ranah kognitif dengan  keahlian yang dimiliki mahasiswa guna  menghadirkan sebuah produk sebagai solusi yang akan dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Perlu diketahui bahwa beberapa PTKIN mendorong terlaksananya KKN meski kasus pandemi seakan belum surut. Kegiatan ini menjadi syarat yang harus dijalani mahasiswa untuk melihat sejauh mana pemahaman dan penyerapan keilmuan yang ada di kampus dapat diaplikasikan, tak hanya IAIN Kediri saja yang melakukan KKN DR pada tahun ini melainkan kampus lain juga melakukan kegiatan serupa, sebut saja IAIN Ponorogo dan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Pandemi bukan menjadi  penghalang  untuk dapat mengabdikan diri juga berkarya untuk masyarakat. Meski ruang gerak terbatas, akan tetapi ide dan kreativitas terus dipacu demi sebuah perubahan. Wabah Covid-19 membuka kesempatan untuk dapat mengeksplorasi beragam hal mulai penyuluhan kesehatan, vaksinasi hingga edukasi terkait Covid-19 dengan tujuan mengubah stigma dan pola hidup masyarakat  menjadi sebuah kebiasaan baru yang berdampak positif. Tanpa disadari hal tersebut menjadi tambahan pengetahuan akan pentingnya gerakan hidup sehat dan juga mendorong kesadaran  patuh terhadap protokol kesehatan.

Mahasiswa tak lepas dari sebuah komunitas sosial bernama masyarakat karena pada esensinya mahasiswa lahir dari kalangan masyarakat, mengabdkan diri untuk masyarakat dan kembali ke masyarakat. Pentingnya sebuah pengabdian menjadi media belajar dan mengajar bagi mahasiswa. Selain itu dari masyarakat mahasiswa belajar kegotong royongan, kepedulian sosial, kerukunan, dan lain-lain. Mahasiswa dapat belajar pula tata cara pengolahan bibit tanaman dan tak kalah penting pengembangan produk usaha kecil yang dapat mendongkrak omset masyarakat, juga secara otomatis sebagai promosi produk kepada masyarakat domestik maupun manca negara.

Wujud dedikasi dan pengabdian kepada masyarakat bisa beragam bentuk dan kegiatannya, salah satunya melalui pengembangan Taman Pendidikan Al-Qur’an. Adanya pengembangan tersebut bertujuan meningkatkan kualitas dan kompetensi santri dalam membaca Al-Qur’an. Selain itu, diajarkan pula materi dasar keagamaan sebut saja doa harian, surat pendek, hingga bacaan sholat terkhusus bagi santri pada tingkatan Al-Qur’an diberikan pembelajaran tajwid dan ghorib sebagai pendukung supaya mampu membaca sesuai dengan kaidah bacaan secara tepat, dimana ini berdampak pada indahnya bacaan yang dilantunkan. Tujuan lain adanya pembinaan dengan maksud sebagai wujud penguatan pengetahuan keagamaan anak,  dapat  pula menjadi  bekal supaya tidak berpotensi terjerembab ke dalam pusaran kenakalan remaja dan salah pergaulan yang justru merugikan di masa depan. Hal itu juga menjadi kekhawatiran di kalangan orang tua dan tentu harapan mempersiapkan pendidikan terbaik bagi anak menjadi fokus utama yang dapat dimulai dari lingkup terkecil yakni keluarga.

Tak dapat dipungkiri penyimpangan  dapat mengintai anak-anak bahkan remaja mulai dari penyalahgunaan narkoba, tindak kekerasan, pornografi, dan tindak kejahatan lainnya mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang berada di kisaran 4.579 kasus, di antaranya didonimasi kasus anak berhadapan dengan hukum hingga 1.434 kasus. Maka perlu adanya tindakan protektif agar anak tidak terjerat dunia kriminal mengingat pula anak dan remaja menjadi generasi rentan dan labil yang memiliki rasa penasaran tinggi terhadap suatu hal, maka kendali orang tua menjadi penentu.

Melihat maraknya kenakalan remaja di kalangan masyarakat, mahasiswa selayaknya menjadi pelopor dan pemberi pengaruh positif bagi anak usia sekolah. Hal itu dapat dilakukan melalui pelaksanaan beragam  proyek kegiatan yang relevan dengan tujuan KKN sekaligus sebagai agen edukasi dengan memberi contoh sehingga dapat menjadi inspirasi bagi para remaja dan anak-anak untuk dapat bermimpi dan mewujudkan cita-cita tanpa harus melakukan tindakan negatif. Sehingga mereka akan menjaga nama baik keluarga dan tumbuh sebagai generasi unggul dan berprestasi.

KKN menjadi lahan mahasiswa untuk menambah soft skills sekaligus mengasah kecerdasan bukan hanya kecerdasan kognitif saja melainkan kecerdasan emosional, kecerdasan sosial hingga intelegensi spiritual. Selain itu juga melatih kemampuan komunikasi secara baik, memunculkan  kepekaan dan adaptasi dengan lingkungan baru agar mampu bekerja sama secara tim guna menekan ego juga mengurangi sikap individualistis. Pembaharuan akan senantiasa melekat pada insan kampus dan diharapkan mahasiswa sebagai penggerak di lingkungan masyarakat supaya dapat bersaing dan memiliki mutu yang jauh lebih baik.

Mengutip pernyataan ketua KPAI, Susanto memaparkan bahwa kasus ABH didominasi kasus kekerasan seksual. Laki-laki mendominasi sebagai pelaku dibandingkan anak perempuan. Sepanjang tahun 2018, pelaku laki-laki berjumlah 103, sedangkan pelaku berjenis kelamin perempuan, berjumlah 58 anak.

Pengetahuan agama secara mendalam amat diperlukan sebagai pondasi membentuk akhlak anak dan juga remaja. Tanpa adanya pemahaman dan penguatan akan ilmu agama maka anak akan mudah kehilangan arah dan lebih berpotensi melakukan hal negatif. Namun, sebaliknya apabila pengetahuan akan agama mendalam maka tidak akan mungkin anak ataupun remaja melakukan tindakan tersebut karena agama melarang dan tidak ada manfaatnya. Bukan hanya pendidikan formal saja yang berperan, akan tetapi pendidikan informal dalam hal ini pendidikan Al-Qur’an menjadi garda terdepan sekaligus benteng mencegah kenakalan remaja dan tindak kriminal yang dilakukan oleh anak.

Kapasitas dan kompetensi mahasiswa tentu akan menjadi penentu mutu pendidikan pada masa pandemic Covid-19. Akan tetapi, dedikasi sebenarnya dari sebuah pengabdian adalah kerja nyata sekecil apapun dan dalam bentuk apapun dilakukan secara tulus dan ikhlas tanpa mengharap pujian dari masyarakat. Kemuliaan dari niat pengabdian tersebut akan menjadi hal yang berkesandan akan selalu diingat oleh masyarakat dan tanah yang pernah disinggahi. (EN)

Profil Penulis

*) Muhammad Iqbal Fuadhi

Salah satu mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Kediri. untuk mengenal penulis, silakan follow instagram @iqbalfuadhi  atau hubungi e-mail pribadinya fuadhiiqbal@gmail.com.

About author

No comments

UTOPIA

Realitas bak bayangan surya Singgah di pertengahan setapak senja Kini, yang ada hanya opini semata Semua terkekang tahta dan egonya Yang lemah hanyalah remah Tergerus  ...