TRADISIONALISME ISLAM PADA ZAMAN MODERN OLEH WARGA DESA JAMBEAN KABUPATEN KEDIRI

0

Sekarang ini zaman berkembang sangat pesat. Perkembangan zaman tidak hanya pada satu bidang, melainkan ada banyak bidang yang mengalami perkembangan modern salah satunya adalah ajaran agama. Ajaran agama juga mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman karena berbagai faktor yang terjadi.

Perkembangan zaman juga memengaruhi perkembangan pemikiran Islam, seperti dari pemikiran Islam yang semula memiliki berbagai macam corak sekarang pemikiran Islam menjadi sistem pergerakan pemikiran. Salah satu bentuk sistem pergerakan pemikiran Islam yang tetap ada hingga sekarang adalah tradisionalisme. Tradisionalisme sendiri muncul karena adanya keinginan umat Muslim untuk terus melestarikan ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sistem pergerakan pemikiran Islam berupa tradisionalisme ini awal mula berkembang ada di Timur Tengah kemudian merambat ke penjuru dunia dan salah satunya ialah Indonesia. Bukti yang menunjukkan jika tradisionalisme ini muncul di Indonesia dibuktikan dengan lebih dari sebagian warga Indonesia menganut ajaran agama Islam.

Tradisionalisme sendiri bisa diartikan dengan tradisi, adat, kepercayaan atau kebiasan yang turun menurun. Jadi tradisionalisme Islam merupakan suatu tradisi, adat, kepercayaan, ajaran yang sudah turun menurun. Lalu bagaimana tradisionalisme Islam yang terjadi pada zaman mordern sekarang ini? Pertanyaan itulah yang akan dibahas pada kali ini, namun akan dianalisis dengan tradisionalisme Islam pada zaman modern yang ada pada Desa Jambean, Kabupaten Kediri.

Menurut Sayyed Hossein Nasr, manusia modern semakin lama semakin menjauh dari pusat eksistensinya, yaitu manusia sebagai “Citra Tuhan” di pusat dunia. Saat ini manusia modern sedang mengalami krisis akut, yang menurut Nasr, berawal dari krisis spiritual yang menimpa manusia saat ini. Akibat adanya perkembangan teknologi Barat yang tidak diimbangi dengan nilai esoterik membuat mereka terhempas oleh badai iptek yang selama ini dipuja-puja justru menjadi “boomerang” bagi manusia dengan mengalirkan arus globalisasi dan informasi yang demikian dahsyat. Bahkan menurut Nasr, ilmu akhirnya menjadi penguasa dan mendominasi alam.

Manusia modern harus kembali diingatkan dan diarahkan kepada kesucian. Tuhan yang merupakan asal dan sekaligus pusat dari segala sesuatu dan kepada-Nya manusia kembali. Tradisi agama seharusnya disampaikan dan manusia-manusia batiniah inilah yang hendak dibebaskan tradisi dari belenggu ego dan keadaan yang mencekikm karena sebuah aspeknya dilupakan dan dianggap sama sekali eksternal. Hanya tradisi yang dapat membebaskan mereka, bukan agama-agama palsu yang pada saat ini sedang bermunculan.

Jadi, jika disimpulkan, Sayyed Hossein Nasr berpendapat bahwa sekarang ini, pada zaman modern yang semakin berkembang ini, manusia semakin menjauh dari eksistensinya sebagai citra Tuhan. Dimana manusia sekarang ini mulai sedikit yang masih mempertahankan eksistensinya. Faktor yang menyebabkan semakin menurunnya eksistensi manusia tersebut adalah semakin berkembangnya perkembangan teknologi modern Barat, kemajuan peningkatan IPTEK, dan semakin berkembangnya ilmu. Semua itu menjadi penyebab menurunnya eksistensi manusia karena tidak dapat mengimbangi semua perkembangan modern itu dan menjadikan eksistensi manusia menjadi menurun.

Kali ini penulis akan  menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi di Desa Jambean, dimana peristiwa tersebut akan dianalisis bersama dengan teori dari Sayyed Hossein Nasr tentang “Tradisionalisme Islam”. Pertama penulis akan menjelaskan peristiwa yang terjadi, peristiwa atau kejadian yang akan Penulis ceritakan adalah tentang semakin sedikitnya jemaah sholat di Masjid Desa Jambean tersebut.

Desa Jambean merupakan desa yang berada di wilayah Kabupaten Kediri bagian selatan. Desa yang dijadikan subjek beralamat lengkap di Desa Jambean, Dusun Jambean, RT 002/RW 001, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Di desa tersebut terdapat sebuah masjid berukuran sedang yang bernamakan Masjid al-Ikhlas. Segala macam kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan dilaksanakan disana, seperti sholat berjamaah, mengaji, selamatan, yasinan, dan berbagai kegiatan lainnya yang berhubungan dengan keagamaan.

Seperti yang kita tahu, kegunaan utama sebuah masjid adalah untuk dilaksanakannya sholat berjamaah. Sholat berjamaah di masjid dapat mendatangkan pahala berkali lipat dari pada sholat sendiri di rumah. Karena itu pada masa kepemimpinan Rasulullah, Rasulullah mewajibkan bagi laki-laki untuk melaksanakan sholat berjamaah di masjid dan sunnah bagi jamaah perempuan. Karena itu, sejak dahulu masjid pasti akan penuh dengan jamaah yang akan melaksanakan kewajiban sholat. Tetapi semakin berkembangnya zaman, semakin maju zaman ini, dapat terlihat bahwa jamaah sholat di masjid kian hari makin berkurang.

 Begitu pula dengan keadaan masjid al-Ikhlas ini, bahkan sekarang pun jamaah yang melaksanakan sholat hanya terdiri dari satu shaf, bahkan kadang pun tidak mencapai satu shaf. Ada berbagai macam faktor yang mengakibatkan semakin sedikitnya jamaah yang melaksanakan ibadah sholat di masjid al-Ikhlas, yaitu warga sekitar desa yang mayoritas orangnya seorang pekerja mengakibatkan mereka tidak pergi ke masjid untuk sholat berjamaah karena alasan capek sehabis bekerja. Kemudian warga disana juga banyak yang merupakan lansia yang menyebabkan mereka tidak sanggup untuk pergi menuju masjid. Faktor lainnya yang baru-baru terjadi adalah karena adanya pandemi COVID-19 ini. Itulah yang mengakibatkan semakin sedikitnya jumlah jamaah yang melaksanakan ibadah sholat di masjid untuk sholat berjamaah.

Selanjutnya terkait menurunnya jumlah jamaah yang melaksanakan ibadah sholat di masjid akan dianalisis menggunakan teori “Tradisionalisme Islam” oleh Sayyid Hossein Nasr tentang manusia modern semakin lama semakin menjauh dari pusat eksistensinya, yaitu manusia sebagai “citra Tuhan” di pusat dunia dalam ajaran Islam. Sayyid berpendapat bahwa akibat peradaban dunia yang semakin modern pada berbagai bidang menyebabkan manusia menjadi semakin meninggalkan atau melupakan ajaran Islam yang sudah sejak dulu diajarkan atau dilakukan. Dan Sayyid mengatakan bahwa manusia harus dikembalikan pada pemikiran ajaran tradisionalisme Islam agar tetap menjaga eksistensi ajaran Islam terus ada.

Pada kasus semakin menurunnya jumlah jamaah yang melaksanakan ibadah sholat berjamaah di masjid ini merupakan salah satu contoh peristiwa atau kejadian yang menunjukkan menurunnya eksistensi manusia dalam ajaran Islam. seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa melaksanakan sholat berjamaah di masjid merupakan salah satu tradisi, kebiasan, ajaran yang sudah diajarkan sejak zaman kepemimpinan Rasulullah. Sedangkan tradisi, kebiasan, dan ajaran merupakan bagian dari pengertian tradisionalisme. Jadi, dapat diketahui bahwa melaksanakan ibadah sholat berjamaah di masjid merupakan salah satu bentuk tradisionalisme Islam yang ada.

Namun, bentuk tradisionalisme Islam tersebut kini sudah menunjukkan penurunan eksistensi yang dilakukan oleh warga Desa Jambean tersebut. Dimana hanya beberapa orang saja yang datang ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat berjamaah.

Tentu saja peristiwa ini dapat diatasi agar jamaah yang melaksanakan sholat di masjid semakin bertambah. Sesuai pendapat Sayyid Hossein Nasr, dimana pemikiran manusia pada zaman modern ini harus  dikembalikan agar dapat melestarikan kembali eksistensi manusia mereka untuk tradisionalisme Islam. Jika alasan mengapa warga desa sudah mulai jarang pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat berjamaah seperti yang disebutkan sebelumnya, maka mungkin bisa memikirkan cara agar bagaimana mereka dengan senantiasa datang ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat berjamaah. Pertama, untuk warga yang memiliki pekerjaan di kantor atau sekolah hingga waktu menunjukkan sore hari, mereka bisa melaksanakan ibadah sholat di masjid atau mushola di dekat tempat mereka bekerja atau sekolah untuk mulai membiasakan diri. Jika sudah mulai terbiasa untuk melaksanakan ibadah sholat di masjid di tempat mereka bekerja atau sekolah, mereka pasti akan dengan senang pula melaksanakan ibadah sholat berjamaah di masjid desa mereka.

Kedua tentang sedikitnya jamaah yang melaksanakan sholat jamaah di masjid ketika masa pandemi ini dapat melakukan beberapa hal ini, seperti menjaga jarak dengan jamaah lain ketika sholat, memberi batasan pada setiap sisi jamaah sholat, jamaah sholat memakai masker ketika melaksanakan sholat, tidak melakukan salam-salaman dengan jamaah lain ketika ibadah sholat telah usai, selalu membawa handsanitizer untur membersihkan tangan dan disinfektan untuk menyemprotkan tempat sholat yang akan digunakan. Beberapa saran tersebut dapat diterapkan jika akan melaksanakan ibadah sholat jamaah di masjid pada musim pandemi Covid-19 yang belum berakhir ini.

Selain memotivasi atau memberi saran kepada para jamaah sholat agar mau atau lebih sering melaksanakan ibadah sholat berjamaah di masjid, juga bisa merenovasi masjid agar terlihat lebih cantik, nyaman, dan sejuk untuk dilihat dan digunakan oleh para jamaah sholat. Jika masjid menjadi lebih cantik, bersih, nyaman, dan sejuk pastilah jamaah sholat yang melaksanakan ibadah sholat akan merasa betah ketika pergi ke masjid dan akan membuat mereka mau untuk terus menerus datang dan sholat berjamaah di masjid.

Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah tradisionalisme Islam menurut Sayyid Hossein Nasr adalah tentang manusia modern semakin lama semakin menjauh dari pusat eksistensinya, yaitu manusia sebagai “citra Tuhan” di pusat dunia dalam ajaran Islam. Sayyid berpendapat bahwa akibat peradaban dunia yang semakin modern pada berbagai bidang menyebabkan manusia menjadi semakin meninggalkan atau melupakan ajaran Islam yang sudah sejak dulu diajarkan atau dilakukan. Dan Sayyid mengatakan bahwa manusia harus dikembalikan pada pemikiran ajaran tradisionalisme Islam agar tetap menjaga eksistensi ajaran Islam terus ada.

Salah satu bukti bahwa pendapat Sayyid Hossein Nasr ini benar adalah adanya kejadian atau peristiwa dimana warga di Desa Jambean Kabupaten Kediri mulai sedikit yang pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat jamaah. Kemudian cara agar mengembalikan bagaimana warga desa semakin banyak untuk pergi ke masjid adalah pertama dengan membiasakan diri di tempat kerja atau sekolah untuk melaksanakan sholat berjamaah di masjid dekat tempat mereka bekerja dan sekolah. Kemudian pada masa pandemi agar bisa pergi ke masjid adalah dengan mematuhi protokol kesehatan yang ada, seperti menjaga jarak dengan jamaah lain ketika sholat, memakai masker ketika pergi ke masjid dan melaksanakan sholat, serta membawa handsanitizer dan disinfektan untuk membunuh virus.

Kita sebagai warga Indonesia yang taat dan umat Muslim yang mengikuti ajaran Islam haruslah mematuhi segala bentuk peraturan dan tetap menjalan kewajiban kita sebagai umat Muslim. Peraturan yang harus kita patuhi sekarang adalah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan agar terhindar dari virus. Sedangkan kewajiban yang harus kita kerjakan adalah melaksanakan ibadah sholat. Ibadah sholat akan lebih banyak mendapat pahala adalah dengan pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat dengan sholat berjamaah.

Dengan kita pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat berjamaah merupakan salah satu bentuk untuk terus menjaga eksistensi ajaran Islam yang juga disebut tradisionalisme Islam. Kita sebagai umat Muslim yang merupakan umat dari Rasulullah haruslah tetap terus menjaga agar ajaran Islam, ilmu agama Islam tidak hilang termakan zaman dan agar terus ada. (EN)

PROFIL PENULIS

Almas Mirna Faradilla

Almas Mirna Faradilla, merupakan mahasiswa aktif di IAIN Kediri Fakultas Ushuludin dan Dakwah, Jurusan Psikologi Islam, email almasfaradilla31@gmail.com. Penulis cukup aktif dalam organisasi karang taruna di tempat tinggalnya.

About author

No comments

Filantropi Islam sebagai Terapi Pandemi

Beberapa hari lalu, saya diundang pada acara World Zakat Forum Intentional Conference dengan tema “Post Covid-19 Economic Recovery: the Role of World Zakat Forum”, beberapa ...