Di awal Tahun 2020 dunia digegerkan oleh kehadiran sebuah virus mematikan yang bernama Virus Corona atau Covid-19. Ketidaksiapan dalam upaya menghadapi Covid-19 berimbas pada signifikasi angka kematian masyarakat dalam pelbagai dunia. Salah satu negara yang disoroti dalam kasus ini ialah Indonesia. Pasalnya, terhitung sudah lebih dari lima bulan negeri ini fokus menangani pandemik Covid-19 yang belum tahu kapan akan berakhir. Rupanya masalah ini bukan perkara simplistik yang mudah terselesaikan. Sejumlah kebijakan telah diterapkan oleh pemerintah untuk mengatasi pandemi ini, mulai dari physical distancing, sosial distancing, dan menghimbau masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan yakni dengan menggunakan masker saat keluar rumah dan sering mencuci tangan. Selain itu, meliburkan sekolah atau tempat kerja, membatasi kegiatan keagamaan,dan membatasi kegiatan di area publik termasuk kebijakan yang sedang digalakkan oleh pemerintah. Disadari, semakin bertambahnya kasus yang tak kunjung berkurang, penyebaran Covid-19 nampaknya berdampak krusial bagi Indonesia. Mulai dari lingkup sosial, pendidikan, pariwisata, UMKM hingga pendapatan negara yang tidak stabil.
Sehubungan dengan hal tersebut, kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan belum maksimal yang berpengaruh terhadap penyebaran Virus Corona. Tetapi, belum semua orang mematuhi dan menyadari pentingnya protokol kesehatan. Masih ada sebagian orang yang tidak mengenakan masker dan tidak menjaga jarak saat di luar rumah merupakan salah satu penyebab rendahnya tingkat disiplin masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan. Wacana pemerintah mengenai penerapan kebijakan new normal (tatanan baru atau normal baru) menuai berbagai respon dari masyarakat. Seolah mereka membagi asumsinya dalam dua kubu. Pertama, masyarakat ada yang setuju dengan menerapkan protokol kesehatan seperti tetap menggunakan masker, hand sanitizer dan lain sebagainya. Kedua, terdapat masyarakat yang setuju dengan alasan apabila kebijakan telah benar-benar diaktualisasikan tidak menutup kemungkinan akan terjadi peningkatan kasus pandemi Covid-19 di Indonesia. Akibatnya, kondisi tersebut membuat upaya penindakan berupa sanksi secara fisik, misalnya hukuman push up, membersihkan lingkungan sekitar, hingga denda.
Adanya pandemi ini pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan banyak perusahaan yang menerapkan Work-Form-Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Aktivitas yang biasa kita lakukan di luar rumah mengharuskan kita untuk tetap berada di rumah guna untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Sebagian masyarakat mengeluh, mereka tak bisa apa-apa ketika semua pekerjaan harus dilakukan di rumah. Namun, banyak hal-hal positif yang bisa kita lakukan di rumah saat pandemi ini. Memang, tak sedikit hal menarik yang terlewatkan saat beraktivitas di luar rumah. Sederhananya, waktu yang dimiliki lebih banyak dihabiskan di luar dibanding di dalam rumah.
Solusi dari hal di atas yakni seseorang bisa menggali potensi apa saja yang ada di dalam diri, mungkin selama ini kita mempunyai hobi yang tak sempat dilakukan seperti berkebun atau berolahraga, dan bereksperimen memasak menu yang belum pernah kita coba sebelumnya. Masih banyak hal yang bisa kita eksplorasi ketika kita di rumah saja. Kita semua pasti akan mengalami masa perekonomian yang sangat sulit, harus pintar mengatur uang. Bagaimana kita bisa mengolah uang dengan baik, bagaimana mengolah pengeluaran dan pemasukan atau mungkin berbisnis. Mengolah keuangan disaat pandemi ini cukup penting. Maka dari itu, kita bisa mempelajari hal baru tentang ekonomi dan mengolah keuangan yang akan sangat bermanfaat untuk diri kita sendiri.
Terakhir, bagi anak muda yang lebih sering menjelajah media sosial juga bisa dijadikan wadah untuk mengasah kemampuan dibidang yang mereka sukai, seperti menjadi Youtuber atau Social Media Influencer lain. Di samping itu, menggunakan waktu dengan baik kita juga bisa mendapat penghasilan. Membuat podcast juga sangat trend dikalangan anak muda masa kini dan juga mendapat penghasilan untuk menambah pemasukan, jadi tak ada batasan berkarya bagi anak muda ketika dilanda pandemi seperti ini. Seyogianya, tantangan pandemi menjadikan dua pilihan bagi manusia yakni maju atau tertinggal. Salam… (DEW)
* Mila Erdiana adalah Mahasiswi aktif Program Studi; Sosiologi Agama-IAIN Kediri (email: milaerdiana4@gmail.com)
No comments