Kuliah di luar negeri, apalagi di perguruan tinggi utama dunia pastilah sangat membanggakan. Apalagi jika kita dalam sejarah hidup, kita sering dianggap sebagai anak desa yang udik, bukan dari keluarga kaya dan jauh dari ilmu pengetahuan. Lebih parah lagi, jika kita perempuan dan pandangan masyarakat masih saja sama kayak masyarakat jaman Kartini bahwa perempuan pada akhirnya akan berkutat diarea dapur, sumur dan kasur.
Tetapi bukankah Nabi kitapun tidak pernah melarang kita untuk mempunyai cita-cita dan memperjuangkannya? Beliau bahkan mendorong kita untuk menuntut ilmu sampai ke negeri Cina. Coba bayangkan berapa jauh Cina dijaman Nabi jika harus ditempuh dengan menggunakan onta? Bukan hanya jauh, perjalanan menuntut ilmupun menjadi sangat sulit untuk dilakukan jika tidak lebih mudah untuk dilupakan dengan berbagai alasan.
Tetapi belajar ke luar negeri dijaman bukanlah sesuatu yang tidak mungkin lagi bagi siapapun. Keterbatasan dana yang biasanya menjadi kendala utama juga bisa diatasai dengan bea siswa yang banyak tersedia baik dari pemerintah Indonesia atau pemerintah, institusi atau pihak swasta dari negara tempat tujuan belajar kita. Yang terpenting adalah ketekunan dan keinginan yang kuat untuk bisa menempuh pendidikan di universitas impian.
Bagi saya, ilmu pengetahuan dan ketrampilan adalah 2 kekayaan di dunia yang tidak akan pernah habis. Tidak seperti uang dan harta kekayaan lainnya, sebanyak apapun pengetahuan dan ketrampilan yang kita bagikan kepada orang lain, jumlahnya tidak akan pernah berkurang. Bahkan, besaran pengetahuan dan ketrampilan yang kita punya akan semakin bertambah ketika kita berbagi dengan orang lain. Jadi, mengapa tidak menjadi kaya akan pengetahuan dan ketrampilan sekaligus menjadi dermawan karenanya?
Dengan berbekal pengalaman bahwa saya merasa sangat bahagia ketika saya bisa berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan sekecil apapun, walaupun waktu itu saya hampirberkepala 4 dan mempunyai pekerjaan yang bisa membuat orang lain iri, saya memberanikan diri untuk hidup lebih berbahagia; berbagi sebanyak-banyaknya dengan orang lain ketika saya kaya. Dan saya juga sangaat sadar bahwa saya sangat mencintai harta saya, jadi supaya harta saya tidak habis ketika saya bagikan sebanyak apapun maka harta yang harus saya miliki adalah ilmu. Saya mendaftar untuk kembali ke bangku kuliah setealh lebih dari 15 tahun bekerja.
Saya memilih untuk mendaftar disalah satu perguruan tinggi di Jerman. Mengapa Jerman? Karena saya tidak punya banyak uang dan saya terkena diskriminasi umur untuk mendapatkan bea siswa. Sebagian universitas dan sekolah dibeberapa negara bagian Jerman menggratiskan pendidikan mereka bagi siapa saja termasuk untuk non-Jerman.
Saya mendaftar di Goethe Universität Frankfurt untuk master program Southeast Asian Studies. 2 bulan setelah pendaftaran saya menerima berita baik bahwa saya diterima sebagai calon mahasiswa mereka. Lalu, apa saja yang harus saya persiapkan untuk mendaftar?
Mencari informasi
Saya bukan kids jaman now yang wajahnya selalu tertempel pada layar hp atau laptop. Saya juga malas membaca laman perguruan tinggi yang selalu „overloaded“ alias penuh dengan informasi. Kadang saya harus membuka lebih dari 7 „windows“ untuk membaca sekelumit informasi yang saya butuhkan. Whehhh, kalo ada joki membaca informasi, mungkin saya sudah bayar dia untuk mendapatkan informasi yang saya butuhkan. Tetapi saudara-saudara, mencari informasi dengan membaca dan memahami sendiri informasi tersebut adalah „ Fardhu Ain“ Sangat penting untuk mengesampingkan rasa malas karena jika sedikit saja kita melakukan kesalahan pada tahap awal pencarian informasi maka tingkat kemungkinan untuk gagal sangat tinggi. Bahkan keterampilan untuk mengesampingkan malas dan membaca ini menjadi sangat berguna ketika sudah berkuliah di Jerman karena tidak ada orang yang memberitahukan apapun melalui mulut. Semua informasi disampaikan secara tertulis. Jadi kesimpulannya, membaca dan memahami suatu informasi adalah WAJIB!
TOEFL atau IELTS saya masih „ndlosor“
Kita tidak lahir sebagai poligot yang biss belajar berbagai macam bahasa tanpa kesulitan. Kita juga tidak berbahasa Inggris correctly dan fluently sejak keluar dari kandungan. Lha kok ya ditambah Bahasa Ibu kita itu jauh plus beda banget sama Bahasanya Ratu Elizabeth. Mbok ya o dari jaman nenek moyang kita yang Orang pelaut itu dahulu berlayar dan mendekati Inggris Raya jadi siapa tahu kita kecipratan latah ngomong keminggrisan. Lha sekarang mak bedundhuk kita harus punya score TOELF Internasionalnya harus minimal 500 stau IELTSnya 6,5. Badalah! Belajar Bahasa Inggris dari kelas 1 SMP ternyata tetap there is nothing-nothing! So what la yaw?
Rajin pangkal pandai ini ternyata jadi obat mujarab bagi TOELF atau IELTS yang ndlosor lo Sist.
Luangkan waktu satu jam sehari untuk mantengin informasi terkini tentang tips and Tricks lulus test TOELF atau IELTS. Jangan lupa untuk tidak malas berlatih soal-soal yang berkeliaran dimana-mana. Mau ambil kursus tambahan untuk mencapai standar kemampuan Bahasa Inggris yang diperlukan? Boleh asal ada uang. Tetapi jika uang sedang cupet, asal ketrampilan pada point 1 sudah dikuasai, score TOEFL dan IELTS yang dibutuhkan pasti bisa digoyang.
Legalisir dan Terjemahan Ijazah, Transkrip (SMA dan S1) serta Akte Kelahiran
Universitas tujuan selalu membutuhkan foto copy ijazah dan transkrip nilai yang sudah dilegalisir. Cap pada legalisir harus asli dan bukan foto copy legalisir yang kembali difoto copy. Demikian juga dengan akta kelahiran. Perlu ke kantor catatan sipil untuk mendapatkan legalisir akta.
Setelah itu, karena ijazah dan transkrip S1 saya lulus tahun Dal (aka udah 15 tahun yang lalu) dan belum ada terjemahan Bahasa Inggrisnya, saya harus mencari penerjemah dokumen tersumpah untuk menterjemahkan ijazah, transkrip nilai dan akte kelahiran. Saya menterjemahkan dokumen tersebut kedalam Bahasa Jerman dan Kedutaan Jerman di Jakarta mempunyai daftar penerjemah-penerjemah siapa saja yang bisa membantu proses ini.
Dana Kuliah
Kebanyakan dari kita atau orang tua kita pasti berpikir sangatlah mahal untuk bersekolah ke luar negeri. Memang tidak murah, tetapi seperti yang saya katakan tadi, bea siswa sekarang banyak dan informasi bisa didapatkan dengan sangat mudah. Kebetulan saya harus menyiapkan semua dana sendiri dan setelah mendapatkan (LOA= letter of Acceptance) maka saya harus membuka tabungan khusus untuk membiayai seluruh keperluan saya di Jerman selama tahun pertama. Tabungan ini akan dibekukan dan ketika saya sampai dan mempunyai tabungan disalah satu bank di Jerman, uang tersebut akan dikirim kerekening saya per bulan sesuai dengan jumlah yang disyaratkan oleh pemerintah Jerman.
Mendaftar di Universitas Jerman
Sebagian besar universitas di Jerman mempunyai satu platform khusus untuk mendaftar yang disebut dengan Uniassist. Pertama-tama kita harus membuat akun di Uniassist. Dengan aku ini kita bisa mendaftar sampai dengan 3 jurusan baik di universitas yang sama atau berbeda. Perhatikan baik-baik informasi dan dokumen apa saja yang diperlukan karena ini penting untuk keberhasilan kita.
Karena sistem penilaian di Indonesia berbeda dengan sistem penilaian di Jerman, maka nilai transkrip kita akan dikonversikan kedalam sistem penilaian di Jerman. Jika kita mendaftar melalui Uniassist maka kita tidak perlu untuk mengkonversi sendiri tetapi jika universitas tujuan kita tidak bekerja sama dengan Uniassist, maka kita harus mengkonversikan nilai sendiri secara daring.
Selain mendaftar secara daring, kita juga harus mengirimkan dokumen yang diperlukan kepada Uniassist atau universitas tujaun di Jerman melalui pos. Jadi pastikan bahwa kita mempunyai cukup waktu untuk melakukan setiap langkah pendaftaran yang diperlukan.
Keterima atau tidak
Setelah kita selesai melakukan pendaftaran daring, Uniassist akan mengirimkan surel otomatis bahwa pendaftaran kita telah diterima. Kemudian melalui akun Uniassist yang sudah kita buat, kita bisa memeriksa apa saja yang sudah dan harus kita lakukan lebih lanjut sampai dengan pengumuman penerimaan dilakukan.
Pengumuman penerimaan dilakukan melalui surel dalam jangka waktu 2-3 bulan setelah pendaftaran. Surel penerimaan atau penolakan dikirimkan oleh Universitas tujuan kita karena Uniassist hanya membantu proses seleksi dokumen administrasi sesuai dengan standar penerimaan perguruan tinggi di Jerman.
Seketat apa seleksi masuk universitas di Jerman
Keketatan seleski sangat tergantung kepada jurusan apa yang akan diambil. Pada dasarnya siapa saja berhak untuk mendaftar dimanapun. Seleksi murni berdasarkan nilai dan motivasi dari calon mahasiswa. Bisa dibayangkan untuk jurusan-jurusan populer seperti kedokteran, teknik, akuntansi dan management yang membludak peminatnya, maka seleksinya juga menjadi lebih ketat. Untuk universitas negeri, di Jerman tidak berlaku otonomi kampus yang memberikan hak kepada kampus untuk menerima mahasiswa kaya untuk mendapatkan hak khusus belajar. Semua pendaftar baik warga negara Jerman maupun asing diperlakukan sama.
So, jika kalian merasa mempunyai kemamüuan akademik dan bahasa Inggris atau asing lainnya yang bagus, serta bersedia untuk bekerja keras dan tekun untuk belajar ke luar negeri, tidak sulit kok untuk diterima. Urusan bersaing didalam kelas dan belajar untuk ujian menyelesaika tugas kuliah sambil beradaptasi dilingkungan asing adalah urusan selanjutnya. Yang terpenting adalah tekun berusaha dan tidak putus asa. Saya yang biasa aja saat kuliah bisa kok, pasti kalian juga bisa. Salam… (AIN)
*Pujiarti Alim: Goethe Universität Frankfurt-Lulusan Master Program Southeast Asian Studies-Candidate PhD Goethe Universität Frankfurt
Inspiratif. Semangatnya, caranya memperoleh informasi dan belajarnya luar biasa. Kelihatan dari fotonya, orangnya supel dan senang berteman dan membuat teman jadi senang.