BUDAYA BARIKAN, BROKOHAN, DAN PERNIKAHAN DI DUSUN BEDAGAS, DESA TUNGGALPAGER, MOJOKERTO

0

Dusun Bedagas merupakan dusun yang ada di wilayah Desa Tunggalpager, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Di dusun ini terdapat budaya-budaya khas daerah yaitu barikan, brokohan, dan pernikahan.

Barikan merupakan sebuah budaya atau tradisi, mungkin terdengar akrab di telinga orang Jawa Timur, barikan ini juga dilakukan di Dusun Bedagas. Barikan ini dilakukan ketika malam menjelang peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Barikan sendiri biasanya juga dilakukan di berbagai wilayah Jawa Timur, tentunya dengan kekhasan masing-masing wilayah. Barikan berasal dari bahasa Arab barokah yang artinya berkah. Juga ada yang mengatakan kata barikan berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti baris.

Barikan ini selalu ada ketika menjelang peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. tepatnya setelah kumandang Isya’ ataupun setelah kumandang Maghrib. pada awal acara atau di tengah acara ketua RT atau sesepuh  memberikan sambutan. Acara ini dihadiri oleh semua warga dimulai dari golongan bapak, ibu, remaja, anak-anak, maupun lanisa. Barikan ini dilakukan di berbagai tempat, di perempatan, pertigaan, gang kampung, langgar/mushala, maupun di depan rumah warga. Warga akan berkumpul beralaskan tikar atau karpet dan membawa makanan di dalam wadah atau tempeh.

Makanan yang dibawa juga bermacam macam, berupa buah-buahan, nasi, kue, dan berbagai makanan tergantung apa yang menjadi kesepakatan dari warga sekitar. Akan tetapi, terkadang warga membawa berbagai makanan tidak hanya satu jenis makanan saja. Kemudian makanan yang sudah dibawa tadi ditaruh di depan orang yang berbeda dengan jumlah orang yang berbeda kemudian dipersilakan untuk mengambil makanan yang sudah disiapkan. Sebelum mengambilnya, biasanya warga melakukan doa bersama terlebih dahulu.

Pada malam menjelang malam peringatan kemerdekaan Republik Indonesia para warga melakukan barikan ini dipadukan dengan agama dan seni budaya biasanya terdapat doa-doa yang dilakukan untuk bersyukur kepada Allah SWT. Barikan dilakukan sepekan setelah para warga melakukan lomba agustusan seperti balap karung, makan krupuk, dan lainnya. Barikan merupakan waktu untuk mengucap syukur para warga dan sekaligus menyelesaikan kegiatan peringatan kemerdekaan Indonesia. Juga biasanya di hari itu puncak acara lomba Agustusan dilaksananakan biasanya pembagian hadiah dari panitia dan juga menyanyi dan menari oleh anak-anak.

Kerukunan warga yang tercermin dalam barikan ini dengan tidak membeda-bedakan agama dan budaya yang ada di masyarakat. Hal inilah yang menjadi salah satu cara agar bisa memperkuat solidaritas antar warga sekitar. Acara ini dan acara sebelumnya adalah hal yang ditunggu ketika malam perayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Karena melibatkan banyak warga dan tidak membeda-bedakan agama dan budaya. Semoga acara ini tetap lestari dan bisa diadakan setiap tahun.

Kemudian, mengenai brokohan atau tasyakuran juga bisa disebut bancaan. Ini adalah tradisi Jawa yang juga dilakukan di Dusun Bedagas untuk menyambut kelahiran bayi. Brokohan berasal dari bahasa Arab yang berarti barokah atau memintah barokah. Tujuan diadakannya brokohan ini adalah untuk keselamtan dan perlindungan bagi si bayi kepada Allah SWT. Juga agar kelak menjadi anak yang baik dan berbakti kepada orang tua dan Tuhan. Adat ini terus dilakukan karena tidak bersimpangan dengan ajaran islam.

 Brokohan biasa dilakukan ketika tujuh hari setelah bayi dlahirkan atau sesudah plasenta si bayi telah lepas. Biasanya orang tua si bayi akan mengubur plasenta si bayi terlebih dahulu di belakang rumah ataupun di samping rumah. Setelah dikubur akan ditutup dengan wadah dan kemudian diberi cahaya karena katanya plasenta atau ari-ari inilah yang menemani dan mengiringi si bayi. Setelah plasenta si bayi telah lepas dan dikubur, keluarga si bayi akan begadang secara bergantian agar tidak diganggu makhluk halus karena si bayi masih suci. Itulah pemahaman yang dipahami oleh sebagian masyarakat.

Setelah tujuh hari penguburan tersebut akan dilaksanakan brokohan atau bancaan. Yang dilakukan pertama ialah pembacaan sholawat nabi kepada si bayi agar mendapat syafaat dari nabi. Kemudian, pada mahalul qiyam semua orang berdiri dan mencukur rambut si bayi dan di masukkan ke dalam air bunga. Pencukuran rambut bayi dilakukan oleh sesepuh atau keluarga bayi dan dalam hal ini rambut si bayi tidak dibuang tapi ditimbang. Berapa berat timbangan rambut si bayi itu adalah berat emas yang akan dikeluarkan untuk sodaqah, tetapi ada juga yang menimbangnya kemudian sodaqoh yang dikeluarkan bukan berupa emas melainkan nasi.

Pada saat berlangsungnya mahalul qiyam dan pemotongan rambut si bayi, dilanjutkan dengan pemberiaan nama yang baik kepada si bayi yang dilakukan adalah melemparkan uang receh atau disebut udik-udikan. Kemudian, selesai acara ada pembagian berkat atau biasa disebut nasi kotak.

Selanjutnya, pernikahan yang terjadi di Desa Tunggalpager ini juga adalah adat Jawa. Pernikahan merupakan salah satu fase/proses di kehidupan manusia yang mana ini termasuk peristiwa penting dan besar dalam kehidupan seseorang. Tradisi upacara pernikahan adat Jawa boleh dilakukan bila tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Tradisi ini baik karena tidak merusak tujuan dari adanya pernikahan dan memberi makna untuk menjaga nilai- nilai budaya itu sendiri.

Dalam suatu pernikahan sering dilakukan serankaian upacara adat. Berbagai upacara adat yang berlaku di berbagai daerah adalah tatanan nilai-nilai luhur yang telah dibentuk oleh sesepuh dan diturunkan kepada generasi muda. Oleh karena itu, upacara adat pernikahan yang merupakan serangkaian adat tradisional turun-temurun mempunyai maksud dan tujuan tertentu agar sebuah perkawinan selamat sejahtera serta mendatangkan kebahagiaan di kemudian hari.

Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warahmah  berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Pernikahan adalah dimana sepasang mempelai atau sepasang calon suami-istri dipertemukan secara formal di hadapan penghulu, para saksi dan semua orang yang ikut menghadiri pernikahan tersebut, untuk disahkan dengan resmi sebagai suami istri dengan berbagai upacara dan ritus-ritus tertentu. Pernikahan pada umumnya dirayakan secara meriah,diiringi dengan upacara-upacara, menyajikan makanan dan minuman serta perayaan atau beberapa keramaian. Peristiwa demikian biasanya tidak dilewatkan orang begitu saja sebagaimana mereka menghadapi peristiwa sehari-hari.

Hal ini juga dilakukan oleh warga di Dusun Bedagas, sebelum proses pernikahan terlebih dahulu akan dilangsungkan lamaran oleh keluarga laki-laki ke keluarga perempuan. Kemudian, kiyai atau sesepuh akan menentukan tanggal pernikahan dengan melihat tanggal lahir kedua calon mempelai dan weton dari kedua calon mempelai. Jika cocok dan menemukan tanggal yang pas akan ditentukan kapan berlangsungnya pernikahan.

Pada tanggal yang sudah ditentukan untuk pernikahan, pasang terop atau dekorasi adalah hal pertama yang dilakukan saat pernikahan. Pernikahan dan akad akan dilangsungkan di rumah pengantin perempuan. Kemudian, pada saat agak siang iring-iringan dari keluarga laki-laki datang dari rumah pengantin laki-laki. Pada saat itu, pengantin laki-laki akan menginjak telur kemudian pengantin wanita akan membersihkan kakinya sebagai tanda kesopanan dan kasih sayang. Dan ada juga saat pengantin pria memberikan beras kepada wanita sebagai simbol nafkah pertama bagi si perempuan.

Pada saat itu pengantin pria dan perempuan akan diiring dengan jarik ataupun kain yang akan ditarik oleh orang tua agar pernikahan yang dijalani dan dilakukan secara mandiri tidak bergantung pada orang tua. Kemudian, pada saat di pelaminan akan saling menyuapi sebanyak tiga kali sebagai tanda pengantin perempuan akan melayani, saling tolong-menolong, dan melengkapi.

Selanjutnya sungkem kepada orang tua masing-masing dan sebaliknya sebagai bentuk penghormatan telah membesarkan dengan penuh kasih sayang hingga akhirnya dapat menjalani kehidupan sendiri dan kehidupan yang baru dengan pasangan. Kemudian, pada hari kedua, sebaliknya iring-iringan keluarga dari pengantin perempuan akan menuju ke kediaman atau rumah si pengantin pria.

Pemaparan di atas merupakan budaya-budaya yang ada di Dusun Bedagas. Kebudayaan yang ada haruslah bisa beriringan dengan agama. Maksudnya, tidak menyimpang dari ajaran agama. Agama sendiri memberikan warna terhadap kebudayaan dan kebudayaan sendiri memberikan kekayaan terhadap agama itu sendiri. Bila agama telah menjadi bagian dari kebudayaan maka agama juga menjadi bagian dari nilai- nilai budaya dari kebudayaan tersebut. Dengan demikian, maka berbagai tindakan yang dilakukan oleh para warga masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan–kebutuhan kehidupan juga akan berlandaskan pada etos agama yang diyakini. Jadi, nilai-nilai etika dan moral agama akan terserap dan tercemin dalam berbagai pranata yang ada dalam masyarakat tersebut. Sebaliknya, bila yang menjadi inti dan yang hakiki dari kebudayaan tersebut adalah nilai- nilai  budaya yang lain, maka nilai nilai etika dan moral dari agama yang dipeluk oleh masyarakat tersebut hanya akan menjadi pemanis mulut saja atau hanya penting untuk upacara- upacara saja.

Islam bisa dibilang dapat menjiwai dalam setiap bidang selain agama. Hal itu membuat Islam memiliki karakteristik tersendiri jika dipraktikkan dalam segala aspek seperti  hukum, ekonomi, etika, pendidikan, dan sebagainya. Diantara karakteristik yang menonjol itu antara lain dalam bidang ilmu dan budaya. Karakteristik Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersifat terbuka, akomodatif, tetapi juga selektif . yakni dari segi Islam terbuka dan akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari luar, bersamaan dengan itu Islam juga selektif yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam. (EN)

Biografi Penulis

*) Silvia Arum Permana

Nama : Silvia Arum Permana

NIM : 933507820 / Komunikasi dan Penyiarn Islam /1A

Email: silviaarum1526ap@gmail.com

About author

No comments