Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah yang sangatlah spesial, dimana dalam penciptaannya dibekali dengan adanya sebuah akal intuisi. Disamping sebagai makhluk spesial dari penciptaannya, manusia juga merupakan makhluk sosial, sehingga dalam keadaan dan kondisi apapun manusia tak akan pernah luput dari yang namanya manusia lain. Sebagai makhluk sosial, menjadikan semua kegiatan ataupun pekerjaannya selalu berhubungan dengan orang lain, baik itu untuk kalangan anak-anak, remaja, dewasa atau bahkan yang sudah tua pun tak dapat terluputkan akan hal tersebut.
Perihal kebersamaan antar makhluk sosial, maka semuanya pasti melakukan berbagai kegiatan secara bersama-sama dan dilakukan atas dasar suka rela atau suka sama suka. Namun, semenjak adanya pandemi Covid-19, kebersamaan atau kegiatan yang mengumpulkan banyak orang tidak diperkenankan. Kegiatan-kegiatan menjadi terbatasi, tidak bisa dilakukan seperti biasa. Hal ini membuat semua orang harus menerima segala kebijakan yang ada dan harus beradaptasi dengan situasi yang ada. Ini demi kebaikan bersama.
Di sini, penulis ingin membagikan opini mengenai kegiatan positif yang berada di Dusun Wonosari, tempat penulis tinggal. Selama pandemi, Dusun Wonosari tetap mengadakan kegiatan rutin tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan. Kegiatan tersebut adalah rutinan pembacaan sholawat diba’ yang diiringi dengan banjari dan dilakukan setiap Kamis malam Jum’at yang bertempat di mushola setempat.
Para pemuda yang mengikuti kegiatan rutinan rata-rata anak usia SMP ataupun SMA. Mengapa demikian? Dikarenakan sekolah mereka itu rata-rata sekolah yang berada dalam naungan suatu yayasan. Sehingga hari Jum’atnya mereka banyak yang libur dan memanfaatkan waktu luang tersebut untuk mengikuti rutinan. Para pemuda Wonosari begitu antusias mengikuti acara rutinan, hal ini juga terlihat dari adanya anak-anak SD yang turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. kegiatan yang diadakan tidak hanya pembacaan sholawat saja, tetapi juga saling mengajarkan bagaimana cara membaca sholawat yang sesuai dengan kaidah-kaidah pembacaan bacaan bahasa Arab (makhrojul huruf, shifatul huruf, dan lain sebagainya) serta juga mengajarkan mereka cara menabuh banjari sesuai dengan jenis banjari yang ingin dimainkan. Jadi, dalam kegiatan tersebut tidak hanya datang dan duduk diam saja. Melainkan juga membuka ajang untuk saling mengajari (tutor sebaya) dalam memberi pengertian akan adanya suatu ilmu pengetahuan. Walaupun begitu, kegiatan itu tidak selalu lepas kendali dari pengawasan orang-orang yang berpengalaman (orang yang memang ditugaskan sebagai penanggung jawab) ketika kegiatan berlangsung, sehingga tetap dalam ranah yang sesuai dengan ajaran yang telah disyariatkan bagi semuanya.
Poin penting berikutnya, mengenai hal positif yang didapatkan adalah berupa saling terjalinnya rasa kenyamanan dan persahabatan. Dimana mereka akan merasa kurang lengkap jika ada salah satu anggota yang tidak ikut kegiatan. Rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang selalu terjalin hingga akhir acara seperti ketika makan bersama-sama dalam satu wadah besar (lengseran) dan makannya itu memakai tangan secara langsung. Saling bahu-membahu dalam membantu menjalankan serta menyukseskan kegiatan tersebut supaya berjalan dengan lancar, walaupun kegiatan tersebut masuk dalam acara non formal, tetapi mereka semua menganggap bahwa kegiatan tersebut masuk dalam acara semi formal, sehingga mereka selalu melakukannya dengan serius.
Kegiatan-kegiatan positif yang telah penulis paparkan membuat penulis tertarik untuk melihat kegiatan positif tersebut dari sudut pandang teori ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam. Dalam kegiatan tersebut, maka dapat diambil garis besarnya berupa masih terdapat interaksi dalam pertukaran suatu ilmu pengetahuan dengan proses penyampaian antar teman sebaya sebagai tutor. Di sini, banyak ilmu yang didapatkan, seperti ketika pembacaan bagian bacaan diba’. Pasti setiap anggota kebagian membacanya, entah nanti yang bagian membaca rowi atau membaca sholawat nabi. Apabila saat membaca ada yang tidak bisa ataupun tidak lancer, pasti akan dibantu oleh temannya yang memang sudah lancar dalam membaca bacaan Arab. Terkadang tidak sedikit yang menjadi partner dalam setiap bagian membaca sehingga secara tidak langsung mereka yang belum lancar dalam membaca bacaan Arab, akan sedikit demi sedikit bisa membaca dan menjadi lancar.
Berdasarkan perspektif Islam, proses perkembangan ilmu pengetahuan mengalami peningkatan yang sangat signifikan. meskipun dalam riwayat sejarahnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam itu sendiri pernah mengalami masa-masa keterpurukan atau masa-masa keruntuhan, tetapi ilmu pengetahuan itu sendiri tetap berkembang pesat sampai sekarang meski masih belum bisa mengembalikan masa-masa seperti masa kejayaannya dahulu.
Berdasarkan teori-teori ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam, kegiatan itu juga termasuk ke dalamnya, seperti ketika pembacaan sholawat diba’. Disini juga mengalami perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat yaitu banjari, dimana ketika pembacaan sholawat nabi diiringi oleh banjari dengan berbagai kombinasi alunan nada. Walaupun begitu, nada yang dipilih juga tetap mengutamakan kesopanan dan kenyamanan sehingga bisa dinikmati dengan baik dan syahdu serta khusyu’ tentunya. Terlebih ketika pembacaan sholawat mahallul qiyam, bisa dipastikan hampir semuanya ikut terbawa suasana dan keadaan menjadi sangat sedih karena di dalam sholawat itu berisi tentang pujian-pujian kepada Nabi Muhammad Saw.
Jadi, semakin bertambahnya usia dunia maka semakin bertambah pula perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Di sisi lain, ilmu pengetahuan itu bukan hanya sekadar ilmu tentang pemikiran ataupun pendidikan. Akan tetapi, juga ilmu-ilmu penunjang lainnya seperti halnya ilmu tentang sholawat tadi serta pengiringannya berupa ilmu banjari.
Melihat perkembangan ilmu banjari ini, sebenarnya sudah berkembang dari dahulu dan dengan nama yang berbeda juga. Susunan bahannya pun juga ikut berbeda pula pada setiap perkembangan zaman. Sehingga setiap tahunnya pasti akan mengalami perubahan baik bentuk maupun namanya, seperti rebana, terbang, sampro, dan lainnya. Meski demikian, semua hal tersebut termasuk dalam satu jenis benda yang sama dan perbedaan hanya terdapat pada nama benda serta cara penggunaannya dalam suatu kegiatan tertentu.
Ketika ada kegiatan rutinan, tak jarang juga ketika pembacaan syrakalan, mereka terkadang memakai nada dalam nada terbang (memakai alat penabuh yang bernama terbang). Bukan karena apa mereka menggunakan alat itu, tetapi karena sebelum adanya alat banjari yang berhasil didapatkan sekarang, dahulu mereka masih menggunakan alat terbang sebagai pengiring nada sholawat syrakalan. Karena memang dahulu di Dusun Wonosari ini, hampir semua pemudanya bisa memainkan alat itu baik dari generasi pemuda sampai yang sudah generasi tua, bahkan sampai sekarang masih tetap dilestarikan sehingga tidak akan tergeser keberadaannya. Walaupun sekarang sudah ada alat banjari yang lebih tren dari pada alat terbang tersebut. Sampai sekarang, kemampuan memainkan alat penabuh bernama terbang itu sudah mencapai generasi ke generasi penerusnya dari zaman dahulu kakek atau buyutnya dan sekarang cucu cicitnya sudah tak asing dan bisa memainkan alat itu. Meski terkadang orang yang memainkan alat penabuh bernama terbang mayoritas para orang tua dan hanya beberapa saja yang anak muda, itu bukan menjadi penghalang bagi mereka yang ingin belajar lebih mengenai bermacam-macam alat penabuh sholawat tersebut.
Begitu pun sebaliknya dengan alat banjari ini, mereka mayoritas yang memainkannya adalah anak-anak remaja usia sekolah, meski begitu tak jarang juga bapak-bapak juga banyak yang bisa melakukan dan ikut memeriahkannya.
Dari sekian penjelasan yang telah dipaparkan oleh penulis, maka dapat ditarik benang merah sebagai kesimpulan yang jelas bahwa perkembangan ilmu pengetahuan itu selalu mengalami perkembangan yang pesat dan secara signifikan selalu mengalami peningkatan baik berupa ilmu pengetahuan maupun ilmu alatnya. Seperti halnya ilmu membaca bacaan arab, ilmu tersebut akan terus berkembang dan selalu dikembangkan dengan tetap selalu memprioritaskan keadaan yang diawalnya (karena ilmu bacaan arab atau bisa disebut dengan bacaan al-Qur’an ini akan selalu mengalami peningkatan dalam nada tilawahnya tanpa mengganti makhroj dan sifat huruf hijaiyah yang sebenarnya) serta juga ilmu perkembangan sholawat yakni berupa alat yang mengiringi dan alat yang menjadikan suatu sholawat itu akan menjadi syahdu yaitu berupa alat banjari dan sebagainya entah itu terbang, sampro atau yang lainnya.
Semoga dengan adanya tulisan ini bisa menjadi manfaat dan menjadi amal jariyah serta amal saleh bagi penulis maupun bagi guru-guru penulis yang sangat berjasa dalam penyampaian ilmu tersebut terhadap penulis. (EN)
Biografi Penulis
Mahasiswi program studi Psikologi Islam semester enam di IAIN Kediri. Selain menjadi mahasiswa, penulis juga menjadi pengurus Pondok Pesantren Sunan Ampel Kota Kediri Masa Pengabdian 2020/2021 dalam Devisi HUMASY. Kepengurusan HIMPSYCOSA Pondok Sunan Ampel Kota Kediri Masa Pengabdian 2018-Sekarang. Untuk mengenal lebih jauh tentang penulis, dapat menghubungi e-mail: amandalala013@gmail.com.
No comments