Desa merupakan daerah yang dilabeli sebagai lumbung potensi ekonomi berbasis kearifan lokal. Salah satunya adalah Desa Patihan Loceret Nganjuk Kota. Desa tersebut dikenal sebagai desa penghasil produksi serabut kelapa yang dijadikan sebagai sapu. Banyaknya pengrajin yang membuat sapu dari serabut kelapa tersebut menumbuhkan rumah produksi dalam beberapa cabang yang menyebar di Kota Wates dan Nganjuk bahkan pengrajin itu sendiri sudah bisa mempunyai beberapa produksi yang memang sudah tidak diragukan lagi hasil produksinya.
Hal tersebut dapat dibuktikan melalui studi kasus wawancara dengan Bapak Supriadi yakni pemilik dari pengrajin sapu ini merintisnya sejak dia masih muda sekitar masih SD yang mengikuti jejak orangtuanya yang merintis pembuatan sapu rumahan yang masih di edarkan atau diperjual belikan ke masyarakat sekitar dan masih belum banyak orang pada saat itu mengetahuinya. Kemudian, dari tahun ke tahun Bapak Supriadi berusaha mengembangkan produksi sapunya dengan memperkerjakan karyawan dan mengembangkan produk sapunya dapat dikenal luas di suatu daerah Kabupaten Nganjuk, akhirnya beliau berhasil merintis kesukseksaannya itu dengan produksi sapu dan ini suatu kelebihan yang ada di desa karena orang-orang diluar sana sudah mengerti dan mengenal Bapak Supriadi sebaagai orang yang memproduksi sapu ini. Selanjutnya, ketika dia sudah tua produksi sapunya itu pun diturunkan ke anaknya dan diwariskan ke anaknya untuk melanjutkan usaha produksi yang dimilikinya untuk mengembangkan lebih luas lagi usaha sapunya tersebut.
Dalam hal ini filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari pengetahuan epistemologi yang secara spesifik dari filsafat ilmu ini mengkaji hakikat ilmu. Filsafat ilmu yang digunakan dalam hal ini sangat penting karena mempelajari suatu pengtehauan ilmu yang ada secara mendasar sebaliknya dengan epistemologi ialah pengetahuan suatu ilmu yang berlandasarkan ilmu tentang pemikiran dan logika yang dimiliki, dalam suatu logika ini dibagi menjadi dua logika minor dan logika mayor dalam logika minor suatu manusia bagaimana berpikirnya. Kemudian, dilanjutkan ke logika mayor suatu ilmu pengetahuan yang didapatnya melalui hal pengetahuan dan kebenaran ilmu yang ada. Di dalam suatu studi kasus pengrajin serabut kelapa untuk dijadikan sapu ini sama halnya dengan seseorang membuat sapu dan bagaimana aturan-aturan cara membuatnya dibutuhkan suatu keuletan, ketelitian yang benar-benar detail maka dari itu manusia harus mempunyai suatu ilmu pengetahuan dulu yang dimilikinya. Karena ketika dia mempunyai dasar ilmu yang logis dan paham tentang pengetahuan mereka pasti akan mengerti bagaimana cara membuat sapu itu dan dilakukan tanpa harus mempunyai suatu keahlian dulu namun hanya dengan belajar memahami melihat dan berpikir secara logis untuk melakukannya tersebut. Sama halnya dengan filsafat ilmu ini dalam studi kasus produksi sapu ini ketika Bapak Supriadi yang dulunya perintis usaha produksi sapu dari sabut kelapa beliau juga memulainya dengan dasar ilmu yang dia dapat melalui hasil belajar secara perlahan demi perlahan serta pengetahuan yang didapatkan bagaimana cara mengolah serabut kelapa dengan benar dan bisa dimanfaatkan seperti apa itupun beliau sudah mempunya cara berpikir yang sudah memang sudah ada dalam ingatannya bagaimana stuktur berpikir yang dilakukan sudah tersusun dengan baik ketika belajar membuat sapu hal yang dipelajari terlebih dahulu memisahkan serabut kering dari kepalanya dan itulah menggunakan akal pikiran untuk melakukan itu. Dalam hal ini bisa dikatakan seperti halnya dalam filsafat ilmu yang menggunakan ilmu pengetahuan secara rasional dan bagaimana melakukan dengan benar sama halnya kita mencari data-data empiris dari filsafat ilmu itu sendiri seperti apa mencari kemempirian dari membuat sapu itu bagaimana dan seperti ap acara membuatnya.
Di dalam membuat sapu juga membutuhkan suatu dasar ilmu pengetahuan yang dimilikinya agar dapat memahami pembuatan sapu dan memhami bagaimana cara memproduksi sapu dengan baik dan bisa manjadi sebuah sapu yang baik dan mempunyai mutu yang bagus ketika diperjual belikan ke orang lain dan bagaimana si pemilik produksi sapu ini juga harus mengatur manajemen lingkungannya manajemen produksinya menjadi berkembang dengan memanjemen waktu, memanejemen kualitas hasil sapu itu sendiri, dan keuangan ketika seseorang tersebut berhasil memanejemen semua hasil produksinya dalam hal ini beliau mempunya cara berfikir yang sudah benar benar struktur pemfikiran, serta dalam melakukan manajemen tersebut dibutuhkan pengetahuan yang memang harus benar-benar paham mumpuni dalam mengaturnya agar menjadi sebuah pekerjaan yang berkesatuan. Ketika seseorang tidak mempunyai dasar cara berpikir logis dan ilmu pengetahuan pasti seseorang tersebut akan mengalami kebingungan dan keteteran dalam memanajemen waktunya yang harus bisa memanejemen secara keseluruhan tersebut. Seseorang pasti mempunyai suatu ilmu yang sudah ada dalam sejak ia lahir ke dunia. Namun, tinggal bagaimana orang tersebut bisa mengasah ilmu pengetahuan yang dia miliki menjadi berkembang dan berwawasan luas ketika suatu ilmu yang tiap hari dipupuk terus-terusan akan semakin mengembang begitu sebaliknya ketika ilmu sudah bisa berkembang dan bertambah maka manusia dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan yang didapat dengan baik dan dapat diterapkan dalam suatu kehidupan sehari-hari misalnya seperti studi kasus yang saya ambil produksi sapu tersebut. Memang produksi sapu dapat dipelajari secara bertahap dan tidak memperlukan waktu yang sangat banyak namun ketika seseorang malas dalam mengerjakan sesuatu dan malas untuk menggali ilmu pengetahuan yang dia miliki bahkan tidak menyadari seseorang mempunyai suatu ilmu pengetahuan namun sama sekali tidak berusaha mau mengembangkan ilmunya tersebut. Filsafat sebagai ilmu pengetahuan adalah informasi hasil “tahu” yang bagaimana seseorang mempersepsikan pengetahuan ke dalam suatu penginderaan yang terjadi pada suatu objek tertentu misalnya panca indera seperti mata ketika pengrajin membuat sapu dan terdapat pembeli yang membeli sapu tersebut mereka tertarik mereka melihat bahwa hasil buatan sapunya sangat bagus. Kemudian, pembeli ada ketertarikan tersendiri ingin melihat bagaiamana caranya dalam membuat sapu dari sepet atau serabut kelapa itu dengan cara melihat mempergunakan panca inderanya matanya untuk melihat proses pembuatannya seperti itu dan mendengarkan caranya seperti ini dijelaskan oleh pegawainya bahwa yang dilakukan pertama ambil serabut kelapa dahulu. Dalam hal ini seseorang secara otomatis akan mempunyai dasar pengetahuan yang mereka mungkin sadari bahwa mereka dapat berpikir secara logis logika sama seperti epistemologi yang logika minor ibaratkan kita melihat bagaiamana struktur-struktur cara pembuatannya dengan berpikir dan dalil-dalilnya tersebut. Di dalam mengamati melihat dan meneliti proses pembuatannya sapu itu sudah termasuk pada hubungannya dengan filsafat ilmu yang disebut dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Dalam epistemologi sumber data pengetahuan yang didapat ialah bersumber pada sarana dan tata cara menggunakan ilmunya tersebut dan diterapkan dikehidupan sehari-hari dapat memanfaatkan pengetahuannya dengan baik.
Dalam pembuatan sapu juga membutuhkan suatu dasar ilmu pengetahuan yang dilakukan dalam membekali seseorang membuat sapu tersebut karena seseorang yang sudah mempunyai dasar ilmu pengetahuan yang dimilikinya akan mudah menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya dan dapat melakukan suatu kegiatan secara cekatan. Dalam epistemologi ialah suatu pengetahuan yang membahas terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, dan dari mana asal mula pengetahuan itu ada serta cara memperoleh pengetahuan dan kebenaran pengetahuan seperti apa. Nah, dalam studi kasus pembuatan sapu ini juga sama diperlukan cara dalam memperoleh ilmu bagaimana cara membuat sapu dengan baik dan benar, sumber pengetahuan yang didapat dalam membuatnya juga membutuhkan otak dalam berpikir bahwa ini cara membuatnya seperti ini jadi sumber diperoleh dengan cara kita belajar membuatnya secara sedikit demi sedikit. Asal ilmu pengetahuan yang kita dapat juga berdasarkan hasil pikiran kita sendiri bagaimana kita dapat mengolah pengetahuan tersebut dengan baik dalam susunan memori kita. Kita mengingat cara pembuatannya itu sudah termasuk asal mula pengetahuan yang kita dapat dan pelajari dalam mendengarkan penggunaan panca indera agar mengerti pembuatan sapu tersebut. Selanjutnya, kebenaran pengetahuan yang diperoleh kebenaran didapat ketika bahwa pembuatan sapu yang dilakukan dengan benar dengan memori yang sudah ada dalam pikiran kita yang individu tinggal melakukan percobaan dengan pengetahuan yang sudah dia dapat belajar mengamati tadi yang kemudian dilakukan percobaan langsung ketika sudah melakukan percobaan membuat sapu bagaimana cara memisahkan serabut kelapa yang baik dan yang bisa dipakai bagaimana cara kita memasukan jarum dan tali rapia ke dalam serabut kelapa yang akan membentuk suatu kesatuan sapu yang utuh. Nah, dalam situlah kita dapat menilai bahwa kebenaran pengetahuan yang kita dapat melalu cara kita mendaptkan pengetahuan yang kemudian kita tanamkan dalam memori kita yang selanjutnya pengetahuan yang sudah didapat dilakukan sesuai dengan ingatan memori individu itu sendiri.
Jadi, dalam pembuatan sapu itu sendiri menggunakan dasar ilmu pengetahuan sistematis yang membahas bagaimana cara kita memahami dasar-dasar membuat sapu dengan baik dan benar melalui ilmu yang sudah didapati sebelumnya atau ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari sebelumnya. Sumber pengetahuan dalam pembuatan sapu juga kita dapati dengan cara bapak supriadi pemilik produksi itu belajar menggali ilmu-ilmu yang sudah dimiliki dan menciptakan produksinya agar lebih berkembang dan maju lagi dengan cara memanjemen semua kebutuhan produksi sapu yang akan dipasarkan ke berbagai daerah dan ke penjual-penjual sapu nah dengan beliau paham bagaimana cara mengolah dan mengatur produksinya pengetahuan yang ada dalam dirinya juga sudah sebagai bekal yang akan diwariskan ke anak cucunya yang akan meneruskan produksi sapu dari serabut kelapa tersebut jadi dalam hal ini sumber ilmu pengetahuan sangat penting dalam hidup dan bagaimana pengetahuan yang dipunyai juga dapat dihasilkan menjadi sebuah karya cipta produksi sapu dengan baik ketika pengetahuan yang kita punyai yang kita sudah ada sebelumnya saat belajar sudah mempunyai dasar kebenaran pengetahuan bahwa cara pembuatannya terdapat berbagai urutan membuatnya itulah yang menjadikan pengetahuan memiliki validitas kebenaran yang ada tersebut. (DEW)
Biografi Penulis
RIZA ZUHRIA SILVA, Salah satu maasiswi aktif program studi Psikologi Islam IAIN Kediri. Selain sibuk di dunia perkuliahan, penulis juga mengikuti UKM FOTOGRAFI IAIN KEDIRI (FOSTER). Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis adalah PRESTASI MODELLING JUARA 1 (KONTES FOTO MODEL) SE-KABUPATEN THN 2017, FAVORIT KONTES MODELLING SE-PROVINSI THN 2017. Untuk mengenal lebih jauh tentang penulis dapat menghubungi e-mail pribadinya rizazuhriasilva13@gmail.com
No comments