KEPERCAYAAN AGAMA TENTANG PEMBUNUHAN BAYI UNTUK PENGORBANAN

0

Ada masa ketika seluruh dunia pernah mengalami masa yang kelam atau kegelapan sebelum Nabi Muhammad Saw datang membawa agama Islam. Tak terkecuali Negara Arab, negara Arab yang sekarang kita ketahui seluruh masyarakatnya memeluk agama Islam pun juga pernah mengalami masa kegelapan sebelum datangnya Nabi Muhammad Saw.

Seperti dapat menciptakan Tuhan mereka sendiri, tindakan yang tidak bermoral, wanita yang diperjual belikan, dan lain sebagainya. Perbuatan-perbuatan tersebut menjadikan masyarakat Arab terlihat setara dengan binatang, yaitu mereka melakukan hubungan seksual secara bebas dan melakukannya dimana pun tanpa melihat situasi sekitar, dan juga adat yang selalu mereka lakukan seperti membunuh bayi-bayi yang baru lahir baik bayi laki-laki maupun perempuan yang bahkan perilaku ini lebih rendah dari binatang yang tidak pernah membunuh anak mereka sendiri.

Kebiasaan atau adat masyarakat Arab tentang membunuh bayi muncul karena beberapa faktor dan pemikiran masyarakat setempat. Alasan pertama mereka membunuh bayi adalah dengan alasan atau tujuan untuk sebuah pengorbanan. Hal ini terjadi karena kesalahpaham pengikut Nabi Ibrahim yang menganggap setiap keluarga harus menyembelih atau membunuh putra mereka sebagai bentuk pengorbanan.

Seperti yang kita ketahui, Nabi Ibrahim menyembelih putranya yaitu Ismail atas perintah dari Allah Swt untuk melaksanakan ibadah kurban. Tetapi, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba untuk disembelih oleh Nabi Ibrahim dan Ismail tidak jadi disembelih untuk dijadikan kurban. Hal inilah yang dipahami secara keliru oleh pengikut Nabi Ibrahim setelah beliau wafat. Mereka berpikir bahwa dengan menyembelih putra mereka itu merupakan suatu bentuk pengorbanan.

Ada juga masyarakat Arab selain para pengikut Nabi Ibrahim yang juga membunuh anak mereka. Mereka tidak membunuh putra mereka tetapi mereka membunuh bayi perempuan mereka. Jika seorang wanita hamil melahirkan seorang bayi perempuan, bayi tersebut akan langsung dibunuh. Bahkan, ada yang langsung dikubur hidup-hidup tanpa sebuah pertimbangan. Mereka membunuh bayi perempuan mereka karena mereka berpikir bahwa bayi perempuan merupakan sebuah aib keluarga dan membawa nasib buruk pada keluarga tersebut. Mereka memiliki keyakinan bahwa dengan mengubur hidup-hidup bayi perempuan mereka, maka bayi itu akan dikirim kembali kepada Tuhan mereka karena mereka menganggap bahwa malaikat Tuhan adalah perempuan.

Mereka memiliki tiga pendapat tentang cara membunuh bayi perempuan mereka. Pertama, yaitu mereka langsung membunuh atau mengubur hidup-hidup bayi mereka setelah bayi itu lahir. Kedua, mereka menunda untuk membunuh dan mengubur bayi mereka karena sang ayah sedang melakukan perjalanan atau sedang berdagang. Hal ini dijelaskan oleh Abul Hasan Ali an-Nadwi “penguburan bayi wanita ditunda karena ayahnya tengah melakukan perjalanan atau berdagang”. Kemudian, bayi perempuan yang sudah dewasa tersebut akan tetap dibunuh ketika sang ayah sudah pulang ke rumah. Namun, cara mereka membunuh bayi perempuan yang sudah beranjak dewasa tersebut dengan cara melemparkannya dari tempat yang sangat tinggi. Ketiga,  mereka memilih untuk tidak membunuh bayi perempuan mereka dan memilih untuk membesarkannya, maka ketika bayi perempuan tersebut tumbuh dewasa mereka akan diperjual belikan, dijadikan budak atau dipersembahkan sebagai korban atau tumbal dalam acara adat. Hal ini memperlihatkan betapa mereka tidak memiliki perasan, betapa dangkalnya pemikiran mereka atas perbuatan keji mereka terhadap seorang bayi yang baru lahir yang tidak mengetahui apa salahnya tetapi dia dibunuh oleh keluarganya sendiri.

Kejadian lain yang pernah terjadi tentang pembunuhan bayi adalah pada saat pemerintahan Raja Fira’un di Mesir. Dimana Fira’un memiliki mimpi bahwa dia akan dibunuh oleh seorang anak laki-laki yang lahir dari Bani Israel. Setelah menerima mimpi tersebut Fira’un langsung memerintahkan bawahannya untuk membunuh semua anak laki-laki dan bayi laki-laki yang lahir dari golongan Bani Israel. Hal ini menjelaskan Fira’un menyalah artikan mimpi yang diberikan oleh Allah Swt dengan berpendapat bahwa dia harus melindungi dirinya agar tidak dibunuh oleh seorang anak laki-laki dari Bani Israel dengan cara membunuh semua anak dan bayi laki-laki yang lahir dari keturunan Bani Israel. Padahal, sebenarnya maksud dari mimpi tersebut adalah Allah menyuruhnya untuk bertobat dan mengakui segala kesalahannya. Tetapi, sampai akhir hayatnya pun Fira’un tetap tidak bertobat kepada Allah Swt dan merasa kecewa pada dirinya sendiri karena tidak membunuh Nabi Musa dari beliau masih bayi.

Demikianlah salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Arab pra Islam, yaitu kebiasaan atau adat mereka untuk membunuh seorang bayi yang baru lahir. Hal ini menjelaskan bahwa sebelum Nabi Muhammad datang dengan membawa ajaran agama Islam, masyarakat Arab merupakan orang-orang yang keji dan berpikiran sempit karena hanya memercayai hal-hal yang sebenarnya adalah sesuatu yang menyesatkan dan tercela.(DEW)

Semoga bermanfaat 🙂

Biografi Penulis

Almas Mirna Faradilla

Almas Mirna Faradilla, seorang mahasiswa aktif program studi Psikologi Islam semester tiga IAIN Kediri. Untuk mengenal lebih jauh tentang penulis dapat menghubungi Instagramnya @almasfaradilla31 atau e-mail pribadinya almasfaradilla31@gmail.com

About author

No comments