Sistem Pembelajaran Daring

0

Sejak awal tahun 2020, Covid-19 menjadi pembicaraan yang tiada habisnya. Di belahan bumi manapun, Covid-19 masih mendominasi pembicaraan di ruang publik. Dalam waktu singkat saja, namanya menjadi trending topik, dibicarakan di sana-sini, dan diberitakan secara masif di media cetak maupun elektronik. Adanya Pandemi Covid-19 telah memunculkan kebijakan-kebijakan baru dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan.

Adanya Pandemi Covid-19 telah memaksa sistem pendidikan di Indonesia yang awalnya bisa bertatap muka, sekarang harus dilakukan secara daring. Hal ini dikarenakan ada kebijakan belajar dari rumah. Akan tetapi, tidak semua sekolah bisa menerapkan hal ini dikarenakan berbagai keterbatasan dan halangan. Hal-hal tersebut diantaranya masih terbatasnya kemampuan mengoperasikan teknologi komunikasi, harus memiliki handphone android, pembelian paket internet untuk sekolah daring setiap harinya. Selain itu, tidak sedikit masyarakat yang daerahnya masih kesulitan mengakses internet. Masalah lainnya yaitu mengenai pendampingan terhadap siswa saat belajar dari rumah.

Strategi pembelajaran jarak jauh yang penulis lakukan selama mengajar dari rumah (Teaching From Home) yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama Republik Indonesia adalah dengan memanfaatkan grup Whatsapp (WA) perkelas, memberikan penugasan, latihan dikirim melalui WA kemudian ulangan harian memakai aplikasi Kahoot, ZCM  serta Google Clasroom. Penulis mengirimkan video pembinaan karakter kepada masing-masing grup WA, video contoh pembacaan muratal surah as-Sajadah beserta doa yang dibaca ketika sujud pada ayat ke 15 dan juga berbagai hal yang sangat dibutuhkan oleh murid-murid, misal panduan niat menyerahkan dan menerima zakat fitrah, khutbah idul fitri singkat di rumah dan memberikan bonus juga bagi murid yang melakukannya dengan syarat mengirim foto dan video ke pembimbing atau gurunya.

Adanya penugasan yang memanfaatkan teknologi terkadang menyulitkan bagi kalangan pelajar yang belum mahir dalam mengoperasikan semua perangkat pembelajaran. Belum lagi guru satu dengan yang lain itu beda metode pembelajaran dan beda aplikasi yang digunakan setiap proses belajar. Para orang tua juga merasa kesulitan dalam membimbing anaknya saat belajar yang mana sebagian dari merekaberlatar belakang pendidikan hingga lulus sekolah dasar (SD) saja. Dan dari kondisi pelajar sekarang bisa dikatakan bahwa merekamengalami berbagai kesulitan diantaranya sulit untuk fokus belajar karena lingkungan rumah tidak mendukung dan dirasa terlalu berisik karena memiliki anggota keluarga yang banyak dan perumahan padat, juga dari individu sendiri juga tidak bisa mengoperasikan alat elektronik atau bisa dikatakan gaptek itu juga menganggu proses belajar mengajar siswa, dan keterbatasan sinyal di beberapa daerah pelosok.

Akan tetapi, dirasa pemerintah juga sudah membuat keputusan yang sangat efektif dengan kondisi pandemi seperti saat ini. Namun, dalam sebuah kebijakan pasti ditemukan dua sisi. Sisi pertama, kebijakan ini untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dan melindungi pelajar dari Covid-19. Di sisi lain, sistem pembelajaran daring kurang bisa melatih mental pelajar. Diakrwnakan biasanya anak bisa tampil unjuk Gigi di depan kelas, kini tidak bisa. Selain itu, pendampingan saat anak belajar juga kurang, dikarenakan terkadang orang tua juga sibuk untuk bekerja, jadi tidak sempat mendampingi anaknya belajar.

Apabila  mengulas peran pelaku dari sistem pembelajaran daring ini ada tiga sudut pandang yaitu guru, pelajar, danorang tua.Dari sudut pandang seorang guru, kunci efektivitas dari sistem pembelajaran daring adalah bagaimana seorang guru tetap kreatif untuk menyajikan pembelajaran daring secara menyenangkan dan mudah dimengerti sehingga para siswa tidak merasa bosan dan tetap produktif di rumah. Pembelajaran jarak jauh sebenarnya memberikan tantangan tersendiri bagi guru. Tantangan positif tersebut di antaranya adalah pertama untuk menunjukkan kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi dengan presentasi Zoom, penugasan via Google Classroom, pre-test atau post-test dengan kuis, dan pemberian tugas proyek dengan pemanfaatan Google Drive, presentasi interaktif dengan peardeck, dan lain-lain.

Dan dari sudut pandang orang tua, pembelajaran daring itu sulit dilakukan oleh siswa SMP secara mandiri. Dia membandingkan partisipasi orang tua siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA. Pada jenjang SD, anak masih ada pengawasan dari orang tua. Tugas dari guru langsung dikirim ke ponsel orang tua. Sehingga orang tua bisa meminta anaknya untuk mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Pada jenjang SMA, kemauan belajar anak sudah muncul agar bisa meraih prestasi. Hal ini untuk menentukan karir pada jenjang selanjutnya. Tetapi pada jenjang SMP biasanya anak sudah diberikan ponsel sendiri. Sehingga ada kelonggaran pengawasan dari orang tua terhadap pembelajaran daring anaknya. Kemauan belajar dari anak secara mandiri juga belum muncul. Dan saat metode pembelajaran banyak siswa yang memakai jaringan gratis atau WiFi di warung kopi dan saat itu juga orang tua tidak bisa memantau anaknya dengan intens. Biasanyasaat anak sudah ada di warung dengan memegang ponsel, kemungkinan dia untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas dari sekolah itu kecil. Dia hanya duduk di warung untuk bermain ponsel bersama teman-temannya.

Lalu, akhir akhir kemarin ada terobosan dari organisasi kemasyarakatan yaitu Nahdlatul Ulama’ membuat terobosan baru dan menjawab problem dari sistem pembelajaran daring ini yaitu NU Educare yaitu memaksimalkan pendampingan kepada kaum pelajar. Persoalan pembelajaran jarak jauh atau belajar di rumah yang juga dikenal dengan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) hingga kini belum teratasi. Kesulitan mengakses internet, ketersediaan gawai bagi siswa, beban biaya internet, serta pendampingan terhadap siswa saat belajar di rumah adalah rentetan persoalan tersebut. Sudah lumrah persoalan tersebut dikeluhkan siswa, bahkan guru, terutama orang tua siswa. “Sudah banyak wali murid yang mengeluh dan menilai pembelajaran jarak jauh ini dinilai kurang efisien dan efektif,” kata Choirul Mubtadi’in, Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Timur, Ahad (16/08/ 2020). Karena menumpuknya persoalan tersebut, terpanggil dengan kondisi tersebut, PW IPNU Jatim akhirnya meluncurkan program ‘IPNU Educare’.

IPNU educare merupakan gerakan untuk mendampingi pelajar dalam belajar yang diinisiasi oleh PW IPNU Jawa Timur di semua tingkatan. Kebijakan ini sebagai bentuk kepeduilan IPNU atas problematika di kalangan pelajar serta respons kebijakan Kemendikbud tentang pembelajaran jarak jauh. Dan ini juga peran IPNU dalam mengabdi di masyarakat saat era pandemi Covid-19. Semua menyadari pentingnya program yang diadakan PW IPNU Jawa Timur di era pandemi. Karena dapat dijadikan sarana untuk pendampingan siswa saat melaksanakan pembelajaran daring. Upaya yang dilakukan IPNU ini mendapat apresiasi dari kepengurusan di daerah. Seperti diungkapkan Pimpinan Cabang (PC) IPNU dan IPPNU Kabupaten Kediri bersama Pimpinan Anak Cabang yang bersatu menjadi relawan. Yakni mendampingi siswa dengan tanpa mengesampingkan protokol Covid-19. Semoga agenda ini menjadi ladang amal kita di masa Corona, meningkatkan manfaat dan eksistensi peran IPNU-IPPNU di lingkungan pelajar, sehingga orang tua atau wali murid terbantu dan program pemerintah dalam bidang pendidikan semakin terarah.(EN)

Biografi Penulis

*) Awaluddin Nur Alfiyan

Mahasiswa program studi Psikologi Islam di IAIN Kediri

About author

No comments