Jika Anda bepergian ke Jawa Timur dan kebetulan melewati kota Kediri, berhentilah ke situs cagar budaya Kampung Adat Kebangsaan di sebuah desa yang bernama Desa Pojok. Desa Pojok terletak di Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Di desa itulah terdapat kampung adat kebangsaan. Sebuah kampung yang berhasil menjaga berbagai ragam nilai kebangsaan. Desa Pojok dijadikan sebagai situs cagar budaya karena semangat kebangsaan yang kental dalam kehidupan masyarakatnya. Para penduduk selalu merayakan peringatan hari-hari besar kebangsaan dengan menggelar acara seni-budaya.
Acara-acara peringatan itu mungkin hanya ada di desa Pojok sehingga menjadi daya tarik wisata yang unik, yaitu wisata kebangsaan. Pada momen peringatan hari-hari besar nasional, Desa Pojok pun ramai dikunjungi wisatawan. Sebut saja saat Hari Sumpah Pemuda, Hari Kemerdekaan, Hari Kartini, Kebangkitan Nasional, Pendidikan Nasional ataupun Hari Pahlawan. Peringatan hari-hari besar nasional itu merupakan ekspresi semangat kebangsaan warga Desa Pojok sekaligus wujud nyata jiwa Pancasila yang melandasi kehidupan sehari-hari mereka.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati sejarahnya dan para pahlawannya. Itulah makna terdalam peringatan hari-hari besar nasional yang diusung Desa Pojok. Pusat daya tarik Desa Pojok adalah kisah tentang Soekarno yang pernah melewatkan masa kecil dan remajanya di salah satu rumah di desa itu. Rumah itu terkenal dengan sebutan Ndalem Pojok yang berbentuk limasan (rumah kayu khas Jawa) dan mempunyai halaman luas. Ada sebuah pohon kantil yang konon usianya sudah ratusan tahun di halaman itu. Pohon itu tumbuh asri di tengah udara desa kawasan kaki Gunung Kelud yang sejuk. Suasana desa pun hening dan tenang, membuat orang yang berkunjung ke rumah singgah Bung Karno kecil itu merasa nyaman.
Keberadaan Ndalem Pojok inilah yang menjadikan Desa Pojok kemudian diresmikan sebagai desa situs cagar budaya dengan nama Kampung Adat Kebangsaan pada tahun 2018 oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri. Jangan lewatkan jika Anda kebetulan sedang bepergian ke Kediri.
Rumah masa kecil Bung Karno (BK) pada tahun 1850 yang berada di Dusun Krapak, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, sarat kenangan. Di sinilah Bung Karno diasuh ayah angkatnya, RM Surati Soemosewoyo alias Denmas Mendung, kerabat R. Soekeni Sosrodihardjo yang tak lain ayahanda Bung Karno. Di rumah ini, Bung Karno masa kecil tinggal kurang lebih tiga tahun saat usia 2 hingga 5 tahun. Tak banyak warga Wates, Kediri yang tahu keberadaan rumah masa kecil Bung Karno di Dusun Krapak, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kediri.
Wajar banyak warga tidak tahu karena keberadaan rumah Bung Karno di Dusun Krapak, Desa Pojok, Wates, Kediri sengaja dirahasiakan sejak Orde Baru berkuasa. Baru tahun 2013 perlahan dibuka. Memasuki halaman rumah masa kecil Bung Karno yang kerap disebut Ndalem Pojok, suasananya asri khas pedesaan. Selain halamannya cukup luas, banyak pepohonan hingga menjadikan lingkungan Ndalem Pojok adem. Apalagi, rumah ini berada di kaki Gunung Kelud. Rumah gebyok berbentuk joglo cukup luas. Berukuran sekitar 15 x 30 meter yang menempati areal satu hektar lebih. Beragam tanaman tua tumbuh di lingkungan Ndalem Pojok. Mulai pohon jati, sawo kecik, mangga, belimbing, dan maskotnya pohon kantil super jumbo yang berada persis di depan rumah.
Selain itu, Suratmi juga menanami halaman rumahnya yang luas dengan tanaman herbal atau kesehatan di antaranya kunyit, jahe, kumis kucing, sambiroto, dan tanaman sembung legi. Menurut Suratmi, berdasarkan pesan almarhum suaminya, RM Haryono, rumah warisan itu harus dijaga keasliannya kecuali jika ada bagian yang rusak terpaksa harus direnovasi.
Sedangkan, bagian belakang rumah makin luas. Selain lebih tinggi, semua bahan kayu asli kayu jati tua atau gebyok yang masih utuh. Di dalamnya ada beberapa jenis kamar. Salah satu kamar difungsikan menyimpan benda-benda pusaka. Beragam perabot kuno mulai kursi meja hingga lemari terbuat dari kayu jati masih dipertahankan. Foto dan berbagai slogan Bung Karno selama masa perjuangan dipajang dan ditempel dalam ruangan depan dan juga tersebar di halaman rumah. Di sebelah kanan Ndalem Pojok kini dibangun musala permanen. Sedangkan, sebelah kiri dibangun panggung sanggar kesenian. Setiap malam Jumat legi ada pementasan wayang kulit. Ditambahkan Suratmi, banyak yang memang tidak tahu bahwa Ndalem Pojok ini pernah jadi kediaman Bung Karno saat kecil. Hal itu sengaja dirahasiakan atau disembunyikan keberadaannya saat Orde Baru berkuasa.
Sejarah Ndalem Pojok bermula saat Raden Mas Panji Soemo Hatmodjo atau biasa dipangil Eyang Panji membangun rumah ini antara tahun 1862 hingga 1870. Eyang Panji adalah seorang pengikut Pangeran Diponegoro. Setelah Perang Jawa tahun 1825 sampai 1830, Eyang Panji melarikan diri ke Kediri untuk menghindari Belanda. Eyang Panji yang juga seorang Patih Ndalem Sinuwun Pakubuwono IX Surakarta lalu membaur dengan masyarakat dan membangun Ndalem Pojok. Keturunan Eyang Panji adalah RM Surati Soemosewoyo yang dikenal Denmas Mendung dan saudaranya RM Sayid Soemosewoyo.
Suratmi menuturkan, pohon kantil super jumbo yang berada di tepat di depan Ndalem Pojok menjadi saksi sejarah tumbuhnya benih asmara antara R. Soekeni Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai Srimben yang tak lain adalah orang tua Bung Karno. Saat itu, R. Soekeni kesengsem pada Ayu yang merupakan putri seorang bangsawan di Buleleng, Bali. Untuk mendapatkan hati Ida Ayu yang merupakan kembang gadis Buleleng, itu sangat tidak mudah.
Akhirnya, ayahanda Bung Karno minta tolong sahabatnya RM. Soemosewoyo untuk mendapatkan Ida Ayu. RM Soemosewoyo yang terkenal sakti berbekal dua bunga kantil yang dipetik di depan Ndalem Pojok. Dengan kesaktiannya, Denmas Mendung berhasil menembus tembok istana dimana Ida Ayu tinggal dengan hanya mengusapkan bunga kantil tadi ke tembok hingga berhasil membawa Ida Ayu keluar istana. Singkat cerita, Soekeni-Ida Ayu akhirnya menikah dan melahirkan Bung Karno. Seandainya sang proklamator Republik Indonesia (RI) berumur panjang, maka ’’putra sang fajar’’ itu genap berumur 118 tahun pada Kamis (6/6).
Di sini Bung Karno disebut juga dengan Putra Sang Fajar. Karena pada saat itu Bung Karno dilahirkan saat terbit matahari. Menurut kepercayaan orang Jawa, bahwa seseorang yang dilahirkan disaat matahari terbit nasibnya akan digariskan sebelumnya dan kelak akan menjadi orang yang mulia. Sebaliknya menurut orang Bali, bahwa Gunung Agung akan meletus apabila rakyat berbuat tidak pantas, sehingga ada orang yang mengatakan bahwa Kelud tidak menyambut akan kehariran Soekarno, melainkan menunjukkan kemarahannya atas kelahiran Soekarno. Karena Soekarno dilahirkan bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud.
Semangat dalam mempertahankan kemerdekaan semakin sulit saat Soekarno ditunjuk sebagai Presiden bersama Mohammad Hatta yang melalui berbagai rintangan. Penjajah tak henti hentinya melakukan perlawanan kepada Soekarno. Rakyat Indonesia dengan semangat kemerdekaan, rela mengorbankan hidupnya demi Indonesia.
Keberadaan Ndalem Pojok ternyata mampu menghadirkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air dengan mengumpulkan berbagai tokoh lintas agama dan budaya yang hadir dalam setiap acara yang digelar di rumah sederhana tersebut. Terbukti dengan banyaknya dukungan yang mengalir untuk melestarikan rumah tersebut sebagai situs Warisan Sejarah Bung Karno.
Di bumi Dhaha inilah Bung Karno ternyata pernah melalui sebagian masa kecilnya di sebuah rumah sederhana yang kini disebut Ndalem Pojok, yang berlokasi di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Keberadaan rumah yang konon pernah disinggahi beliau semasa kecil dan ketika menjabat Presiden pada medio 1950-an ini ternyata baru diangkat ke permukaan beberapa bulan yang lalu semenjak ramai dipublikasikan oleh salah satu cucu dari almarhum pemilik rumah yaitu Raden Mas Pandji Soemohatmodjo.
Kegiatan yang ada di Ndalem Pojok intinya ada akar yang menjadi yang menjadi Keluarga Ndalem Pojok melihat Bung Karno yang telah mendunia, Soekarno orang hebat dan lain sebagainya. Semantara itu, mayoritas orang masih dalam tahap memahami bagaimana ajar dan pemikiran Soekarno pada waktu itu.
Kita telah menemukan satu kekuatan yang menjadi dasar dari segala dasar Soekarno bisa seperti itu. Sampai sekarang Soekarno adalah tokoh yang paling banyak dikagumi oleh sebagian besar orang di Indonesia. Soekarno dikenal sebagai Presiden pertama Republik Indonesia. Soekarno adalah sosok orang terpenting di dalam sepanjang catatan sejarah kemerdekaan Bangsa Indonesia, mulai dari penjajahan Belanda sampai memerdekakan Bangsa Indonesia. Soekarno adalah sosok Proklamator Indonesia bersama dengan Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Selain itu, Ir.Soekarno juga merupakan Presiden Pertama Republik Indonesia yang menjabat pada periode 1945-1966. Sosok Soekarno sudah tidak asing lagi untuk ditelinga semua kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan kewibawaan Soekarno sebagai pejuang Bangsa. Presiden Soekarno banyak mendapat penghargaan, antara lain penghargaan dari 26 Universitas baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Ia selalu aktif dalam usaha persiapan Kemerdekaan Indonesia, diantaranya merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar pemerintah indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi (DEW)
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Mohamad Adib Amzah. Akrab disapa Adib. Kesibukan sekarang ialah menjadi mahasiswa tahun 2020 di Institut Agama Islam Negeri Kediri. Penulis bisa dihubungi melalui adibamzah3@gmail.com
No comments