PANDEMI. Istilah tersebut telah menjamah ke pelbagai lapisan masyarakat di seluruh penjuru dunia. Tatanan pendidikan, ekonomi, sosial, bahkan pemerintah dibuat ambigu dengan segala ketidak siapan ini. Pasca di umumkannya status pandemi di Indonesia, Presiden Joko Widodo memutuskan agar masyarakat harus bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan melakukan kegiatan apapun dari rumah kecuali ada hal yang sangat urgent yang harus dilakukan di luar rumah dengan syarat harus mematuhi protokol kesehatan. Sementara, dampak tersebut berpengaruh terhadap kesulitan menjalankan pola hidup dan kebiasaan baru. Beberapa di antaranya ialah subjek pendidikan baik guru maupun siswa.
Seperti yang kita ketahui, beberapa komponen pendidikan adalah adanya guru, murid, dan sekolah yang memudahkan terciptanya hubungan komunikasi dalam proses pembelajaran. Namun, ketika belajar harus dari rumah yang memaksa guru tak bisa bertemu siswa. Fakta demikian mengasumsikan akibat lagi-lagi tidak adanya persiapan baik siswa, guru, dan orang tua. Keadaan ini sangat berat bagi guru. Bagaimana tidak? Metode pembelajaran yang selama ini di gunakan dan dikuasai guru harus diubah 180 derajat ketika tidak bisa bertatap muka dengan murid. Ditambah, kendala yang sangat beraneka ragam. Di antaranya adalah media pembelajaran, model pembelajaran, dan sumber belajar.
Media pembelajaran daring berbasis platform media sosial yang disediakan gratis satu-satunya solusi belajar di rumah selama pandemi ini. Namun, yang menjadi kendala adalah, tidak semua murid memiliki gawai. Tidak semua murid menguasai media pembelajaran online, seperti Zoom, Google Meet, Whatsapp Group. Belum lagi kondisi Pandemi ini membuat sektor perekonomian lemah, sehingga jika mau membelikan smartphone anak harus dipikir ulang.
Di sisi lain, tidak semua guru juga menguasai teknologi dalam mengaktualisasikan model pembelajaran yang tepat. Ketika pembelajaran wajib dilakukan dari rumah, guru harus bisa membuat model pembelajaran yang dapat digunakan selama mendidik siswa via online. Ini adalah tantangan yang besar bagi seorang guru. Bagaimana tidak? Menjadi seorang guru harus mengetahui bagaimana karakter siswa, sehingga guru dapat menentukan model pembelajaran yang sesuai. Menurut penelitian dan analisis yang disimpulkan, bahwa ketika pembelajaran dilakukan secara daring, jangankan tahu karakter siswa, siswa dapat hadir mengisi absensi saja sudah untung. Namanya juga siswa, anak yang masih senang bermain, terlebih anak SD. Ketika Pembelajaran dilakukan secara daring, mereka menganggap ini adalah liburan yang harus digunakan seperti halnya ketika liburan.
Kendala terakhir yakn sumber belajar. Selain buku, guru adalah sumber belajar siswa, tanpa bimbingan guru siswa akan sulit memahami materi yang ada. Hal ini juga menjadi kendala bagi guru. Alasannya ialah pembelajaran daring. Kehadiran dan antusias siswa sangat diperlukan. Tetapi, pada kenyataannya siswa justru sibuk dengan hal lain ketika di rumah.
Guru pun memutar otak. Langkah A dilakukan, tidak mencapai hasil yang memuaskan lalu langkah B, lalu langkah C. Sampai mungkin, hemat penulis adanya Covid-19 diomor duakan. Sebaliknya, pendidikan menempati nomor 1 ketika dalam kondisi daerah tersebut aman-aman saja, atau tidak sadar bahaya Covid-19. Seperti yang terjadi di beberapa sekolah swasta di kecamatan Pujon, kabupaten Malang. Awalnya sekolah full dari rumah. Namun tidak berjalan maksimal. Banyak siswa yang tidak memiliki smartphone dan belum bisa menggunakan untuk proses belajar, Hal ini terjadi pada siswa Sekolah Dasar (SD). Lantas, kepala sekolah pun mengeluarkan kebijakan untuk sekolah tetap masuk tetapi bergantian, Misalnya, satu hari kelas 1A satu hari kelas 1B dan tidak diperkenankan menggunakan seragam sekolah, tetapi menggunakan baju bebas agar tidak timbul polemik. Layaknya anak sekolah era normal, tidak ada siswa memakai masker atau alat pelindung diri apapun. Padahal, awal masuk guru telah membagikan masker pada siswa. Namun, itulah anak-anak, masih belum bisa adaptasi dengan kondisi new normal.
Namun, sebagian besar sekolah tetap memberlakukan pembelajaran secara daring, guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Pembelajaran daring bukan berarti siswa di rumah hanya diberi tugas. Namun memang, ketika pembelajaran daring kurang mendapat antusias dari siswa, pembelajaran pun pasif dan siswa dianggap sudah paham dengan materi. Sehingga, guru langsung melakukan evaluasi. Karena, memang guru tidak dapat mengontrol siswa dengan baik. Orangtua lah yang sangat berperan penting dalam hal ini.
Terakhir, pandemi mewajibkan adanya perbedaaan pembelajaran sekarang dengan sebelumnya. Kali ini, guru harus mengubah kemampuan pedagogic. Pelatihan pada guru harus terus digalakkan demi ketercapaian keberhasilan dalam pendidikan. Seperti penjelasan materi dari guru yang disajikan dalam bentuk video dan di dalamnya memuat gambar-gambar untuk mendukung kejelasan materi. Setidaknya meskipun pembelajaran dari rumah, siswa tidak merasa bosan dan tertekan dengan tugas yang belum tentu ia pahami. Salam… (DEW)
*Lulu’atul Mudrikah adalah mahasiswi aktif Program Studi; Pendidikan Agama Islam-IAIN Kediri email: luluatulmudrikah@gmail.com)
No comments