Merdeka Belajar; Lewat Versi John Dewey

0

Pendidikan itu dinamis, berkembang dari masa ke masa, juga tidak terbentuk secara langsung. Pendidikan tidak berjalan sendiri, akan tetapi banyak tokoh yang berkontribusi pada setiap langkah perkembangannya. John Dewey, salah satu tokoh yang ikut berkontribusi dalam perkembangan dunia pendidikan. Beliau adalah tokoh yang berpengaruh dalam aliran progresivisme.

Aliran progresivisme merupakan aliran filsafat modern yang menghendaki pelaksanaan pembelajaran dengan lebih maju. Aliran ini lebih mengutamakan penyelenggaraan pendidikan yang berpusat kepada peserta didik sedangkan pendidik sebatas fasilitator, pembimbing, dan pengarah. Tujuan aliran progresivisme dalam pendidikan  adalah  mengubah praktik pendidikan yang selama ini hanya berpusat pada pendidik. Di mana praktik yang demikian cenderung membatasi perkembangan peserta didik. Selain John Dewey, tokoh lain yang ada dalam aliran progresivisme adalah Charles S. Peirce danWilliam James.

Di sini, penulis akan membahas mengenai John Dewey, seorang tokoh kelahiran Burlington pada 20 Oktober 1859 silam. Baginya,   pendidikan adalah perkembangan sejak  lahir sampai akhir hayat, “Education is growth, development, life. Ini mengungkapkan bahwa pendidikan adalah  kehidupan. Pernyataan tersebut senada  dengan hadits Nabi Muhammad SAW, “Tuntutlah ilmu sejak buaian hingga liang lahat.”

Konsep pendidikan yang dimaksudkan oleh aliran progresivisme apabila diimplementasikan ke dalam pendidikan saat ini pasti akan menciptakan generasi-generasi muda yang unggul. Apabila pendidikan, melalui seorang pendidik mulai mengusung aliran progresivisme dalam setiap kegiatan belajar mengajar dengan membudayakan konsep teacher centered learning  maka peserta didik akan lebih aktif di dalam kelas. Hal ini juga akan memupuk rasa percaya diri dan tanggung jawab peserta didik. Dalam konsep ini,  bukan berarti bahwa guru melepas begitu saja peserta didik dan meninggalkan kewajibannya sebagai seoorang guru yang memberikan arahan kepada peserta didik.

Pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik tentu memiliki banyak keuntungan baik bagi peserta didik maupun guru. Dikarenakan pendidikanadalah  suatu sarana atau alat yang dipersiapkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik supaya tetap survive terhadap semua tantangan kehidupan yang secara terus menerus mengalami kemajuan tanpa henti.

Sejatinya, menurut aliran progresivisme peserta didik dianggap sebagai manusia seutuhnya yang memiliki potensi untuk terus berkembang, yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, aktif, kreatif, dan dinamis serta punya motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.

Dalam aliran progresivisme, ada beberapa prinsip pendidikan yang ditekankan, diantaranya; proses pendidikan berawal dan berakhir pada anak, peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing atau pengarah, dan aktifitas lebih fokus pada pemecahan masalah, bukan untuk pengajaran materi kajian.

Apabila dikaitkan dengan pendidikan di Indonesia saat ini, maka progresivisme memiliki andil yang cukup besar, terutama dalam pemahaman dan pelaksanaan pendidikan yang sesungguhnya. Di mana pendidikan sudah seharusnya diselenggarakan dengan memperhatikan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, serta menyiapkan peserta didik supaya mampu untuk memecahkan masalah yang diberikan.

Kemudian, seperti yang dikemukakan oleh John Dewey bahwa pendidikan adalah kehidupan, di mana apabila diimplementasikan dalam dunia pendidikan, maka akan timbul peserta didik yang haus akan pelajaran. Peserta didik akan terus mencari ilmu, bahkan tidak hanya peserta didik saja, tetapi orang dewasa akan tetap mencari ilmu. Seperti pepatah yang tak asing lagi di telinga, “Makin berisi makin menunduk.” Semakin kita mendapatkan ilmu maka akan merasa bahwa yang didapatkan selama ini tidak ada apa-apanya dan terus merasa kurang ilmu.

Sebagai generasi muda sekaligus calon pemimpin bangsa diharapkan kita harus memiliki kualitas untuk memajukan bangsa Indonesia terutama dalam bidang pendidikan. Dengan demikian, jika saat ini kita berada di posisi peserta didik, diharapkan dapat mengupgrade diri, mengasah kemampuan diri dengan lebih sering mencari jawaban, meminta masukan dan arahan dari guru, menggunakan media internet dengan bijak, tidak putus asa untuk mencari ilmu yang belum kita dapatkan. Sebagai seorang  peserta didik kita tidak boleh acuh dan diam saja, hanya menunggu suapan ilmu dari guru.

Jika saat ini kita berada di posisi guru, alangkah baiknya guru memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah, membiarkan peserta didik mendominasi kelas dan ingin terlihat unggul di depan teman-temannya bahkan gurunya (tentunya dengan mengedepankan adab). Biarkan peserta didik mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, tugas guru mengarahkan dan membimbing. Namun, tidak membatasi.

Indonesia tidak hanya membutuhkan generasi muda yang pandai teori dan gemar berdebat, tetapi Indonesia juga membutuhkan generasi muda yang tidak pantang menyerah, berprestasi, dan dapat langsung action, tanpa kata nanti dan tapi. Tentunya, dalam setiap perjalanan hidupnya harus selalu diiringi dengan akhlak terpuji yang takut kepada Allah SWT dan semata-mata menjalankan amanah dari Allah SWT sebagaimana yang tertulis dalam QS.Al-Baqarah ayat 30:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (٣٠)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau!’ Tuhan berfirman, Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.’”

Ayat tersebut menegaskan bahwa Allah SWT meng-konsepkan bahwa manusia dapat menjadi pemimpin di muka bumi ini. Lantas, mengapa kita sebagai makhluk-Nya yang paling sempurna bernama manusia tidak percaya bahwa kita dapat menjadi pemimpin di muka bumi? Semua hal ini telah tertulis jelas dalam ayat tersebut, tinggal bagaimana saja kita sebagai manusia akan merealisasikannya, bagaimana kita meng-upgrade diri melalui pendidikan yang dinamis ini.  Salam(EN)

Laudria Nanda Prameswati*

Laudria Nanda Prameswati*

*Laudria Nanda Prameswati: Mahasiswa aktif PAI-IAIN Kediri (Email: laudria.nanda@gmail.com)

About author

No comments

Filantropi Islam sebagai Terapi Pandemi

Beberapa hari lalu, saya diundang pada acara World Zakat Forum Intentional Conference dengan tema “Post Covid-19 Economic Recovery: the Role of World Zakat Forum”, beberapa ...