INDONESIA. Negara yang kontruksi serta komposisi keberagamannya sudah terjangkau di telinga dunia. Negara Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote tampak berjajar pulau-pulau. Ditinjau dari berbagai aspek, di pulau-pulau tersebut berdiam penduduk dengan ragam suku bangsa, bahasa, budaya, agama, adat istiadat, dan keberagaman lainnya. Jumlah penduduk lebih dari 237.000.000 jiwa yang tinggal tersebar di pulau-pulau di seluruh Indonesia (BPS, 2010). Secara keseluruhan pulau-pulau di Indonesia berjumlah 17.508 pulau baik besar dan kecil.
Banyaknya suku berjumlah 1.128 suku dengan lebih dari 700 bahasa daerah dan memiliki lima agama (Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, dan Buddha) serta satu keyakinan (aliran/keyakinan kepada Tuhan yang Maha Esa) yang diakui resmi oleh Pemerintah. Dari data ini, dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitas yang tinggi. Keragaman budaya di Indonesia merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Namun, keberagaman suku bangsa dan bahasa tersebut dapat disatukan dalam satu bangsa yakni bangsa Indonesia dan satu bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
Di dalam kehidupan sehari-hari agama identik dengan kebudayaan karena kedua-duanya merupakan pedoman bertindak sebagai petunjuk dalam kehidupan. Bahkan, para antropolog menetapkan agama sebagai bagian dari kebudayaan. Bedanya, agama diyakini berasal dari wahyu Tuhan yang kebenarannya mutlak. Sementara, kebudayaan berasal dari kesepakatan manusia.
Islam sebagai agama yang dibawa oleh Muhammad Saw sampai saat ini telah melalui berbagai dimensi budaya dan adat istiadat. Karena itu, dari segi antropologi kita dapat memilah-milah mana bagian islam yang merupakan ajaran murni dan mana yang bercorak lokal budaya setempat. Sehingga dapat kita pahami dengan model konteksual artinya memahami Islam lewat realitas sosial yang berupa perilaku masyarakat pemeluk agama yang bersangkutan.
Berbicara soal kebudayaan, diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti pula (usaha) untuk menciptakan suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan yang dihadapi dan menciptakan tindakan yang diperlukan. Manusia adalah hamba Allah yang diciptakan di dunia, sehingga disebut makhluk duniawi.
Sebagai makhluk duniawi tentu sudah pasti bergumul dan bergulat dengan dunia terhadap segala segi, masalah dan tantangannya dengan menggunakan budi dayanya menggunakan segala kemampuannya baik bersifat cipta, rasa maupun karsa. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan dunia tidak selalu dengan sikap pasif, pasrahgan sikap aktif. Memanfaatkan lingkungan untuk kepentingan hidup. Dari hubungan yang bersifat aktif itu tumbuhlah kebudayaan.
Kebudayaan merupakan hal yang sudah melekat di dalam kehidupan masyarakat dan sudah menjadi turun temurun sejak dulu akan semakin terkonsep dalam kehidupan masyarakat sehingga sudah menjadi sebuah kepecayaan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sebuah keyakinan yang sulit untuk di hilangkan. Kepecayaan-kepecayaan yang masih berkembang dalam kehidupan suatu masyarakat, biasanya di pengaruhi sifat-sifat lokal yang dimilikinya. Di mana sifat lokal tersebut pada akhirnya sudah menjadi suatu kearifan yang selalu di pegang teguh oleh masyarakat.
Nilai-nilai kearifan lokal inilah yang masih ada biasanya akan dipertahankan oleh masyarakat yang masih memiliki tingkat kepecayaan yang kuat serta tidak mudah hilang dari jati diri masyarakat. Kepercayaan yang masih mentradisi dalam sebuah masyarakat juga karena di sebabkan kebudayaan yang ada merupakan bersifat universal sehingga kebudayaan tersebut sudah tertanam dan sudah mendarah daging dan sudah menjadi hal yang pokok dalam kehidupan masyarakat.
Kebudayaan ini akan lahir karena hasil dari interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan sang pencipta dan juga interaksi manusia dengan alam semesta. Dari interaksi itu, maka lahirlah seperti agama, budi pekerti, bahasa, keluarga, ekonomi, politik, alat alat teknologi, gaya hidup, dan lain-lain.
Islam dan budaya memiliki relasi yang tak terpisahkan, dalam Islam sendiri ada nilai universal dan absolut sepanjang zaman. Namun demikian, Islam sebagai dogma tidak kaku dalam menghadapi zaman dan perubahannya. Islam selalu memunculkan dirinya dalam bentuk yang luwes, ketika menghadapi masyarakat yang dijumpainya dengan beraneka ragam budaya, adat kebiasaan, dan tradisi. Sebagai sebuah kenyatan sejarah, agama, dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol.
Manusia diciptakan dalam keadaan bersuku-suku, berkelompok-kelompok berlatar belakang beda satu sama lain. Maka dengan demikian, manusia bukanlah mahluk yang mampu untuk hidup sendiri dan bersifat apatis. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki nilai-nilai interaksi, Mempunyai kemampuan saling beradaptasi dan kekuatan untuk membangun sebuah sinergi. Manusia adalah mahluk yang saling membutuhkan satu sama lain. Saling melengkapi dan hidup penuh dalam nuansa kebersamaan.
Manusia sebagai makhluk sosial, maka membutuhkan kerja sama dan saling toleransi membantu bahu-membahu satu dengan lainnya. Manusia harus hidup bersama dan bergotong-royong untuk mencapai tujuan hidup di dunia. Sebab, secara umum tujuan kehidupan manusia itu, apapun agamanya, sukunya, kelompoknya, dan perbedaan prinsipil lainnya memiliki satu tujuan yaitu kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat.
Maka, sudah sepantasnya kita untuk saling bergotong royong sesama manusia. Saling mengajak untuk berbuat kebaikan dan menjauhkan keburukan sejauh-jauhnya. Menuai maslahat atau kebaikan secara bersama-sama. Islam telah mengatur dengan indahnya. Selain itu, dalam kehidupannya tidak terlepas dari nilai-nilai yang menjadi tolok ukur pelaksanaan sebuah kegiatan dalam kelompok masyarakat, melalui aturan-aturan yang disepakati bersama sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Masyarakat yang hidup bersama, tentunya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor geografis, faktor lain yang mempengaruhi seperti kekuasaan, identitas, dan rasa solidaritas dalam masyarakat didukung oleh sistem nilai yang berlaku pada suatu masyarakat tertentu, sebab nilai menjadi dasar untuk menyatukan sebuah kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.
Desa Ngepung, Kecamatan Patianrowo merupakan salah satu daerah yang terletak di Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur, sampai saat ini masih teguh memegang adat budaya leluhur. Adat istiadat yang masih dilakukan dalam kehidupan masyarakat yaitu gotong royong. Gotong royong dalam kehidupan sehari-hari seperti adanya kebersamaan, tidak ada paksaan, atau muncul karena adanya kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi melalui rasa memiliki.
Salah satu bentuk dari kegiatan gotong royong yang terjadi di Desa Ngepung ini adalah mengerjakan pekerjaan yang berguna untuk kepentingan umum dalam masyarakat desa. Seperti siskamling, memperbaiki jalan, jembatan, bendungan irigasi, bangunan umum, dan sebagainya. Di dalam hal ini penduduk desa dapat bergerak untuk kerja bakti atas perintah dari kepala desa. Bentuk budaya gotong royong dapat dibedakan bahwa gotong royong dan tolong menolong masih bersifat asli karena belum ada campur tangan pihak penguasa untuk memerintah. Masyarakat masih secara inisiatif melakukannya atas dasar kekeluargaan sesama warga. Namun, dalam gotong royong tolong cakupannya masih sempit karena sebatas berada di sekitar lingkungan keluarga dan kerabat. Berbeda dengan gotong royong kerja bakti yang sudah melibatkan banyak lapisan masyarakat dan telah ada unsur pemerintah di dalamnya.
Kegiatan gotong royong merupakan salah satu ciri khas atau karakteristik dari bangsa Indonesia umumnya. Hal ini dapat dinyatakan dengan adanya berbagai aktivitas masyarakat yang senantiasa mengedepankan prinsip gotong royong dalam berbagai kegiatan baik yang bersifat sosial maupun keagamaan. Budaya gotong royong yang telah menjadi perilaku dapat diekspresikan dalam berbagai sendi kehidupan bermasyarakat saat ini, maka bukan berarti sesuatu yang mudah untuk senantiasa melestarikannya.
Masyarakat Desa Ngepung memiliki rasa tanggung jawab dan kesadaran dalam melakukan kegiatan gotong royong dalam merenofasi bangunan Masjid yang ada di Desa Ngepung. Kegiatan ini bertujuan untuk mensejahtarakan masyarakat dengan memperbaiki fasilitas umum seperti merenovasi masjid ini.
Kegiatan gotong royong ini berlangsung seperti gotong royong yang lainnya, namun kegiatannya lebih non-kondisional karena waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya sehingga masyarakat lebih mempersiapkan semuanya dengan baik. Persiapan ini dilakukan dari jauh-jauh hari dengan cara membentukan kelompok warga dan membagi tugas pada masing-masing kelompok dalam kegiatan gotong royong ini.
Gotong royong sebagai solidaritas sosial memiliki pengertian yaitu gotong royong dalam bentuk tolong menolong dan gotong royong dalam bentuk kerja bakti yang merupakan sama-sama bertujuan utuk saling meringankan beban namun berbeda dalam hal kepentingan.
Gotong royong merupakan aktivitas budaya yang tentunya menjadi tradisi yang berkembang masyarakat adat. Oleh sebab itu, menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat adat yang dijaga secara turun temurun dari generasi ke gerasi selanjutnya. Setiap daerah di Indonesia memiliki lembaga adat yang mengayomi masalah-masalah adat, tetapi perannya kurang difungsikan.
Melalui kegiatan gotong royong yang dilaksanakan, kebersamaan masyarakat dapat terjalin dengan baik, dan tanpa disadari kebersamaan tersebutlah yang terus memperkuat masyarakat untuk terus menjaga budaya dan adat leluhurnya. Kegiatan gotong royong ini memiliki nilai-nilai dalam kehidupan seperti yang dapat dimaknai dalam kegiatan gotong royong yakni adanya nilai kebahagiaan dan nilai kesedihan. Nilai kebahagiaan ini dapat dimaknai pada kegiatan tolong menolong dan kerjabakti. Tolong menolong menjadi nila kebahagiaan ketika masyarakat ada yang terkena musibah, kemudian ditolong masyarakat lainnya, begitupun ketika masyarakat lain mendapat musibah individu terkait dapat menolong sebagai bentuk balas jasa, melalui hal tersebut kebahagiaan akan dirasakan oleh masyarakat sehingga gotong royong tersebut dimaknai sebagai nilai kebahagiaan.
Masyarakat Desa Ngepung sangat antusias dalam kegiatan gotong royong membangun Masjid. Tidak hanya kaum laki-laki yang ikut serta dalam kegiatan ini, namun perempuan juga ikut adil dengan cara memberikan makanan dan minuman. Bangunan Masjid ini dulu berdiri kokoh dan menjadi tempat ibadah Masyarakat Desa Ngepung. Namun, dikarenakan masjid ini berada lingungan Masyarakat yang cukup padat sehingga membutuhkan ruangan yang lebih setra dengan adanya dana untuk merenofasi bangunan sehingga dilakukan penggecoran pada bantalan bagian atas Masjid.
Islam dan budaya merupakan dua hal penting. Ibarat dua sisi mata uang, keduanya tak bisa dipisahkan. Islam tidak bisa diimplementasikan tanpa budaya. Sebaliknya, pengembangan budaya juga harus dipandu nilai agama Islam. Gotong royong, tolong menolong, dan kerjasama telah menjadi warisan pemersatu bangsa. Sejak dulu, kegiatan sosial dan amalan shalih di negeri ini tidak pernah kering dari pelaku-pelaku yang mengerjakanya. Gotong royong akan memperkuat dan merekatkan persatuan dengan adanya saling tolong menolong, maka akan terciptalah kasih sayang dan rasa perhatian antar sesama. Islam telah membimbing kaum muslimin untuk memperkuat persaudaraan, cinta, tolong menolong, dan persatuan diantara mereka. (DEW)
Biografi Penulis
Putri sahilatur roziqoh seorang mahasiswi aktif dari progam studi Komunikasi dan Penyiaran Islam semester satu IAIN Kediri. Untuk mengenal lebih jauh tentang penulis dapat menghubungi di e-mail pribadinya sahilaputri155@gmail.com
No comments